Tampilkan postingan dengan label TITIEN SUMARNI 1951-1956. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TITIEN SUMARNI 1951-1956. Tampilkan semua postingan

Minggu, 05 Juli 2020

SKANDAL SEX-PORTUTUSI TITIEN SUMARNI DENGAN PEJABAT

Skandal SEX 
Titien Sumarni 
dengan Para Pejabat hingga dirinya Tewas.



Titien Sumarni adalah bintang film tenar pada 1950-an. Dia menjadi contoh aktris yang pernah terlibat skandal dengan pejabat dan pengusaha di zamannya.

Pada 1959, diberitakan Varia Nomor 84, 25 November 1959, Titien tengah menyiapkan sebuah film untuk Titien Sumarni Pictures. Bahkan, dia sudah melakukan pendekatan dengan dua orang sutradara jempolan, yakni Lilik Sudjio dan Turino Djunaidi. Film itu disebut-sebut bertema keagamaan.

Namun, tampaknya film ini tak pernah jadi diproduksi. Sebab, Selecta Nomor 250, 4 Juli 1966, melaporkan pada 7 Agustus 1959 sore, Titien berjalan kaki tanpa alas seperti orang linglung di Kota Bandung.

Berduyun-duyun anak-anak hingga orang dewasa mengikuti Titien berjalan. Anak-anak meneriakinya “orang gila”.
Di antara Jalan Raya Barat dan Jalan Garuda, salah seorang petugas kepolisian menghentikan langkahnya. Polisi ini mengenali Titien, yang bintang film terkenal dari ibu kota. Lalu, Titien ditolong. Anggota kepolisian itu meminta bantuan seorang supir truk untuk mengantar sang aktris ke rumah familinya.

Titien berjalan-jalan tanpa alas kaki dan pakaian yang kumal, bukan tanpa alasan. Dia sedang kecewa.

“Titien bermaksud ingin menemui seorang lelaki yang dikatakannya pernah mengadakan hubungan, hingga lahir seorang anak perempuan,” tulis Selecta, 4 Juli 1966.

Sang aktris cantik ingin meminta tanggung jawab laki-laki itu, tapi gagal. Lantas, dia depresi dan berjalan tanpa arah di Kota Bandung.

Laki-laki yang dituntut tanggung jawab Titien bukan orang sembarangan. Selecta edisi 4 Juli 1966 menyebut, lelaki itu bernama Mohammad Jahja Ali, seorang pemborong kaliber besar di Kota Kembang.

Setelah namanya melambung sebagai bintang film, Titien terlibat sejumlah skandal. Selecta Nomor 247, 13 Juni 1966 menyebutkan, ada nama Saerang (pengusaha kopra asal Minahasa), Bupati Jombang, dan beberapa pejabat Bandung yang diduga “main mata” dengan Titien, usai berpisah dengan Moestari.

Titien memiliki lima orang putra. Salah satunya Tommy Sjarief, anak dia dan Moestari. Selebihnya, lahir dari ayah yang berbeda-beda. Harian Berita Yudha edisi Jawa Barat pernah membeberkan wawancara Titien Sumarni sebelum meninggal dunia, soal ayah dari anak-anaknya.

Menurut Selecta Nomor 247, 13 Juni 1966 hasil wawancara yang ditulis Berita Yudha edisi 30 April 1966 itu menyebutkan, anak kedua dan ketiga Titien bernama Boyke dan Fatah merupakan hasil hubungannya dengan R. Enoch Danubrata.

Enoch bukan orang main-main. Dia adalah mantan Kepala Polisi Komisariat Jawa Barat (sekarang Kapolda), berpangkat akhir Brigjen Polisi. Dua anak lainnya, tak tahu siapa ayahnya.

Disebutnya nama Enoch tentu menggemparkan kala itu. Dia menyanggah, dengan siaran pers melalui penerangan Komdak VIII/Jawa Barat. Enoch membantah keras pernyataan Titien dan mengatakan tak pernah kawin dengan aktris rupawan tersebut.

