Wajah yang serem dan menakutkan, tidak heran kalau dia selalu dapat peran penjahat sebagai pemain dan dia juga sutradara.
Lahir Senin, 24 Maret 1930 di Banyuwangi. Pendidikan : Tamat SMA dilanjutkan di Akademi Seni Drama dan Film Indonesia di Jogya, kemudian sebagai pende-ngar ATNI di Jakarta. Sebelum ke film Soendjoto dikenal sebagai pemain drama. Ia pernah mendapat gelar sebagai pemain terbaik pria di Surabaya melalui"Kerja Darah" (1956).Terjun ke dunia film sejak 1958, Soendjoto adalah pemain pembantu dan pembantu sutradara dalam film "Tjambuk Api" (1958). Dalam film "Djendral Kantjil" (1958), "Asrama Dara" (1958) ia sebagai pembantu pimpinan unit.Penyutradaraan film dilakukannya pada tahun 1963 dalam film "Tangan Tangan Kotor".Dalam FFA ke III (1964), film ini dinyatakan sebagai film terbaik (mendapat piala "Bandung Award") dan piala "Lumumba Award" (sebagai skenario terbaik).Film-filmnya "Bulan Bukan Perawan" (1975), "Jalur Penang" (78), "Janur Kuning" (79) dll.Diluar film pernah sebagai Manager Stage and Show di LCC Night Club (1970).
Di sebuah kampung di ujung Timur Pulau Jawa dilahirkan oleh istri
seorang peladang, bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Soendjoto.
Mereka ini sangat menginginkan anaknya kelak menjadi seorang insinyur
pertanian yang bisa memasak ladang dengan baik,
Namun Soendjoto yang kini berumur 22 tahun itu dengan tak sengaja telah melukai keinginan orangtuanya, sebab ia ternyata lebih menggemari tinggal di bidang kesenian.
Berkali-kali ayahandanya berkata: “Aku ingin tahu ijazah sekolahmu. Bukan piala-piala seni drama. Sebab benda itu bisa kubeli berapa saja,”.
Beberapa lama Soendjoto menghilang dari keluarganya, kemudian di Malang ia memihak pada Perhimpunan yang bernama GAYA.
Kemauan dan keyakinannya telah memberikan padanya jasa sebagai seorang dekorator meningkat pemain kemudian berdiri di tempat sutradara dan akhirnya ketua. Dalam tiga tahun terakhir ia berlakon peranan tak kurang dalam 20 macam drama, antaranya: “AWAL DAN MIRA”, “PENGGALI INTAN”, “PENJARA BUKIT DURI”, “KELUARGA GERILJA”, “PENGGALI KAPUR”, “NONA MARJAM”, dan “KERDJA DARAH”. Yang disebut terakhir ini, tatkala serta dalam pestadrama se Jatim berhasil memberinya gelar sebagai pemain utama terbaik.
Kemauannya amat berkobar dan tanpa melupakan orang yang selalu mendorongnya, ialah penulis muda Titiksurjo, ia berhasil memperoleh lima piala dari beraneka ranting kesenian. Begitupun tak perna ia berbusung dada lantarannya. Juga tak pernah menyesal apabila pada satuhari ayahnya menjadikan piala itu di tempat aburokok.
Selama 4 bulan ia bertani, tapi lantaran tak betah ia pergi ke Jogja. Bersama Kirdjomuljo mendirikan TEATER INDONESIA. Sehari setelah memanggungkan “SAAT SUNGAI BARITO KERING” ia datang ke Jakarta memenuhi panggilan PERFINI untuk bermain dan menjadi pelatih perkelahian-perkelahian dalam film “TJAMBUK API”.
Itulah SOENDJOTO ADIBROTO pemuda tegap dan hitam penuh bakat, penuh janggut dan kumis, penuh ambisi yang berkobar.
Namun Soendjoto yang kini berumur 22 tahun itu dengan tak sengaja telah melukai keinginan orangtuanya, sebab ia ternyata lebih menggemari tinggal di bidang kesenian.
Berkali-kali ayahandanya berkata: “Aku ingin tahu ijazah sekolahmu. Bukan piala-piala seni drama. Sebab benda itu bisa kubeli berapa saja,”.
