alias Soedjarwadi Lahir Kamis, 16 Juni 1932 di Yogya. Pendidikan: ASDRAFI (lulus, 1957). Semasih di sekolah telah aktif berteater, antara lain bersama dra. Mien Brodjo. Juga sudah main film Sampai Berjumpa Kembali (1955). Sejak itu tetap bertahan di dunia acting, hingga lebih dari 40 tahun kemudian. Ketika belum mantap (sebagai pemain), si isteri yang setia jual gado-gado, demi menjaga dapur tetap ngebul. Di awal 70-an mulai bersemi, best actor PWI Jaya 1972-1973 untuk Perkawinan (1972), dan aktor terbaik kedua pada FFI 1974 dalam Rio Anakku (1973). Selain di atas pentas, diapun jadi sutradara dalam beberapa film, Direktris Muda (1977), Sopirku Sayang (1978) dan Cowok Masa Kini (1978). Dalam bidang organisasi, pernah jadi Ketua I PARFI (1975-1983), anggota Komite Film DKJ (1986-1990) dan Lembaga Kesenian Kosgoro. Anggota Corp Pelajar Siliwangi (1947-1950) dan CPM di Garut (1950--1951) ini menerima Penghargaan Kesetiaan Profesi 1991 dari Dewan Film Nasional. Ketika produksi film "sepi", Kusno terjun pula ke sinetron. Di antaranya dalam Tirai Kasih Yang Terkoyak (1996-1997) dan Perawan Lembah Wilis (1997).
• Dia berpendapat bahwa setiap aktor atau aktris haruslah berdisiplin dan memiliki rasa tanggung jawab
• Pemain drama dan film, dan juga sutradara
KETIKA beberapa tahun yang lalu drama Kirdjomuljo “PENGGALI INTAN” telah mampu membawa situasi baru dalam teater kita dengan dipentaskannya repertoire itu oleh Teater Indonesia di Jogja, masyarakat mempunyai kepercayaan baru terhadap drama yang tahun-tahun sebelumnya lesu oleh sebutan-sebutan yang kurang pantas. Ternyata PENGGALI INTAN telah membuka jalan untuk lahirnya drama-drama komedi dengan lebih banyak. Serta menarik masyarakat untuk mencintai cabang seni ini. Meskipun hal itu tak dapat dilepaskan dengan keadaan negara dan kehidupan yang terjadi di waktu itu. Dengan PENGGALI INTAN itu penulis-penulis drama mulai dengan secara sadar mengarahkan diri untuk memasukkan unsur-unsir komedi sebagai pereda ketegangan dalam cerita tragedi.
Kita tak dapat melepaskan dugaan bawa MALAM DJAHANAM telah banyak diilhami oleh struktur yang telah diwujudkan oleh Kirdjomuljo dalam “Penggali Intan” itu. Kalaulah sumbangan Kirdjomuljo itu tidak seberapa atau sangat kecil, namun itu telah membukakan kesadaran pada penulis-penulis kita untuk mengadakan pencarian dan percobaan-percobaan, mencari penemuan-penemuan baru sebagai kemungkinan-kemungkinan yang dapat disumbangkan pada seni teater Indonesia.
Dengan berhasilanya pementasan “Penggali Intan” di Jogja itu, kita tak dapat melepaskan nama Kusno Sudjarwadi sebagai salah seorang pemerannya.
Sejak permainannya dalam “Penggali Intan” nama Kusno Sudjarwadi kian hari kian tenar.
Kusno Sudjarwadi rapat dengan seniman-seniman Jogja. Tak peduli apakah mereka itu pengarang, pelukis, atau musikus, atau penari. Karena dalam kesadarannya memang meyakini bahwa hidupnya telah dicurahkan kepada drama. Dan drama adalah terkumpulnya segala cabang seni. Sebab itu segala cabang seni tadi perlu dia mengerti dan hayati.
SETELAH menyaksikan pementasan DJAJAPRANA di Gedung PPBI pada tanggal 2 November 1963 untuk memperingati ulang tahun ASDRAFI yang kedelapan, saya mendekat kepadanya tatkala penonton telah meninggalkan gedung.
“Bagus, Kus,” kata saya tentang pementasan itu.