Enoch kemudian menambahkan sanggahannya dalam siaran pers dari Pendak VIII Jawa Barat. Dalam siaran pers itu, dia menjelaskan, pada 1959 Titien memang pernah terlibat dalam sebuah skandal seks dengan sejumlah pejabat tinggi di Bandung. Lalu, masih mengutip Selecta edisi 13 Juni 1966, demi menyelamatkan Titien, persoalan skandal seks itu diambilalih kepolisian.

Kebetulan saat itu Enoch masih menjabat Kepala Polisi Komisariat Jawa Barat. Lalu, menurut pengakuan Enoch, tenaga Titien dimanfaatkan oleh kepolisian sebagai informan lepas untuk peristiwa khusus.

“Dalam hubungan dengan dipakainya tenaga Titien itu bukan berarti saya telah mengawininya,” kata Enoch, seperti dikutip Selecta,13 Juni 1966.

Enoch berdalih, Titien pernah menyalahgunakan namanya. Lalu, dia dipecat. “Dan mungkin karena sakit hati akhirnya ia tak segan-segan membuat sensasi mengotori nama saya,” ujar Enoch.

Skandal seks Titien Sumarni dengan sejumlah petinggi dan polisi di Kota Bandung itu, hingga kini masih menjadi misteri. Kasusnya tenggelam, seiring kematiannya yang tragis.

Selecta Nomor 250, 4 Juli 1966 melaporkan, setelah linglung berjalan kaki di Kota Bandung, Titien kemudian dirawat seorang tukang becak di Cianjur dalam keadaan sakit parah dan miskin. Tak lama di sana, dia diboyong ke Bandung, lalu diserahkan ke seorang dukun klenik bernama Mamah Atjeng untuk dirawat.

Sesungguhnya, pada medio 1950-an, Titien pernah mengalami sakit yang juga parah. Ketika dirinya masih berada di puncak karier, menurut buku Rahasia Hidup R.A. Titin Sumarni karya Lingga Wisjnu, Titien diguna-guna orang. Dirinya pernah mengeluh sakit perut, hingga muntah darah. Usai dijampi-jampi oleh seorang dukun dari Tasikmalaya, dari perutnya keluar sebilah bambu sepanjang sekitar 10 cm.

Ketenaran Titien saat itu mungkin membuat beberapa saingannya di dunia film iri. Tapi, penyakit dan akhir hidup Titien lebih pedih ketimbang diguna-guna.

Dua bulan tinggal di rumah Mamah Atjeng, Titien kemudian ditemukan seorang wartawan bernama Hajat Tatos Kusuma. Lalu, dibantu seorang perempuan bernama Sri Budijono, Titien dilarikan ke Rumah Sakit Advent.

Pada 13 Mei 1966 malam, Titien meninggal dunia. Ada kejanggalan dalam kematian Titien. Seorang wartawan Berita Yudha, Hajat, yang menemani Titien hingga akhir hayat menyatakan, aktris cantik itu wafat bukan karena penyakit yang dideritanya.

Di dalam Minggu Pagi edisi 15 Mei 1966, Dokter Benjamin K. Supit yang merawat Titien mengatakan, selama seminggu ada di RS Advent, kondisi Titien berangsur-angsur membaik. Bahkan sudah bisa berjalan-jalan di sekitar kamarnya.

Akan tetapi, sebelumnya Titien sempat makan makanan kiriman dari luar. Padahal, Supit sudah berulangkali mengingatkan Titien untuk tak makan sembarangan, yang tak terkontrol pihak rumah sakit.

“Dari penyelidikan dalam usaha menyelamatkan Titien Sumarni, akhirnya ditemukan suatu makanan yang diduga menyebabkan keracunan Titien. Makanan tersebut ternyata ketan hitam yang dikirim seseorang tidak dikenal,” tulis Minggu Pagi, 15 Mei 1966.

