JAMPANG II | 1990 | S.A. KARIM | Director Of Photography | |
KAMANDAKA | 1991 | M. ABNAR ROMLI | Director Of Photography | |
PENDEKAR MATA SATU | 1989 | S.A. KARIM | Director Of Photography | |
PENDEKAR MATA SATU LAWAN SABUK BADAK | 1989 | S.A. KARIM | Director Of Photography | |
TUTUR TINULAR IV | 1992 | JOPI BURNAMA | Director Of Photography | |
KULIHAT CINTA DI MATANYA | 1985 | BOBBY SANDY | Director Of Photography | |
JAKA SEMBUNG DAN DEWI SAMUDRA | 1990 | ATOK SUGIARTO | Director Of Photography | |
BISIKAN ARWAH | 1988 | JOPI BURNAMA | Director Of Photography | |
CINTA ANAK MUDA | 1990 | HADI POERNOMO | Director Of Photography | |
PUTRI KUNTI'ANAK | 1988 | ATOK SUHARTO | Director Of Photography | |
JURUS DEWA NAGA | 1989 | S.A. KARIM | Director Of Photography | |
JURUS DEWA KOBRA | 1994 | S.A. KARIM | Director Of Photography | |
TABIR BIRU | 1993 | MUCHLIS RAYA | Director Of Photography | |
SI RAWING | 1991 | DENNY HW | Director Of Photography. |
PEMBUAT FILM INDONESIA 1900-1992, Blog ini tentang pembuat film Indonesia, mulai dari Isu, peristiwa, sosok, dibalik layar, berita, bioskop, analisa, kritikus, undang-undang film, film negara, bintang film, sutradara, Cinematographer, produser, sosok yang berpengaruh, sang legend, aktor, aktris, perkembangan film Nasional, jadul, lawas, nostalgia, jaman, kejayaan, keemasan, mereka yang membuat film, penonton, situasi sosial saat itu, perjuangan, kemerdekaan, era Belanda, Jepang, fungsi film dll.
Tampilkan postingan dengan label DJAROT BINTORO 1985-1994. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DJAROT BINTORO 1985-1994. Tampilkan semua postingan
Rabu, 30 November 2011
DJAROT BINTORO / 1985-1994
Label:
DJAROT BINTORO 1985-1994
JAKA SEMBUNG DAN DEWI SAMUDRA / 1990
Cinematographer: DJAROT BINTORO
Sutradara : ATOK SUGIARTO
Dia hanya menyutradarai satu film ini saja. Dan ini adalah film terakhir serial Jaka sembung, setelah itu tidak ada lagi. Mungkin karena dalam film ini yang dibuat tahun 1990 ceritanya sudah aneh dari film pertamanya Jaka Sembung yang melawan Kompeni Belanda, kini Jaka Sembung dikolaborasikan dengan Nyi Roro Kidul. Memang banyak yang kecewa dengan film ini bagi penyuka film Jaka Sembung di awal. Karena mereka menilai ceritanya sudah mengada-ada, mencampur adukan dua kekuatan, kesuksesan dalam Jaka Sembung dan juga kesuksesan dalam Nyi Roro Kidul/Blorong. Sehingga disini penonton melihat ada upaya percampuran adegan sex, yaitu melalui si petarung (warrior) Jaka Sembung. Film Jaka Sembung sebelumnya memang tidak ada adegan panasnya, tetapi produser penasaran menggabungkan dua kekuatan laga dan sex seperti film kebanyakan yang dibuat tahun itu juga. Tetapi image Jaka Sembung di penonton jadi buyar. Selebihnya tahun 1990 ke atas, produksi film mulai surut dengan dua hal, penonton muak dengan film Indonesia yang selalu SEKWILDA (Sekitar selangkangan dan dada), lalu membanjirnya kran import film Hollywood atas monopoli dagang inport yang dikuasi sebuah group, dengan ditandai berdirinya bioskop 21 group dan hanculnya produksi film nasional dan bioskop rakyat.