“Belum apa-apanya,” katanya dengan tersenyum.
“Tapi memang bagus,” kata saya lagi, “Meskipun tidak sangat bagus”
Memang ada satu dua pemain yang melemahkan nilai pementasan itu tapi saya tak dapat membohongi perasaan saya ketika menyaksikan bahwa pementasan itu memang baik. Dia telah mampu membentuk pertarungan jiwa Sang Radja seperti yang dikehendaki Kirdjomuljo dalam memusatkan karyanya itu sebagai sebauh pengupasan kejiwaan sang raja, dan bukan pada penitikberatan sepasang pecinta besar: DJAJAPRANA-LAJONSARI serta kepahlawanan mereka sebagai pencinta agung; cinta terhadap kekasih, cinta terhadap tanah air, dan cinta terhadap rakyat.
Sementara Kusno berbincang dengan teman-temannya saya masih diam dan lalu mengajak dia ke tempat agak lengang untuk berbincang.
Dia lahir pada tanggal 16 Juni 1932 di Wates, Jogjakarta,. Dalam dirinya ada darah campuran Jawa tengah – Jawa Timur. Tapi selama ini saya mengenalnya sebagai Orang Jawa Barat. Orangtuanya di Garut. Bicaranyapun dengan bahasa Sunda. Anehnya dia juga dapat berbahasa Jawa dan pikir saya tentunya sudah lama dia di jawa Tengah. Beberapa orang mengira dia berasal dari Batak, sebab raut mukanya itu.
Memang dia dikenal diantara teman-teman sebagai salah seorang yang tidak memilih-milih dalam bergaul. Dia hidup di tengah-tengah berbagai suku dan padanya tidak ada sesuatu suku yang lebih baik dari suku yang lain. Rasa propinsionalisme tak ada padanya!
Di masa perang dahulu, ia tergabung pada “Gerilya Galunggung”. Masih bocah ia pada masa itu, mempunyai tugas yang menghubungkan kota pendudukan dengan daerah aman. Pada tahun 1950 ia jadi PM dan tahun berikutnya meninggalkan kemiliteran menuju ke Jogjakarta untuk sekolah setelah keluar dari SMA dia menerujunkan diri pada drama dengan masuk ASDRAFI.
Sejak itu, hidupnya dipertaruhkan pada drama. Ikut aktif dalam berbagai perkumpulan drama. Sudah banyak ia main drama. Juga mengadakan perlawatan untuk bermain drama-drama yang dia sutradarai. Antara lain ke Bandung, Semarang, Bali, jember; Madiun, Magelang, Ngawi. Drama “Domba-domba Revousi” adalah dia yang pertama menyutradarai untuk Jogja. Sedang drama-drama lain yang dia sutradarai antaranya: RORO MENDUT, SI BACHIL, MAWAR HUTAN, DJAJAPRANA. Dalam film dia juga ikut bermain dalam SAMPAI BERJUMPA PULA, GATOT KACA LAHIR, TANGAN-TANGAN YANG KOTOR. Sedang dalam drama ia bermain antara lain: SAAT SUNGAI BARITO KERING, PENGGALI INTAN, MALAM DJAHANAM. dan sebagainya.
Sejak tahun 1959 dia mengajar acting dan directing di ASDRAFI merangkap jadi anggota Directorium. Dia yang termuda. Directorium itu terdiri dari Hertog Djojonegoro, Widjokongko, dan Kusno Sudjarwadi. Disamping itu dia bekerja di Perfebi.
ANTARA saya dengannya telah terjadi serentetan tanyajawab:
PERTANYAAN (P): kenikmatan apa yang saudara rasakan dalam drama? Artinya dalam saudara menyutradarai dan dalam saudara sendiri bermain?
KUSNO SUDJARWADI (KS): Jika saya membawakan atau memerankan sebuah karakter dan yang saya bawakan itu dapat merangsang penonton, maka itu satu kepuasan juga. Sebagai sutradara adalah puas – sebab sutradara adalah wakil penonton – jika pemain-pemain disiplin dan jika penonton dapat terpikat. Tentu saja, hal ini di samping segi=segi komersiilnya. Repertiore pun mempengaruhi juga dari pementasan itu.
