KALIMANTAN UTARA
Kemunculan bioskop di Bulungan tidak lepas dari kebutuhan hiburan bagi
masyarakat waktu itu, jaman dulu sebelum ada bioskop di Bulungan,
hiburan sejenis memang sudah ada, orang dulu menyebutnya “Mamanda
Boeloengan” atau “ Doel Moeloek” semacam “Toenil Melajoe” namun lebih
sederhana, hiburan jenis ini sudah ada di bulungan, khususnya di Tanjung
Selor dan Tanjung Palas sekitar pertengahan abad 19 M.
Pemilik Bioskop zaman itu adalah Haji Umar Al-Amrie, atau lebih dikenal dengan nama Pak Umay (67 th), orangnya bersahaja, saya diberi kesempatan yang sangat berharga untuk menyelami sejarah Bioskop di Bulungan. Beliau adalah salah seorang Pengusaha tulen asal Kampong Arab yang sempat terjun ke dunia bisnis bioskop, yang zaman dulu lebih banyak di kelola orang Chinese.
Bangunan bioskop pertama ada di Tanjung Selor, menurut penuturan Haji
Umar Al-Amrie, bangunan tersebut dulu dibeli pemerintah dizaman akhir
Kesultanan Bulungan, bangunannya sendiri bernama “Keng Kie”, jadi umur
bangunan bioskop itu memang sudah sangat lama mungkin dibangun sekitar
tahun 1940 atau 1950-an.
Bioskop pertama bernama Bioskop Sungai Kayan, Pak Umay memulai kisahnya, bangunan itu di buka pada tahun 1972 oleh seorang Chinese dengan bantuan pemerintah Kabupaten Bulungan melalui yayasan Dharma Wanita, kemudian dijual kepada beliau dan ditukar nama menjadi Bioskop Gembira pada tahun 1975.
Dimasa itu adalah masa jaya-jayanya bioskop di Bulungan, Tanjung selor. Bangunan Bioskop mampu menampung kurang lebih 300 penonton dalam sekali tayang. di era itu, banyak muda-mudi Bulungan menghabiskan waktunya untuk menonton film di bioskop. sehingga tidak jarang ada semacam istilah “tidak malam mingguan kalau tidak ke Bioskop”, begitulah kondisi di kota kecil macam Tanjung Selor pada masa-masa itu.
Jadual bioskop cukup padat, dalam sehari ada dua kali penayangan, yaitu antara pukul 04.00 sore hingga mendekati magrib jam 07.00, kemudian dimulai lagi dari jam 09.00 malam hingga selesai. rata-rata peminat film memang beragam namun paling banyak adalah Film Amerika, Film Mandarin khususnya film Kung fu, kemudian Film India dan Film Indonesia. Rentang waktu film tersebut antara satu setengah hingga dua jam cuma film India yang paling lama bisa sekitar dua setengah hingga tiga jam. artis-artis yang banyak ditunggu-tunggu seperti H. Rhoma Irama, Roy Marten, Arrafiq, Amitha Bachan, Mithun Cakrabothi, Bruch Lee, Sammo Hong dan sebagainya
Bioskop pertama bernama Bioskop Sungai Kayan, Pak Umay memulai kisahnya, bangunan itu di buka pada tahun 1972 oleh seorang Chinese dengan bantuan pemerintah Kabupaten Bulungan melalui yayasan Dharma Wanita, kemudian dijual kepada beliau dan ditukar nama menjadi Bioskop Gembira pada tahun 1975.
Dimasa itu adalah masa jaya-jayanya bioskop di Bulungan, Tanjung selor. Bangunan Bioskop mampu menampung kurang lebih 300 penonton dalam sekali tayang. di era itu, banyak muda-mudi Bulungan menghabiskan waktunya untuk menonton film di bioskop. sehingga tidak jarang ada semacam istilah “tidak malam mingguan kalau tidak ke Bioskop”, begitulah kondisi di kota kecil macam Tanjung Selor pada masa-masa itu.