Anehnya, belum 12 jam Supit mengatakan hal itu, dia buru-buru meralat. Menurut Selecta edisi 13 Juni 1966, ralat itu dilakukan usai datang AKP-1 Moh. Saleh dari Dinas Reserse Kriminil AKRI Kobes Bandung.

Saleh menyelidiki keterangan dokter. Lantas, tak lama, keluar pengumuman resmi yang secara tak langsung meralat keterangan dokter.

“Sebab-sebab kematian Titien Sumarni bukan karena keracunan, tapi akibat komplikasi antara penyakit lama yang dideritanya dengan serangan buang air terus menerus. Sehingga menyebabkan terlalu banyak air keluar dari tubuh dan ini mengakibatkan sel-sel tidak bekerja sebagaimana biasa, serta pernapasannya yang sangat diperlukan untuk memulihkan tenaga pun tidak lancar, sebab paru-parunya sudah berlubang,” demikian keterangan resmi pihak kepolisian dan dokter RS Advent, seperti dikutip oleh Selecta, 13 Juni 1966.

Keterangan resmi itupun mengakhiri polemik kematian Titien. Perkaranya ditutup.

Titien wafat dalam usia 38 tahun, mengalami kesepian dan miskin di rumah sakit. Tanpa kelima putranya. Tanpa seorang pun lelaki yang pernah berhubungan dengannya.

TITIEN SUMARNI 1951-1956



Setelah ROEKIAH, kini TITIEN SUMARNI

Lahir di Surabaya, Meninggal di Bandung. Melalui Harun Al Rasyid seorang pegawai pada Studio Golden Arrow di perkenalkan dengan Rd. Arifin yang ketika itu akan menggarap sebuah film.Akhirnya Titien diajak untuk main dalam "Seruni Laju" (1951), film pertama yang dibintanginya. Setelah itu menyusul filmnya, antara lain "Gadis Olah Raga" (1951) "Sepanjang Malioboro" (1951), "Dewa Dewi" (1952), "Solo Diwaktu Malam" (1952), "Putri Solo" (1953), "Lewat Djam Malam" (1954) Kian lama bintangnya kian naik.Tahun 1954 dinobatkan sebagai Ratu Layar Perak, lewat angket yang diselenggarakan oleh beberapa majalah, diantaranya Dunia Film dan Kentjana. Ditahun yang sama, Titien mendirikan perusahaan Titien Sumarni Motion Pic. Corp. yang melahirkan beberapa produksi, antara lain "Putri Dari Medan" (1954), "Sampah" (1955), "Saidjah Putri Pantai" (1956), dan lain2.Sejak membintangi filmnya yang terakhir "Djandjiku" (1956), kepopulerannya kian menurun dan menghilang sama sekali, sampai akhir hayatnya.Bintang cemerlang tahun '50-an ini meninggal dunia dalam keadaan miskin.

Titien Sumarni lahir di Surabaya pada masa kolonial Belanda. Ia berdarah Jawa-Sunda. Ayahnya, seorang pembantu wedana di Surabaya, meninggal ketika ia masih berusia tiga tahun dan saat berusia enam tahun, ia pindah ke kampung halaman ibunya, Tasikmalaya.

Beberapa kali mendapatkan karakter perempuan genit. Bahkan, dia tak menampik jika harus beradegan ciuman dengan lawan mainnya.

Semasa kecil, Titin kelewat lincah sampai harus terus digandeng ibunya jika sedang bepergian. “Kalau Ibu memegang tangan, sakitnya seperti tang menjepit,” ujar Titin dalam Rahasia Hidup Titin Sumarni karya Rd. Lingga Wisnu MS. Jika tak dipegang tangannya, dia akan segera lari dari ibunya. Dia juga lebih suka naik sepeda lelaki dari pada sepeda model perempuan. Saat itu, tentu saja belum jamak seorang gadis naik sepeda lelaki.