P: Apakah memang benar ada perbedaan antara drama dan kehidupan? Dengan ukuran-ukuran yang bagaimana sekiranya perbedaan itu memang ada?
KS: Sudah tentu ada perbedaan. Tapi yang terang, drama itu sendiri diambil atau diangkat dari kehidupan sehari-hari. Hanya pelaksanaannya tentu saja ada kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan tersendiri dari drama itu. Masalah artistik, estetika, dan sebagainya. Sehingga memudahkan penonton untuk dapat menikmatinya, yang kesemuanya itu tak dapat lepas dari hukum-hukum pentas . Misalnya soal orang bertengkar. Dalam pertengkaran drama, kita tidak memindahkan begitu saja pertengkaran tadi, tapi kita memperhitungkan pula segi-segi acting, artistiknya bertengkar, situasi dan sebagainya, yang diperlukan dalam pendramaan.
P: Menurut saudara bagaimana perkembangan drama Indonesia sekarang?
KS: Sangat pesat. Ada kemajuan-kemajuan. Di pelosok-pelosok, daerah-daerah yang sampai sekarang menunjukkan aktivitas dalam organisasi, ada sebagian sebagai hobi, dengan tidak sepenuhnya mencurahkan tenaga dan pikirannya dalam bidang itu. Artnya banyak yang hanya iseng atau samben. Misalnya jika pagi mereka bekerja di kantor dan waktu-waktu lain digunakan untuk kegiatan-kegiatan tadi dengan memasuki organisasi . kebanyakan masih bersifat amatir.
P: Apakah hal ini akan mempunyai efek baik?
KS: Efeknya baik sekali. Yang orang juga memberi pengertian pada golongan-golongan tertentu atau juga orang-orang yang masih menganggap drama dengan pandangan remeh.
P: Atau malah tidak sebaliknya?
KS: memang, untuk mempertanggungjawabkan pada masyarakat harus diperlihatkan permainan yang baik, diskusi-diskusi dan sebagainya, yang serba lengkap sehingga masyarakat dengan pertunjukan yang baik akan membuat masyarakat “ketagihan” pada yang baik itudan menimbulkan pikiran kapan akan diadakan lagi drama itu atau drama yang serupa itu.
KS: memang, untuk mempertanggungjawabkan pada masyarakat harus diperlihatkan permainan yang baik, diskusi-diskusi dan sebagainya, yang serba lengkap sehingga masyarakat dengan pertunjukan yang baik akan membuat masyarakat “ketagihan” pada yang baik itudan menimbulkan pikiran kapan akan diadakan lagi drama itu atau drama yang serupa itu.
P: jadi amatir membantu perkembangan drama itu?
KS: dalam saat sekarang ini, membantu sekali. Memang ada sering himpunan atau organisasi drama yang hanya iseng dan tidak serius. Tapi ini tidak mengurangi nilai perkembangan. Mungkin kemauannya baik dan ada usahanya, tapi pelaksanaannya yang tidak memungkinkan. Sehingga penonton yang pernah menyaksikan drama yang bagus menjadi kapok dan kecewa. Bakan untuk melihat drama-drama selanjutnya. Dan orang-orang yang sungguh-sungguh dan serius dalam drama adalah untuk mengangkat kembali penonton-penonton yang sudah kapok tadi itu, agak payah juga sering terasa.
P: Apakah drama ini perlu dikembangkan di sekolah-sekolah lanjutan ataupun di semua sekolah?
KS: memang dari pihak pemerintah sendiri ada perhatian. Yang sekarang ini di sekolah-sekolah lanjutan diadakan hari krida, di mana bidang drama juga termasuk di dalamnya.
P: Mengenai efeknya?
KS: Ada dua kemungkinan. Seperti pernah saya lakukan,. Satu, memberi pengertian pada siswa-siswa sekolah lanjutan mengenai drama agar dapat menghargai dan mencintai seni drama pada khususnya dan kesenian Indonesia pada umumnya. Jadi rasa cinta, rasa menghargai drama dan kesenian telah mulai dipupuk di sekolah lanjutan, Dan barang tentu bila di seluruh pelosok tanah air ini ada beribu-ribu sekolah lanjutan – bayangkan berapa ratus anak-anak yang telah dapat mengenali bidang drama. Artinya juga mendidik untuk jadi penonton yang baik.