Jadual bioskop cukup padat, dalam sehari ada dua kali penayangan, yaitu antara pukul 04.00 sore hingga mendekati magrib jam 07.00, kemudian dimulai lagi dari jam 09.00 malam hingga selesai. rata-rata peminat film memang beragam namun paling banyak adalah Film Amerika, Film Mandarin khususnya film Kung fu, kemudian Film India dan Film Indonesia. Rentang waktu film tersebut antara satu setengah hingga dua jam cuma film India yang paling lama bisa sekitar dua setengah hingga tiga jam. artis-artis yang banyak ditunggu-tunggu seperti H. Rhoma Irama, Roy Marten, Arrafiq, Amitha Bachan, Mithun Cakrabothi, Bruch Lee, Sammo Hong dan sebagainya
Bioskop di Tanjung Selor
Perputaran roll film biasanya dari pulau jawa (Jakarta atau Surabaya)
singgah ke Balikpapan terus ke Tarakan, lalu ke Tanjung selor, dari sini
roll kemudian diantar ke Barau, kemudian dilayarkan lagi ke Balikpapan
dan kembali ke jawa. diantara waktu-waktu jeda itu dibuatlah
reklame-reklame untuk menceritakan sepintas mengenai isi cerita dan
tentu saja untuk menarik minat penonton.
Seperti yang saya
ceritakan sebelumnya, Bioskop gembira mampu menampung lebih dari tiga
ratus orang, selain itu didalam bioskop juga terdapat balkon jika ada
penonton yang ingin menonton di atas, menariknya baik penonton yang
duduk di bawah maupun di atas balkon tarif karcis tetap sama Rp. 500
dalam sekali tayang, jadi tidak seperti saat ini ada istilah VIP yang
dizaman Belanda dulu disebut Loge. Dulu di bisokop ini dipekerjakan
empat orang oleh Pak Umay untuk membantu menjalankan roda bisnisnya.
Dizaman Bupati Kol. Soetadji memperluas kota Tanjung Selor yang kemudian
kita kenal dengan kawasan Skip II, bioskop juga di bagun dikawasan
depan Hotel Crown sekarang, namanya Bioskop Gembira II, bioskop ini
mampu menampung lebih besar lagi yaitu 600 penonton bahkan lebih, jadi
bisa dibayangkan bagaimana perkembangan usaha bioskop dimasa-masa
jayanya itu.
Bioskop sendiri mengalami kemunduran, seperti yang di utarakan oleh Haji Umar Al-Amrie sendiri, penyebabnya antara lain masuknya Televisi dalam kehidupan modern orang di Bulungan, sehingga sedikit demi sedikit penontonnya menurun sehingga kemudian sekitar tahun 90-an bioskop tinggal namanya saja.
Bioskop sendiri mengalami kemunduran, seperti yang di utarakan oleh Haji Umar Al-Amrie sendiri, penyebabnya antara lain masuknya Televisi dalam kehidupan modern orang di Bulungan, sehingga sedikit demi sedikit penontonnya menurun sehingga kemudian sekitar tahun 90-an bioskop tinggal namanya saja.
Bioskop Gembira
Bioskop Gembira dan Gembira II mengalami nasib yang sama dengan bioskop
lainnya pada waktu itu, saat ini Bioskop Gembira sudah berubah nama
menjadi penginapan Harapan Kita, namun jejak sejarahnya masih bisa kita
lihat sampai saat ini, khususnya di penginapan Harapan Kita, kawan-kawan
masih bisa melihat proyektor yang masih cukup bagus bermerk “Philips”,
kursi-kursi bioskop tempo dulu maupun tangga kayu menuju balkon bioskop,
masih natural belum banyak yang berubah sampai hari ini. mungkin Haji
Umar Al-Amrie masih ingin mengenang kenangan era kajayaan bioskop
Bulungan yang pernah membesarkan namanya itu. sekaligus mengingatkan
kita bahwa sejarah Bioskop di bulungan itu memang ada.