Lahir di Rangkasbitung. Sebelum terjun ke film Ida pernah jadi wartawati. juga nenulis cerpen sejak 1953. Mungkin karena itu hampir di semua filmnya ia merangkap jadi penulis skenario. Terjun ke film ua diajak oleh Sofia WD (1925-1986), aktris yang juga sutradara. Pertama kali jadi script girl dalam Melawan Badai (1974). jadi asiten sutradara mulai Jangan Menagis Mama (1977). dan jadi sutradara pertama kalinya lewat Guruku Cantik Sekali (1979). Piala Citra diraihnya lewat Semua Sayang Kamu (Dewi-Cipluk) pada FFI 1989 sebagai penulis skenario terbaik. Sesudah menyutradarai Tak Ingin Sendiri (1985), ia pindah lahan kerja di Malaysia. Hampir 4 tahun ia disana dan sempat jadi sutradara dalam Suara Ke Kasih, yang di bintangi oleh Fauziah Achmad Daud dan Azmil Mustapha. Di masa film sepi, ia menghasilkan karya yang cukup mengesankan di sinetron. Antara lain Aku Mau Hidup, yang menghasilkan gelar terbaik untuk Meriam Bellina pada FSI 1994. Adik dari penulis skenario Misbach Yusa Biran ini pada 1996 menggarap serial TV Wanita dengan Meriam Bellina, pemain yang di"temu"kanya sejak film Perawan-Perawan (1981).
IDA FARIDA juga adik Misbach Yusa Biran
Inilah sutradara perempuan yang sering menyuarakan suara/kisah tentang perempuan ke dalam filmnya.
Pernah bertemu dengan Ibu Ida di rumahnya di Tebet. Waktu itu saya sedang membuat tugas wawancara dengan salah satu sutradara untuk tulisan mayor penyutradaraan saya semester satu. Karena saya masih teringat namanya dalam film Guru Ku cantik sekali. Maka saya tertarik untuk mewawancarainya. Film dia banyak menyuarakan tentang wanita dan permasalhannya, terutama tentang pasangan hidup mereka yaitu lelaki. Ketakutan wanita atas pacaran yang menggangu sekolah, ketakutan wanita terhadap perkawinan karena perceraian dan perselingkuhan belum lagi ketakutan wanita atas sebuah ajaran agama yang kaku. Seperti wanita tidak bisa bebas, seperti banyak layer-layer yang menghambat kebebasannya sebagai manusia, tidak semudah cowok mungkin. Wanita lebih memakai perasaannya. Ini yang sering muncul dalam film-film Ida.Hal yang paling ingat saya adalah perokoknya yang berat sekali. Dan hal yang paling dia perhatikan adalah cerita untuk kekuatan sebuah film. Apakah karena dia berasal dari penulis skenario sehingga menganggap cerita adalah nyawa/kekuatan sebuah film? Yang pasti dia suka sekali menggarap cerita tentang sosok wanita. Dimana sosok wanita dihargai di dalam cerita itu. Atau wanita yang membela hak-nya diantara para pria.
IDA FARIDA juga adik Misbach Yusa Biran
Inilah sutradara perempuan yang sering menyuarakan suara/kisah tentang perempuan ke dalam filmnya.
Pernah bertemu dengan Ibu Ida di rumahnya di Tebet. Waktu itu saya sedang membuat tugas wawancara dengan salah satu sutradara untuk tulisan mayor penyutradaraan saya semester satu. Karena saya masih teringat namanya dalam film Guru Ku cantik sekali. Maka saya tertarik untuk mewawancarainya. Film dia banyak menyuarakan tentang wanita dan permasalhannya, terutama tentang pasangan hidup mereka yaitu lelaki. Ketakutan wanita atas pacaran yang menggangu sekolah, ketakutan wanita terhadap perkawinan karena perceraian dan perselingkuhan belum lagi ketakutan wanita atas sebuah ajaran agama yang kaku. Seperti wanita tidak bisa bebas, seperti banyak layer-layer yang menghambat kebebasannya sebagai manusia, tidak semudah cowok mungkin. Wanita lebih memakai perasaannya. Ini yang sering muncul dalam film-film Ida.Hal yang paling ingat saya adalah perokoknya yang berat sekali. Dan hal yang paling dia perhatikan adalah cerita untuk kekuatan sebuah film. Apakah karena dia berasal dari penulis skenario sehingga menganggap cerita adalah nyawa/kekuatan sebuah film? Yang pasti dia suka sekali menggarap cerita tentang sosok wanita. Dimana sosok wanita dihargai di dalam cerita itu. Atau wanita yang membela hak-nya diantara para pria.
Masuk akal juga, karena sedikit sekali sutradara wanita di Indonesia ini. Bahkan di Blog saya ini hanya ada 2 orang wanita. Ida adalah sosok yang sederhana, saya sempat kaget juga ternyata dia pernah juga membuat film Warkop, dan memadukan kelucuan warkop dengan tehnik bercerita film yang enak di tonton.