P: Bagaimana maksud itu?
KS: Maksud saya, anak-anak yang belum tahu etiket menonton sering gaduh di gedung pertunjukan. Kalau di diberi pengertian-pengertian tentang penonton yang baik, kebiasaan-kebiasaan buruk ini – seperti bersuit-suit, kursi ditarik, berteriak-teriak – dapat dikurangi. Sudah barang tentu hal ini tak dapat lepas dari pertunjukan drama itu apakah membosankan atau menarik. Tapi ternyata meskipun drama itu serius sering juga ada kegaduhan penonton yang belum terdidik tadi.
P: Dan efek kedua?
KS: Seperti halnya dalam percobaan di SMA Teladan adanya hari krida drama perhatian dari siswa ternyata jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan hari krida yang lain. Itu pada percobaan di SMA Teladan ketika saya diminta mengajar di sana. Mungkin hal itu sekarang berobah. Mungkin tidak diharuskan , artinya tidak dianggap penting. Sehingga anak-anak dengan suka hati, dengan tak ada kesungguhan. Sebab barangka ltulah karena kurang adanya minat pada drama dan minat mereka teralihkan pada bidang-bidang lain. Kemudian mengenai naskah drama. Itu juga terbentur pada kesulitan. Kesulitannya, naskah-naskah kita masih terbatas. Apalagi bagi mereka yang amsih di sekolah lanjutan. , sehingga kita harus berhati-hati mencari naskah yang sesuai dengan usia dan pertimbangan pendidikan siswa tadi. Supaya jangan sampai malah menimbulkan efek yang tidak baik.
P: Apakah dalam hal ini tak ada naskah-naskah untuk sekolah lanjutan tadi?
KS: Sudah tentu. Dan itu saya serahkan pada sastrawan-sastrawan Indonesia yang bertanggung jawab dalam masalah ini.
P: Saudara Kusno, apakah sesungguhnya yang harus dipunyai oleh setiap pemain?
KS: (Dia diam, berpikir) Bekal seorang aktor atau aktir memang banyak. Banyak sekali segi-segi yang harus ditempuh. Bukan saja berdasarkan bakat, tapi faktor-faktor lain harus dimiliki. Harus adanya ketekunan belajar misalnya. Pada buk-buku atau kehidupan masyarakat, orientasi, dan observasi pada masyarakat. Pun harus sanggup menarik pengalaman yang telah dialaminya sendiri.
(Dia memberi contoh orang yang muncul jadi aktor atau aktris yang terbaik hanya karena satu kali saja main, tapi akrena tak ada ketekunan pada semua yang dia kemukakan tadi, mereka ini pelan-pelan jatuh. Hal itu membuktikan betapa pentingnya pendalaman dan ketekunan belajar. Pun pula, setiap pemain baginya harus tahu bidang-bidang kesenian yang lain. Meskipun tidak amat mahir. Kemudian dia meneruskan)
Dan juga adanya disiplin dan rasa tanggung jawab harus dipunyai oleh setiap calon aktor atau aktris.
P: Mengapa?
KS: Sebab dengan membiasakan disiplin segalanya akan lancar. Baik waktu latihan, pertunjukan, persiapan-persiapan – harus tepat pada waktunya. Dan segalanya telah diperhitungkan dengan teliti. (aku teringat akan mementaskan Djajaprana ia tak mau meninggalkan gedung sebelum segalanya beres. Yang lain pulang, tapi ia masih kerja ini-itu. Sendirian!)
Masalah ini memang banyak kurang diperhatikan oleh organisasi-organisasi drama yang bersifat amatir. Karena belum adanya kesadaran atau belum mempunyai rasa tanggung jawab terhadap beban yang dipikulkan kepada aktor atau aktris. Mereka sering latihan terlambat. Minta dijemput. Manja, Merengek, dan sebagainya. Semua itu harus dihilangkan bagi seorang pemain yang ingin benar-benar baik.
P: Saudara Kusno, di samping bermain drama saudarapun bermain untuk film. Dan baru-baru ini saudara bermain sebagai si Tua dalam “Tangan-tangan yang Kotor”. Sesungguhnya perbedaan apakah yang dirasakan oleh seorang pemain dalam bermain drama dan film?