Saat duduk di bangku SMP di Bandung, pada usia lima belas tahun, Titien mulai belajar berlakon dari pamannya, R. Mustari.Ia kemudian menikah dengan Mustari. Hal ini dilakukan sebagai bentuk balas dendam pada kekasihnya, seorang perwira militer Indonesia, karena berselingkuh dengan istri Mustari. Setelah menikah, Titien berhenti sekolah dan memulai kariernya sebagai aktris, menghibur tentara republik yang sedang berjuang dalam perang kemerdekaan hingga ia bersama suaminya pindah ke Jakarta.

Titien Sumarni mulai tertarik pada industri film tahun 1950 setelah melihat Nana Mayo dalam film Inspektur Rachman. Dengan seizin suaminya, ia masuk industri itu tahun 1951 melalui seorang kenalan, Harun Al-Rasyid, yang bekerja pada perusahaan film Golden Arrow. Harun Al-Rasyid lalu memperkenalkan Titien pada Rd Ariffien, seorang sutradara. Dalam waktu singkat, Titien memperoleh peran dalam film debutnya Seruni Laju, Dalam debut pertama ini, dia memerankan Seruni, dan beradu peran dengan Turino Djunaedi yang membawakan tokoh Herlan. Seruni digambarkan sebagai wanita yang menikah dengan Herlan, namun belum memiliki kematangan jiwa untuk berumah tangga. Lalu diikuti dengan peran dalam film Kino Drama Atelier, Gadis Olahraga (1951), meskipun produksi film tersebut menyebabkan Titien bermasalah dalam hal kontrak.

Setelah meninggalnya Dr. Huyung, manajer dan sutradara Kino Drama Atelier, Titien dikontrak oleh Persari milik Djamaluddin Malik, tapi kemudian pindah ke Bintang Surabaja di bawah pimpinan Fred Young setelah ia mempromosikan rokok dalam sebuah pameran. Tahun 1955 ada rumor bahwa hubungannya dengan Persari mengalami ketegangan, meskipun ia kemudian berdamai dengan Djamaluddin. Akan tetapi, menurut Rd. Lingga Wisjnu dalam bukunya Rahasia Hidup R.A. Titin Sumarni (1955), Titien dicoret dari Persari lantaran bermain sandiwara yang disponsori rokok keretek. Meski akhirnya, jasa Titien kembali dipakai Persari beberapa tahun kemudian.

Produksi pertama Titien bersama Bintang Surabaja, Putri Solo (1953), sukses besar, memecahkan rekor penghasilan film tertinggi di Indonesia. Surat-surat dari penggemarnya bertambah dari 20-30 surat per hari menjadi ratusan surat. Beberapa waktu setelah ia meraih sukses itu, ia bercerai dengan Mustari dan menikah dengan Saerang, seorang pengusaha kaya dari Sulawesi Utara.

Hingga 1954, Titien Sumarni menjadi salah seorang aktris Indonesia paling populer di awal 1950-an. Ia dianggap sebagai salah satu aktris Indonesia paling cantik. Dunia Film menggambarkan ia sebagai Marilyn Monroe Indonesia. Diberitakan pula bahwa ia menjadi aktris favorit Presiden Soekarno. Titien dianggap sebagai "Ratu Layar Perak" berdasarkan angket yang dilakukan oleh beberapa majalah, termasuk Kentjana dan Dunia Film, tahun 1954.

Tahun 1954, Titien mendirikan perusahaan film sendiri, Titien Sumarni Motion Pictures. Daripada membangun studio sendiri, Titien memilih untuk menggunakan studio milik Perfini, perusahaan film Usmar Ismail, tanpa membayar sedikit pun. Perfini menganggap sewa fasilitas mereka sebagai pembayaran utang mereka pada Mustari yang timbul saat memproduksi Krisis (1953).