Sebelum terjun ke film, Ida Farida pernah jadi peragawati. Ia Juga rajin menulis cerpen sejak tahun 1953, mungkin karena itu maka hampir semua filmnya ia sendiri yang menulis skenarionya. Ida Farida terjun ke film karena diajak oleh Sofia WD (1925-1986), artis senior yang juga sutradara. Setelah menyutradarai beberapa film ia hijrah ke Malaysia. Selama hampir 4 tahun di sana, ia sempat menyutradarai film Suara Kekasih. Kembali ke Indonesia dan mulai berkarya bikin sinetron. Salah satu karyanya yang bagus adalah Aku Mau Hidup, yang membuahkan gelar terbaik untuk Meriem Bellina pada FSI 1994.
nama:Ida Farida
Profesi : Sutradara film
Tempat Tahir : Rangkasbitung, Jawa Barat
Tanggal Lahir : 05 Mei 1939
Sebelum terjun ke film, Ida Farida pernah jadi peragawati. Ia Juga rajin menulis cerpen sejak tahun 1953, mungkin karena itu maka hampir semua filmnya ia sendiri yang menulis skenarionya. Ida Farida terjun ke film karena diajak oleh Sofia WD (1925-1986), artis senior yang juga sutradara. Setelah menyutradarai beberapa film ia hijrah ke Malaysia. Selama hampir 4 tahun di sana, ia sempat menyutradarai film Suara Kekasih. Kembali ke Indonesia dan mulai berkarya bikin sinetron. Salah satu karyanya yang bagus adalah Aku Mau Hidup, yang membuahkan gelar terbaik untuk Meriem Bellina pada FSI 1994.
nama:Ida Farida
Profesi : Sutradara film
Tempat Tahir : Rangkasbitung, Jawa Barat
Tanggal Lahir : 05 Mei 1939
Tak selincah dulu. Di usia senjanya, Ida Farida (70) lebih banyak diam di rumah. Baca koran, isi TTS, main sama cucu dan nge-game di komputer. Asam urat dan kesemutan lumayan membatasi geraknya. Saat ditemui Annida pada Selasa (9/6) lalu, sutradara sekaligus penulis skenario yang ngetop di era 80-an ini baru saja cek kesehatan. Ia memeriksakan kesehatan di pos gratis khusus lansia di lingkungan rumahnya, Depok II Tengah, Depok, Jawa Barat.
"YA beginilah, sudah tua. Nggak ngapa-ngapain, ini baru coba nulis lagi, sinetron buat PH. Tapi judulnya masih rahasia ya," tutur Ida, sangat ramah. Ia mempersilakan Annida masuk ke ruang kerjanya. Kamar mungil nan sederhana, berisi seperangkat komputer (yang tak pernah dipakainya kecuali untuk main game, hehe -- untuk menulis dia cukup tulis tangan, baru diketikkan oleh salah seorang anaknya, red). Ada juga ranjang pendek serta dua lemari buku, dengan 22 album foto di dalamnya serta buku-buku agama. Sementara, dinding penuh dengan foto-foto Ida muda berbagai gaya, bersama artis dan kru film, juga lukisan diri Ida.
Piala Citra terpajang di atas almari. Inilah salah satu bukti yang mengakui kepiawaian Ida dalam menulis skenario. Tahun 1989, Ida mengalahkan senior-seniornya dalam ajang Festival Film Indonesia (FFI) lewat karya Semua Sayang Kamu. Di film yang dikenal sebagai film Dewi-Cipluk (dimainkan Neno Warisman dan Eeng Saptahadi, red), Ida juga jadi nominator sutradara terbaik.
Selama 30 tahun berkiprah di perfilman, Ida telah melahirkan banyak karya. Sekitar 14 film layar lebar, serta sinetron yang Ida tak ingat lagi jumlahnya, salah satunya Si Doel Anak Sekolahan (12 episode awal). Adik kandung Misbach Yusa Biran dan aktris Ani Hidayat ini memulai kariernya sebagai penulis cerpen (sejak masih SMP tahun 1953), wartawati film dan hiburan mulai tahun 1965 (bukan peragawati seperti yang disebutkan sebuah situs). Ida yang tamatan SMA Taman Siswa di Kemayoran (1957) ternyata serba ingin tahu dan tak bosan belajar. Terjun di dunia film dimulai dengan menjadi pencatat skrip, asisten sutradara dan seterusnya. Lantas, suatu saat ia 'diajak' oleh aktris senior (Alm) Sofia WD untuk menulis skenario, juga menyutradarinya. Karya perdana berjudul Guruku Cantik Sekali (1979) kelar dalam tempo sehari semalam saja. Dibahas cuma tiga jam, kemudian langsung disiapkan produksinya dengan pemain Leni Marlina, Rano Karno, Lidya Kandau yang kala itu tengah naik daun.
Film-film berikutnya pun susul menyusul. Busana dalam Mimpi (1980), Perawan-Perawan (1981), Merenda Hari Esok (1981), Tirai Malam Pengantin (1983), Tante Garang (1983), Asmara di Balik Pintu (1984), Tak Ingin Sendiri (1985), Semua Sayang Kamu (1989), Sabar Dulu Dong (1989), Perempuan Kedua (1990), Barang Titipan (1991).