KS: (Dia diam, berpikir). Yang terang perbedaan yang dirasakan oleh pemain dalam bermain drama dan film ialah bahwa dalam drama kita dapat bermain langsung ditonton oleh penonton. Kemudian membawakan karakter atau peran dalam cerita itu tidak merasa diputus-putus dan langsung merangsang penonton. Itu menurut pendapat saya. Entah pendapat yang lain. Dan kesuksesan atau jatuhnya pemain dirasakan seketika itu juga. Sedang dalam film kita mengemukakan emosi atau karakter yang kita bawakan sudah terikat oleh skenario yang telah ditentukan secara teknis. Umpamanya saja sedang membawakan sebuah karakter, tiba-tiba saja di “cut”. Emosi yang telah kita bawakan berarti terputus pula. Kemudan pengambilan selanjutnya masih satu rentetan dengan shot sebelumnya, kita terpaksa harus ,engembalikan emosi kita semula yang telah di “cut”, misalnya untuk LS berubah ke MS. Kemudian ke CU. Kita harus menunggu persiapan teknis – sehingga ketika shot selanjutnya kita harus konsentrasi untuk membangunkan emosi seperti sebelumnya supaya ada rentetan yang kontinyu. Perbedaan-perbedaan lain sudah tentu banyak juga. Misalnya dalam drama itu harus hafal luar kepalasedang dalam film – kebanyakan yang saya saksikan – sering pemain-pemain itu mendadak dalam set. Sehingga tidak ada konsentrasi. Dan karena itu menurunkan nilai permainan. Kalau dalam pentas kita dapat kebebasan – bebas inipun dalam hukum-hukum tertentu – tapi dalam film kita mau bebas diri, kita telah dibatasi oleh lensa. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan yang rasanya tak perlu disebutkan.
“terima kasih,” kata saya kepadanya.
Dan kami mengalihkan pembicaraan pada saat ketika kami bersama-sama di Teater Indonesia bersama Nasjah Djamin, Kirdjomuljo, Rondang Tobing, Motinggo Boesje, M. Nizar, Bagong Kussudiardjo, FX Sutopo, dan sebagainya.
Hari sudah mulai sore, ketika saya meninggalkan tempat tinggalnya dan gerimis turun perlahan.
Saya berjalan sendiri dan dalam pikiran saya penuh masalah tentang seni teater Indonesia yang akan datang. Tiba-tiba saja dalam kepala teringat sebuah ucapan Prof. Dr. Jan Romein:
“Azas sejarah, adalah perubahan”
Dan perubahan apa yang akant erjadi pada seni teater Indonesia? Pikir saya.
Saya belum dapat menjawabnya dan pertanyaan itu saya bawa juga berjalan meninggalkan tempat tinggal Kusno Sudjarwadi.
MANUSIA BERILMU GAIB | 1981 | LILIK SUDJIO | Actor | |
SPY AND JOURNALIST | 1971 | F. SUTRISNO | Actor | |
DENDAM DUA JAGOAN | 1986 | IMAM PUTRA PILIANG | Actor | |
DARAH NELAJAN | 1965 | HASMANAN | Actor | |
SETULUS HATIMU | 1975 | ARIZAL | Actor | |
PERTARUNGAN UNTUK HIDUP | 1986 | IMAM PUTRA PILIANG | Actor | |