Beberapa lama Soendjoto menghilang dari keluarganya, kemudian di Malang ia memihak pada Perhimpunan yang bernama GAYA.
Kemauan dan keyakinannya telah memberikan padanya jasa sebagai seorang dekorator meningkat pemain kemudian berdiri di tempat sutradara dan akhirnya ketua. Dalam tiga tahun terakhir ia berlakon peranan tak kurang dalam 20 macam drama, antaranya: “AWAL DAN MIRA”, “PENGGALI INTAN”, “PENJARA BUKIT DURI”, “KELUARGA GERILJA”, “PENGGALI KAPUR”, “NONA MARJAM”, dan “KERDJA DARAH”. Yang disebut terakhir ini, tatkala serta dalam pestadrama se Jatim berhasil memberinya gelar sebagai pemain utama terbaik.
Kemauannya amat berkobar dan tanpa melupakan orang yang selalu mendorongnya, ialah penulis muda Titiksurjo, ia berhasil memperoleh lima piala dari beraneka ranting kesenian. Begitupun tak perna ia berbusung dada lantarannya. Juga tak pernah menyesal apabila pada satuhari ayahnya menjadikan piala itu di tempat aburokok.
Selama 4 bulan ia bertani, tapi lantaran tak betah ia pergi ke Jogja. Bersama Kirdjomuljo mendirikan TEATER INDONESIA. Sehari setelah memanggungkan “SAAT SUNGAI BARITO KERING” ia datang ke Jakarta memenuhi panggilan PERFINI untuk bermain dan menjadi pelatih perkelahian-perkelahian dalam film “TJAMBUK API”.
Itulah SOENDJOTO ADIBROTO pemuda tegap dan hitam penuh bakat, penuh janggut dan kumis, penuh ambisi yang berkobar.
DENDAM MEMBARA | 1987 | DEDDY ARMAND | Actor | |
BRAHMA MAGGALA | 1988 | JIMMY ATMAJA | Actor | |
PEDJUANG | 1960 | USMAR ISMAIL | Actor | |
SAMSON DAN DELILAH | 1987 | SISWORO GAUTAMA PUTRA | Actor | |
SELAMAT TINGGAL JEANETTE | 1987 | BOBBY SANDY | Actor | |
PERAWAN METROPOLITAN | 1991 | ISHAQ ISKANDAR | Actor | |
PERKAWINAN NYI BLORONG | 1983 | SISWORO GAUTAMA PUTRA | Actor | |
LARA JONGGRANG | 1983 | JIMMY ATMAJA | Actor | |
PENGANTIN PANTAI BIRU | 1983 | WIM UMBOH | Actor | |
WAROK SINGO KOBRA | 1982 | NAWI ISMAIL | Actor | |
TJAMBUK API | 1958 | D. DJAJAKUSUMA | Actor | |
JALUR BALI | 1977 | SOENDJOTO ADIBROTO | Director | |
KERETA API TERAKHIR | 1981 | MOCHTAR SOEMODIMEDJO | Actor | |
NOESA PENIDA | 1988 | GALEB HUSEIN | Actor | |
PACAR PILIHAN | 1975 | SOENDJOTO ADIBROTO | Director | |
RATU BUAYA PUTIH | 1988 | TJUT DJALIL | Actor | |
MALAM JUMAT KLIWON | 1986 | SISWORO GAUTAMA PUTRA | Actor | |
BIBIR-BIBIR BERGINCU | 1984 | MARDALI SYARIEF | Actor | |
DI LUAR BATAS | 1984 | JOPI BURNAMA | Actor | |
MALAM SATU SURO | 1988 | SISWORO GAUTAMA PUTRA | Actor | |
TUJUH WANITA DALAM TUGAS RAHASIA | 1983 | MARDALI SYARIEF | Actor | |
NYI AGENG RATU PEMIKAT | 1983 | SISWORO GAUTAMA | Actor | |
ISTANA KECANTIKAN | 1988 | WAHYU SIHOMBING | Actor | |
TANGAN-TANGAN JANG KOTOR | 1963 | SOENDJOTO ADIBROTO | Director. |