EDUART P. SIRAIT
Sebelum terjun ke dunia film, Edward pernah bekerja sebagai Show Manager Miraca Skyclub Sarinah dan Ass. Stage Manager di TIM. Tahun 1966, terjun ke dunia film sebagai pembantu sutradara untuk film-film dokumenter. Pada tahun 1971-1974 menjadi assisten sutradara film cerita, tahun 1975 menjadi sutradara film iklan untuk Ariza Jaya film, baru pada tahun 1976 menjadi sutradara untuk film cerita layar lebar. Film pertama yang disutradarainya berjudul Chicha, film cerita tentang anak-anak yang berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik anak-anak di Kairo, Mesir.
Film tersebut selain digemari di dalam negeri juga menjadi buah bibir di luar negeri. “Mungkin ceritanya sangat menyentuh bagi para orangtua, sehingga diharapkan bisa menjadi contoh bagi anak-anak. Pokoknya ini film pertama saya yang begitu berkesan”,”ujarnya. Namanya semakin berkibar, Tidak heran, setelah film Chicha sukses banyak pihak yang meminta dirinya untuk menyutradarai film-film berikutnya.
Film-film yang pernah dibuatnya Setelah film Chicha (1976) antara lain : Duo Kribo (1978), Ira Maya Si Anak Tiri/ Cinderella (1979), Buah Terlarang (1979), Manis-Manis Sombong (1980), Gadis Penakluk (1981), dan masih banyak lagi, jika dihitung film yang sudah dibuatnya mencapai 16 judul. Mulai dari jenis film anak-anak, percintaan hingga film kolosal.
Melalui film yang di sutradarainya, sempat beberapa kali masuk menjadi nominasi di Festival Film Indonesia (FFI), antara lain lewat film Bukan Istri Pilihan,Bila Saatnya Tiba dan Gadis Penakluk yang juga mengantarkan aktris Ita Mustafa menjadi pemenang aktris Terbaik FFI 1982.
Sukses di film berlanjut ke sinetron dan iklan. Lewat tangan dinginnya itu lahirlah karya-karya sinetron berbobot, seperti, Hujan Akhir Tahun (1984), Segenggam Kejujuran (1987), Keluarga Cemara (1996), Misteri Gunung Merapi (2006), Ramayana (2006) dan lain-lain. Bila di total sinetron yang telah dibuat sudah mencapai ratusan, bahkan seribu episode lebih.
“Sejauh ini saya masih tetap ingin berkarya, saya juga siap jika diadu oleh para sineas yang muda-muda”,” ujarnya. Namun ada satu cita-citanya yang belum terwujud sampai sekarang yakni, membuat satu program tayangan mengenai pendidika. “Saya sudah mengajukan program saya ke pihak stasiun televisi, namun mereka menolak secara halus, banyak saja alasannya, katanya kurang inilah, kurang itulah. Padahal tayangan saya ini bagus untuk pendidikan anak-anak kita”,”tambahnya.
Sekalipun kecewa karena stasiun televisi menolak karyanya itu, tetapi ia masih berharap, suatu saat nanti, hasil karyanya itu bisa dipublikasikan untuk membawa perubahan terhadap tayangan sinetron ataupun film nasional. “Minimal bisa dilanjutkan oleh sineas-sineas muda kita yang peduli dengan masalah pendidikan”, kata pria yang pernah menjadi juri Festival Film Indonesia (FFI), di Bandung, Jawa Barat.
Sutradara yang sempat menyutradarai beberapa film dokumenter dan iklan produk komersial ini, menikah dengan Gottina Br Tambunan, di karuniai empat anak dan tujuh cucu.
Nama : Edward Pesta Sirait
Lahir :Porsea, Tapanuli Utara,Sumatera Utara, 7 Agustus 1942
Pendidikan :SMA IX Bulungan Jakarta Selatan (1963),
Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Indonesia(tidak tamat),
Akademi Teater Nasional Indonesia (1964-1970),
Akademi Seni Rupa Indonesia (1970-1971),
Kino Workshop LPKJ (1973).
Diklat Penulisan Skenario(1985),
Kursus penyuntingan video Yayasan Citra, Jakarta (1988)
Penghargaan :
Film Chicha (1976), meraih penghargaan film terbaik anak-anak di Kairo, Mesir
Anak ketujuh dari sembilan bersaudara pasangan Raja Hendrik Sirait dan Marta Br Situmorang ini lahir di Porsea, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 7 Agustus 1942. Setelah lulus di SMA IX Bulungan Jakarta Selatan (1963,) sempat berkuliah Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, namun tidak ia selesaikan. Kemudian, ia memilih berkuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) (1964-1970). Pada 1970-1971, melanjutkan kuliah kembali di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). Tahun 1973, mengikuti Kino Workshop LPKJ. Tahun 1985 mengikuti Diklat Penulisan Skenario dan 1988 mendalami kursus penyuntingan video di Yayasan Citra, Jakarta.
Lahir :Porsea, Tapanuli Utara,Sumatera Utara, 7 Agustus 1942
Pendidikan :SMA IX Bulungan Jakarta Selatan (1963),
Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Indonesia(tidak tamat),
Akademi Teater Nasional Indonesia (1964-1970),
Akademi Seni Rupa Indonesia (1970-1971),
Kino Workshop LPKJ (1973).