DARI MATA TURUN KE HATI | 1979 | JOPI BURNAMA | Actor | |
SELALU DI HATIKU | 1975 | HASMANAN | Actor | |
SEKUNTUM MAWAR PUTIH | 1981 | MOCHTAR SOEMODIMEDJO | Actor | |
JANGAN COBA RABA-RABA | 1980 | JOPI BURNAMA | Actor | |
LAHIRNJA GATOTKATJA | 1960 | D. DJAJAKUSUMA | Actor | |
PELAJARAN CINTA | 1979 | MATNOOR TINDAON | Actor | |
PELACUR | 1975 | RATNO TIMOER | Actor | |
GODAAN PEREMPUAN HALUS | 1993 | JOPI BURNAMA | Actor | |
SELAMAT TINGGAL KEKASIH | 1972 | ISMED M. NOOR | Actor | |
SALOME | 1980 | RATNO TIMOER | Actor | |
PERAWAN DI SEKTOR SELATAN | 1971 | ALAM SURAWIDJAJA | Actor | |
PAHALAWAN GOA SELARONG | 1972 | LILIK SUDJIO | Actor | |
MAWAR RIMBA | 1972 | F. SUTRISNO | Actor | |
PINTAR-PINTARAN | 1992 | YAZMAN YAZID | Actor | |
TINGGAL LANDAS BUAT KEKASIH | 1984 | SOPHAN SOPHIAAN | Actor | |
TABAH SAMPAI AKHIR | 1973 | LILIK SUDJIO | Actor | |
AJIAN MACAN PUTIH | 1982 | M. SHARIEFFUDIN A | Actor | |
PERKAWINAN | 1972 | WIM UMBOH | Actor | |
SEBELUM USIA 17 | 1975 | MOTINGGO BOESJE | Actor | |
KADARWATI | 1983 | SOPHAN SOPHIAAN | Actor | |
TJINTA DIUDJUNG TAHUN | 1965 | HASMANAN | Actor | |
PENGANTIN REMAJA | 1971 | WIM UMBOH | Actor | |
WIDURI KEKASIHKU | 1976 | SOPHAN SOPHIAAN | Actor | |
SI BONGKOK | 1972 | LILIK SUDJIO | Actor | |
SI BUTA DARI GUA HANTU | 1970 | LILIK SUDJIO | Actor | |
WAROK SINGO KOBRA | 1982 | NAWI ISMAIL | Actor | |
GERSANG TAPI DAMAI | 1977 | WAHYU SIHOMBING | Actor | |
API DIBUKIT MENORAH | 1971 | D. DJAJAKUSUMA | Actor | |
ATENG SOK AKSI | 1977 | HASMANAN | Actor | |
KEMASUKAN SETAN | 1974 | LUKMAN HAKIM NAIN | Actor | |
MAKHLUK DARI KUBUR | 1991 | S.A. KARIM | Actor | |
ATENG SOK TAU | 1976 | HASMANAN | Actor | |
ATENG THE GODFATHER | 1976 | HASMANAN | Actor | |
PEMBALASAN SETAN KARANG BOLONG | 1989 | RATNO TIMOER | Actor | |
BUAH BIBIR | 1972 | IKSAN LAHARDI | Actor | |
MANAGER HOTEL | 1977 | M. SHARIEFFUDIN A | Actor | |
TERAN BULAN DI TENGAH HARI | 1988 | CHAERUL UMAM | Actor | |
MERINDUKAN KASIH SAYANG | 1984 | C.M. NAS | Actor | |
HANYA UNTUKMU | 1976 | ARIZAL | Actor | |
TUAN TANAH KEDAWUNG | 1970 | LILIK SUDJIO | Actor | |
PERJALANAN CINTA | 1980 | MATNOOR TINDAON | Actor | |
JERITAN MALAM | 1981 | M. ABNAR ROMLI | Actor | |
DR. FIRDAUS | 1976 | ARIZAL | Actor | |
DIREKTRIS MUDA | 1977 | KUSNO SUDJARWADI | Actor Director | |
MANA TAHAN | 1979 | NAWI ISMAIL | Actor | |
TRAGEDI TANTE SEX | 1976 | BAY ISBAHI | Actor | |
DIKEJAR DOSA | 1974 | LUKMAN HAKIM NAIN | Actor | |
WANITA SEGALA ZAMAN | 1979 | HASMANAN | Actor | |
COWOK MASA KINI | 1978 | KUSNO SUDJARWADI | Actor Director | |
MANIS-MANIS SOMBONG | 1980 | EDUART P. SIRAIT | Actor | |