P.T. ANDALAS KENCANA FILM
P.T. ANDALAS KENCANA FILM
YURIKE PRASTICA BARRY PRIMA HESTI SYANI FRED WETIK H.I.M. DAMSJIK MANDRA |
Jaka Sembung dan Dewi Samudra adalah film aksi laga epos dewasa tahun 1990 dari Indonesia yang dibintangi oleh Barry Prima dan Yurike Prastika. Cerita film ini dibuat berdasarkan serial komik Indonesia "Jaka Sembung" karya komikus terkenal Indonesia Djair Warniponakanda. Film ini didistribusikan oleh Andalas Kencana dan dirilis tahun 1990.
Film ini merupakan sekuel dari film Bajing Ireng dan Jaka Sembung tahun 1985 yang sangat sukses kala itu, mengikuti kesuksesan film pertamanya, Jaka Sembung Sang Penakluk (1981). Film ini juga adalah film terakhir dari keseluruhan serial film Jaka Sembung.
Jaka Sembung (Barry Prima) tertangkap dan hendak dibuang ke Australia. Di tengah laut, kapal diterjang badai. Saat itulah Dewi Samudra (Yurike Prastica) yang juga dikesankan sebagai Nyi Roro Kidul seperti dalam legenda, datang menolong Jaka Sembung. Kapal dan seluruh awaknya tenggelam. Jaka sendiri yang selamat lewat sekeping papan. Ternyata papan itu menuju istana Dewi Samudra di dasar laut. Sang Dewi sangat menghendaki Jaka, tapi sang tokoh tetap tak tergoda, hingga Dewi Samudra melepaskannya kembali ke darat agar Jaka bisa meneruskan perjuangan melawan Belanda, sambil berjanji akan menolong bila ada kesulitan. Maka, seperti seri Jaka Sembung lainnya, mulailah pertempuran melawan Belanda dan segala begundalnya, lewat silat maupun ilmu gaib. Dan Jaka Sembung bergabung dengan Kiai Mustakim, pimpinan pesantren anti Belanda. Dewi Samudra menunaikan janjinya pada saat kritis. Penggunaan Mandra, bintang Topeng Betawi, agaknya memang dipakai untuk pemberi warna lucu.
Film ini merupakan sekuel dari film Bajing Ireng dan Jaka Sembung tahun 1985 yang sangat sukses kala itu, mengikuti kesuksesan film pertamanya, Jaka Sembung Sang Penakluk (1981). Film ini juga adalah film terakhir dari keseluruhan serial film Jaka Sembung.
Jaka Sembung (Barry Prima) tertangkap dan hendak dibuang ke Australia. Di tengah laut, kapal diterjang badai. Saat itulah Dewi Samudra (Yurike Prastica) yang juga dikesankan sebagai Nyi Roro Kidul seperti dalam legenda, datang menolong Jaka Sembung. Kapal dan seluruh awaknya tenggelam. Jaka sendiri yang selamat lewat sekeping papan. Ternyata papan itu menuju istana Dewi Samudra di dasar laut. Sang Dewi sangat menghendaki Jaka, tapi sang tokoh tetap tak tergoda, hingga Dewi Samudra melepaskannya kembali ke darat agar Jaka bisa meneruskan perjuangan melawan Belanda, sambil berjanji akan menolong bila ada kesulitan. Maka, seperti seri Jaka Sembung lainnya, mulailah pertempuran melawan Belanda dan segala begundalnya, lewat silat maupun ilmu gaib. Dan Jaka Sembung bergabung dengan Kiai Mustakim, pimpinan pesantren anti Belanda. Dewi Samudra menunaikan janjinya pada saat kritis. Penggunaan Mandra, bintang Topeng Betawi, agaknya memang dipakai untuk pemberi warna lucu.
Langganan:
Postingan (Atom)