Diklat Penulisan Skenario(1985),
Kursus penyuntingan video Yayasan Citra, Jakarta (1988)
Penghargaan :
Film Chicha (1976), meraih penghargaan film terbaik anak-anak di Kairo, Mesir
Anak ketujuh dari sembilan bersaudara pasangan Raja Hendrik Sirait dan Marta Br Situmorang ini lahir di Porsea, Tapanuli Utara, Sumatera Utara, 7 Agustus 1942. Setelah lulus di SMA IX Bulungan Jakarta Selatan (1963,) sempat berkuliah Program Ekstensi Fakultas Hukum Universitas Indonesia, namun tidak ia selesaikan. Kemudian, ia memilih berkuliah di Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI) (1964-1970). Pada 1970-1971, melanjutkan kuliah kembali di Akademi Seni Rupa Indonesia (ASRI). Tahun 1973, mengikuti Kino Workshop LPKJ. Tahun 1985 mengikuti Diklat Penulisan Skenario dan 1988 mendalami kursus penyuntingan video di Yayasan Citra, Jakarta.
Sebelum terjun ke dunia film, Edward pernah bekerja sebagai Show Manager Miraca Skyclub Sarinah dan Ass. Stage Manager di TIM. Tahun 1966, terjun ke dunia film sebagai pembantu sutradara untuk film-film dokumenter. Pada tahun 1971-1974 menjadi assisten sutradara film cerita, tahun 1975 menjadi sutradara film iklan untuk Ariza Jaya film, baru pada tahun 1976 menjadi sutradara untuk film cerita layar lebar. Film pertama yang disutradarainya berjudul Chicha, film cerita tentang anak-anak yang berhasil meraih penghargaan sebagai film terbaik anak-anak di Kairo, Mesir.
Film tersebut selain digemari di dalam negeri juga menjadi buah bibir di luar negeri. “Mungkin ceritanya sangat menyentuh bagi para orangtua, sehingga diharapkan bisa menjadi contoh bagi anak-anak. Pokoknya ini film pertama saya yang begitu berkesan”,”ujarnya. Namanya semakin berkibar, Tidak heran, setelah film Chicha sukses banyak pihak yang meminta dirinya untuk menyutradarai film-film berikutnya.
Film-film yang pernah dibuatnya Setelah film Chicha (1976) antara lain : Duo Kribo (1978), Ira Maya Si Anak Tiri/ Cinderella (1979), Buah Terlarang (1979), Manis-Manis Sombong (1980), Gadis Penakluk (1981), dan masih banyak lagi, jika dihitung film yang sudah dibuatnya mencapai 16 judul. Mulai dari jenis film anak-anak, percintaan hingga film kolosal.
Melalui film yang di sutradarainya, sempat beberapa kali masuk menjadi nominasi di Festival Film Indonesia (FFI), antara lain lewat film Bukan Istri Pilihan,Bila Saatnya Tiba dan Gadis Penakluk yang juga mengantarkan aktris Ita Mustafa menjadi pemenang aktris Terbaik FFI 1982.
Sukses di film berlanjut ke sinetron dan iklan. Lewat tangan dinginnya itu lahirlah karya-karya sinetron berbobot, seperti, Hujan Akhir Tahun (1984), Segenggam Kejujuran (1987), Keluarga Cemara (1996), Misteri Gunung Merapi (2006), Ramayana (2006) dan lain-lain. Bila di total sinetron yang telah dibuat sudah mencapai ratusan, bahkan seribu episode lebih.
“Sejauh ini saya masih tetap ingin berkarya, saya juga siap jika diadu oleh para sineas yang muda-muda”,” ujarnya. Namun ada satu cita-citanya yang belum terwujud sampai sekarang yakni, membuat satu program tayangan mengenai pendidika. “Saya sudah mengajukan program saya ke pihak stasiun televisi, namun mereka menolak secara halus, banyak saja alasannya, katanya kurang inilah, kurang itulah. Padahal tayangan saya ini bagus untuk pendidikan anak-anak kita”,”tambahnya.
Sekalipun kecewa karena stasiun televisi menolak karyanya itu, tetapi ia masih berharap, suatu saat nanti, hasil karyanya itu bisa dipublikasikan untuk membawa perubahan terhadap tayangan sinetron ataupun film nasional. “Minimal bisa dilanjutkan oleh sineas-sineas muda kita yang peduli dengan masalah pendidikan”, kata pria yang pernah menjadi juri Festival Film Indonesia (FFI), di Bandung, Jawa Barat.
Sutradara yang sempat menyutradarai beberapa film dokumenter dan iklan produk komersial ini, menikah dengan Gottina Br Tambunan, di karuniai empat anak dan tujuh cucu.
TINGGAL SESAAT LAGI | 1986 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
PESTA | 1991 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
2 DARI 3 LAKI-LAKI | 1989 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
JOSHUA OH JOSHUA | 2001 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
BLOK M | 1990 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
BUAH TERLARANG | 1979 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
MANIS-MANIS SOMBONG | 1980 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
BILA SAATNYA TIBA | 1985 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
GADIS PENAKLUK | 1980 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
DUO KRIBO | 1977 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
HIDUNG BELANG KENA BATUNYA | 1982 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
REMAJA KEDUA | 1984 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
CHICHA | 1976 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
IRA MAYA SI ANAK TIRI | 1979 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
BUKAN ISTRI PILIHAN | 1981 | EDUART P. SIRAIT | Director | |
SANG GURU | 1981 | EDUART P. SIRAIT | Director |