BULAN DI ATAS KUBURAN | 1973 | ASRUL SANI | Actor | |
KARENA LIRIKAN | 1980 | RATNO TIMOER | Actor | |
OPERASI TINOMBALA | 1977 | M. SHARIEFFUDIN A | Actor | |
PACAR PILIHAN | 1975 | SOENDJOTO ADIBROTO | Actor | |
PENGALAMAN PERTAMA | 1977 | JOPI BURNAMA | Actor | |
BUNGA PUTIH | 1966 | HASMANAN | Actor | |
BUNGA ROOS | 1975 | FRED YOUNG | Actor | |
TOKOH | 1973 | WIM UMBOH | Actor | |
KISAH CINTA NYI BLORONG | 1989 | NORMAN BENNY | Actor | |
BILA HATI PEREMPUAN MENJERIT | 1981 | ARIZAL | Actor | |
RIO ANAKKU | 1973 | ARIFIN C. NOER | Actor | |
HONOUR | 1974 | BOBBY SANDY | Actor | |
GADIS PANGGILAN | 1976 | RATNO TIMOER | Actor | |
TEMPATMU DI SISIKU | 1980 | JOPI BURNAMA | Actor | |
DARNA AJAIB | 1980 | LILIK SUDJIO | Actor | |
YANG KEMBALI BERSEMI | 1980 | SUKARNO M. NOOR | Actor | |
KONTRAKTOR | 1984 | WAHAB ABDI | Actor | |
CINTA | 1975 | WIM UMBOH | Actor | |
CINTA ABADI | 1976 | WAHYU SIHOMBING | Actor | |
SOPIRKU SAYANG | 1978 | KUSNO SUDJARWADI | Director | |
FAJAR YANG KELABU | 1981 | SANDY SUWARDI HASSAN | Actor | |
MISTERY IN HONGKONG | 1974 | IKSAN LAHARDI | Actor | |
PEREMPUAN | 1973 | PITRAJAYA BURNAMA | Actor | |
SISA-SISA LASKAR PAJANG | 1974 | C.M. NAS | Actor | |
PACAR PERTAMA | 1986 | SAM SARUMPAET | Actor | |
SUNAN KALIJAGA DAN SYECH SITI JENAR | 1985 | SOFYAN SHARNA | Actor | |
DALAM LINGKARAN CINTA | 1981 | SUSILO SWD | Actor | |
PUTRI GIOK | 1980 | MAMAN FIRMANSJAH | Actor | |
LAILA MAJENUN | 1975 | SJUMAN DJAYA | Actor | |
HATI SEORANG WANITA | 1984 | BAY ISBAHI | Actor | |
DIMANA KAU IBU | 1973 | HASMANAN | Actor | |
MARTINI | 1978 | M. SHARIEFFUDIN A | Actor | |
BUTET | 1974 | S.A. KARIM | Actor | |
MERPATI TAK PERNAH INGKAR JANJI | 1986 | WIM UMBOH | Actor | |
MUTIARA HITAM | 1967 | HASMANAN | Actor | |
MASIH ADAKAH CINTA | 1980 | RACHMAT KARTOLO | Actor | |
JANJI SARINAH | 1976 | ARIZAL | Actor | |
AMALIA S.H. | 1981 | BOBBY SANDY | Actor | |
SENYUM DIPAGI BULAN SEPTEMBER | 1974 | WIM UMBOH | Actor | |
SENYUM DIPAGI BULAN DESEMBER | 1974 | WIM UMBOH | Actor | |
SENYUM DAN TANGIS | 1974 | ARIZAL | Actor | |
TANGAN-TANGAN MUNGIL | 1981 | YAZMAN YAZID | Actor | |
TANGAN-TANGAN JANG KOTOR | 1963 | SOENDJOTO ADIBROTO | Actor | |
DR. KARMILA | 1981 | NICO PELAMONIA | Actor | |
SEMALAM DI MALAYSIA | 1975 | NICO PELAMONIA | Actor | |
JINAK-JINAK MERPATI | 1975 | SOPHAN SOPHIAAN | Actor | |
MATAHARI PAGI | 1968 | BAMBANG IRAWAN | Actor | |
SYEH SITI KOBAR MEMBANGKANG | 1989 | RATNO TIMOER | Actor | |
SUNAN KALIJAGA | 1983 | SOFYAN SHARNA | Actor | |
CINTA RAHASIA | 1976 | LUKMAN HAKIM NAIN | Actor | |
GEJOLAK KAWULA MUDA | 1985 | MAMAN FIRMANSJAH | Actor |