Tak hanya 'macan' di kandang sendiri, Ida juga menancapkan kukunya di Negeri Jiran. Sepanjang 1985-1989, ia memenuhi tantangan produser Malaysia untuk membuat film di sana. Hasilnya, luar biasa. Suara Kekasih dengan pemain Fauziah Ahmad Daud dan Azmil Mustapha itu meledak di pasaran. Film ini ditengarai sebagai tonggak berdenyutnya kembali film di negara tetangga kita itu.
Ida hanya bertahan lima tahun di Malaysia. Ia lantas pulang ke Tanah Air setelah menelurkan beberapa judul film. Perempuan kelahiran Rangkasbitung, Lebak, Banten, 5 Mei 1939 ini berkutat lagi dengan kesibukan menulis dan mengarahkan kru maupun pemain film.
Oya, sebagai sutradara perempuan, ternyata ia tak menemui kendala berarti. "Nggak ada pembedaan, selama ini sama saja kok perlakuan produser kepada sutradara laki-laki atau perempuan. Kalau untuk mengarahkan kru atau pemain, ada kuncinya. Saya bertindak sebagai ibu, semua kru dan pemain saya anggap sama, anak semua. Nggak ada yang dibeda-bedain karena semua punya kelebihan dan kekurangan. Saya juga ngasih kesempatan pada mereka, ayo jangan takut-takut untuk bertanya," beber ibu empat anak, nenek dari 7 cucu dan buyut 3 orang cicit ini.
Mengenai suka duka, pasti ada. Jujur Ida menyebut, suka itu datang bila film yang dibuatnya laku. "Sedihnya tentu saja kalau filmnya nggak laku. Terus kalau kinerja kru kurang pas, pemain ngaret, nggak tepat waktu. Beda banget sama pemain zaman dulu yang disiplin banget seperti Tante Sofie (Sofia WD, red)," urainya. Dari segudang pengalaman pengambilan gambar dan kl semua awak film, Ida paling nyaman jika ia melakukannya di luar kota. Lho, kenapa? "Soalnya kalau di luar kota, semua ngumpul. Nggak ada yang telat atau berhalangan dklklnggak ada kegiatan," kata Ida. Yang membuat Ida sedih, pelaku film zaman dulu seolah tak dianggap lagi. Terlupa begitu saja. "Masa tua orang film nggak ada yang merhatiin. Sekarang, ditoleh sama produser juga tidak. Sutradara-sutradara muda juga nggak ada yang beranjangsana, kayak ada gap dengan yang tua. Beda dengan kami dahulu. Mungkin karena mereka sudah pintar-pintar ya, mengenyam sinematografi secara formal, nggak kayak kami yang otodidak ini," lanjut Ida dengan suara parau. Begitu juga dengan organisasi Karyawan Film dan Televisi (KFT), tempat Ida menjabat sebagai Ketua Kelompok Penulisan Skenario (sampai sekarang). "KFT jadi kayak Al-Quran tua. Nggak dibuang tapi ditaruh aja. Padahal dulu pamornya lumayan kuat karena punya aturan yang tegas dan jelas," ujar ibunda Ivanda (alm), Inez (46), Iferdo (44) dan Shendy (30) ini. Ida dan Rokok
Foto-foto lama Ida banyak bercerita. Tampak sekali bedanya Ida dulu dan Ida sekarang. Dalam foto saat aktif sebagai sutradara film, Ida terlihat amat tomboy dan kurus. Rambutnya cepak abis. Pakaiannya kaos/kemeja dipadu celana panjang, bahkan celana pendek. Tas pinggang serta kacamata berbingkai lebar jadi ciri khas Ida. Dan lihat, selalu terselip sebatang rokok di jari tangannya!
"Dulu saya perokok berat, sehari bisa habis empat bungkus. Saya nggak ngrokok cuma pas lagi makan atau tidur saja," kata Ida mengenang.
Lalu hidayah itu pun datang. Ida berkesempatan umroh bersama rombongan Si Doel Anak Sekolahan
TAK INGIN SENDIRI | 1985 | IDA FARIDA | Director | |
ASMARA DI BALIK PINTU | 1984 | IDA FARIDA | Director | |
TIRAI MALAM PENGATIN | 1983 | IDA FARIDA | Director | |
TANTE GARANG | 1983 | IDA FARIDA | Director | |
SABAR DULU DONG...! | 1989 | IDA FARIDA | Director | |
GURUKU CANTIK SEKALI | 1979 | IDA FARIDA | Director | |
SEMUA SAYANG KAMU | 1989 | IDA FARIDA | Director | |
PERAWAN-PERAWAN | 1981 | IDA FARIDA | Director | |
MERENDA HARI ESOK | 1981 | IDA FARIDA | Director | |
BARANG TITIPAN | 1991 | IDA FARIDA | Director | |
BUSANA DALAM MIMPI | 1980 | IDA FARIDA | Director | |
PEREMPUAN KEDUA | 1990 | IDA FARIDA | Director |