Titien Sumarni Motion Pictures memproduksi lima film. Film pertama, Putri dari Medan, dibintangi sendiri oleh Titien sebagai wanita tituler dari Medan. Setelah memiliki seorang putra bernama Sjarif Tommy, Titien beristirahat dari dunia peran. Meskipun demikian, perusahaannya memproduksi dua film selama Titien istirahat: Mertua Sinting dan Tengah Malam. Dua film terakhir, Sampah dan Saidjah Putri Pantai, tahun 1955 dan 1956, kembali dibintangi oleh Titien.

Film terakhir Titien adalah Djandjiku yang dibuat tahun 1956. Sejak itu, kepopulerannya menurun dan kemudian menghilang sama sekali. Ia meninggal dalam keadaan miskin di Bandung, Jawa Barat, pada 15 Mei 1966. Pada saat itu, diberitakan bahwa ia hidup sendiri di sebuah rumah kecil milik muncikari dekat Stasiun Bandung. Ia menderita penyakit infeksi paru-paru. Hidup sangat melarat dan tidak memiliki biaya untuk berobat.

Terbaring tak berdaya dia mengandalkan belas kasihan orang.

Dulu sebagai aktris terkenal dengan kekayaannya, mobil lebih dari satu, beberapa bangunan rumah, tapi sesudahnya dia hanya memiliki beberapa lembar pakaian yang sudah lusuh.

Penyakit yang sudah dideritanya bertahun-tahun.
Dari artis tercantik Indonesia, Titin Sumarni meninggal dalam kemiskinan yang sangat. Dia meninggal 15 Mei 1966 dalam usia sangat muda 35 tahun.

Lingga Wisjnu dalam pengantar bukunya menulis, “dan ia pula menjadi bintang pertama dan hendaknya bintang terakhir kita yang diracun orang dengki dan jahil, dengan niat menghabiskan nyawanya.”

Baca Juga


                                                               Titien bersama Suaminya Mustari



ANTARA TUGAS DAN TJINTA           1954BACHTIAR EFFENDY
Actor
SEDARAH SEDAGING                         1954CHAIDAR DJAFAR
Actor
DEWI DAN PEMILIHAN UMUM1954RATNA ASMARA
Actor
KONDE TJIODA 1954 RD ARIFFIEN
Actor
SENJUM DERITA 1955 SIDIK PRAMOMO
Actor
ASAM DIGUNUNG GARAM DILAUT 1953 REMPO URIP
Actor
DJANDJIKU 1956 B.K. RAJ
Actor
LAGU KENANGAN 1953 L. INATA
Actor
APA SALAHKU 1952

Actor
MAIN-MAIN DJADI SUNGGUHAN 1951 L. INATA
Actor
PAHIT-PAHIT MANIS 1952 L. INATA
Actor
SAMPAH 1955 MOH SAID HJ
Actor
TERKABUL 1952 L. INATA
Actor
PERKASA ALAM 1954 M. ARIEF
Actor
SI MIENTJE 1952 BASUKI EFFENDI
Actor
GARA-GARA HADIAH 1953

Actor
KASIH SAJANG 1954 L. INATA
Actor
SAIDJAH PUTRI PANTAI 1956 MOH SAID HJ
Actor
SERUNI LAJU 1951

Actor
GADIS OLAHRAGA 1951 DR HUYUNG
Actor
KLENTING KUNING 1954

Actor
DUNIA GILA 1951 MOH SAID HJ
Actor
SATRIA DESA 1952 HU
Actor
PUTRI SOLO 1953 FRED YOUNG
Actor
SEPANDJANG MALIOBORO 1951 H. ASBY
Actor
PUTRI DARI MEDAN 1954 D. DJAJAKUSUMA
Actor
AJAH KIKIR 1953 HU
Actor
KENANGAN MASA 1951 DR HUYUNG
Actor
LEWAT DJAM MALAM 1954 USMAR ISMAIL
Actor
PENGORBANAN