BANJARMASIN
JULIANA THEATRE
Warga Barabai, Kabupaten Hulu Sungai Tengah, mengenal bangunan tua ini sebagai bioskop. Tempat hiburan nonton film.
Bioskop dengan nama asal JULIANA THEATRE tersebut, akhirnya berganti nama menjadi Juwita Teater. Dibangun zaman Belanda, awalnya memakai nama ratu Belanda, Juliana.
Selanjutnya, bangunan diambil alih WNI keturunan China, bernama Jemy, direhab menjadi bangunan beton.
Pada tahun 60-an sampai tahun 1990-an, biokop tersebut masih menjadi satu-satunya fasilitas hiburan rakyat HST. Film Indonesia maupun film hongkong, India dan Barat, hingga film wajib ditonton pelajar, yaitu Pemberintakan G 30 S/PKI,” dengan adanya bioskop itu, warga Barabai tak perlu lagi menonton film ke Banjarmasin, yang zaman itu juga bertebaran bioskop.
Namun, semuanya berubah di tahun 1990-an, dimana zaman teknologi komputer mulai merambah, dan kepingan DVD mulai marak beredar. Sejak itu pula, keberadaan bioskop “matisuri”. Gaya hidup penikmat film pun berubah dari menonton di bioskop menjadi menonton lewat dvd, maupun komputer.
Berdasarkan peta tahun 1945, nama jalan tidak dituliskan secara khusus, hanya terdapat beberapa nomor urut bangunan utama. Diantaranya bangunan theatres (Bioskop), ice plants (Pabrik Es) serta post office (Kantor Pos).
Sementara, pada Peta Kota Besar Bandjarmasin tahun 1970 an, jalan ini sudah berubah nama menjadi Jalan Sukaramai. Sampai wilayah pertigaan tepatnya di depan bioskop Ria (sebelumnya bernama Bioskop Rex).
BIOSKOP REX / RIA
Jalan ini disebut jalan Hasanuddin HM, Pahlawan Amanat Penderitaan
Rakyat (AMPERA) dari Banjarmasin dan Pejuang Eksponen 66.
Pada era itu, penggunaan jalan Hasanuddin HM masih menggunakan dwifungsi jalan, artinya satu jalan dua arah. Pada ujung jalan Hasanuddin HM terdapat Bioskop Dewi. Depan bioskop Dewi adalah jalan utama Jembatan Coen/ jembatan A. Yani/Jembatan Dewi.
Pada era itu, penggunaan jalan Hasanuddin HM masih menggunakan dwifungsi jalan, artinya satu jalan dua arah. Pada ujung jalan Hasanuddin HM terdapat Bioskop Dewi. Depan bioskop Dewi adalah jalan utama Jembatan Coen/ jembatan A. Yani/Jembatan Dewi.
BIOSKOP DEWI
BIOSKOP CEMPAKA
Bioskop yang satu ini berada di Jalan Niaga, Kota Banjarmasin. Letaknya berada di lantai tiga pada salah satu gedung di Jalan Niaga.
Bioskop yang satu ini berada di Jalan Niaga, Kota Banjarmasin. Letaknya berada di lantai tiga pada salah satu gedung di Jalan Niaga.
Bangunannya kini tak terurus.
Bioskop yang memiliki dua buah studio ini kini berserakan dengan
sampah-sampah bekas camilan, botol minuman serta bungkus obat-obatan.
Juga bau pesing menusuk hidung. Pertanda banyak orang yang buang air
kecil di tempat yang dulunya digunakan sebagai wadah hiburan rakyat ini.
Bioskop Cempaka sebenarnya sudah
berdiri pada tahun 50-an. Waktu itu, letaknya berada di lantai I.
"Dulunya, bioskop ini sering memutar film-film India,"
Seiring perkembangan waktu, bioskop
tersebut dipindah ke lantai tiga pada tahun 1987. "Banyak yang menanam
saham di sini, terutama para guru sekolah. Kurang tahu juga alasannya,"
Sejak akhir tahun 80, bioskop Cempaka
tidak lagi melulu menayangkan film India. Anang menjelaskan, film-film
Indonesia sampai film-film besutan sutradara-sutradara Eropa dan Amerika
juga ditayangkan. "Harga tiket masuknya juga murah," Harga tiket masuknya juga murah,", satu orang hanya dimintai 1000 rupiah.
"Kenapa tidak sekali saja, karena persaingan bisnis dengan bioskop-bioskop lainnya. Kalau tidak seperti itu, bisa kalah saing," Bioskop Cempaka bersaing dengan
bioskop-bioskop tua lainnya seperti Kamajaya yang dulunya berada di
Kantor DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, Bioskop Dewi di Jalan
Hasannudin HM, serta Bioskop Ria.
Bioskop Cempaka jadi favorit lantaran
dekat dengan pasar. "Jadi orang-orang pacaran yang berbelanja di pasar
bisa mampir ke bioskop ini untuk melepas penat. Ppokoknya, ramai sekali pada zaman dulu itu," Dalam satu hari, pengunjung bioskop
tembus lebih dari 100 orang. Bioskop ini tambah ramai dengan tersedianya
warung kecil yang menjaja kretek, minuman, serta camilan.
Ujung-ujungnya, tepat pada tahun 2005,
Bioskop Cempaka tak mampu lagi bertahan dengan gilasan kemajuan zaman.
Hingga kini, bangunannya tak jelas peruntukkannya. "Sekarang bangunan
ini biasa dipakai anak-anak muda untuk berfoto,"
Tergerusnya keberadaan bioskop-bioskop
rakyat yang ada di Banjarmasin sejak awal tahun 2000 lalu, menurut
seniman Banua YS Agus Suseno adalah persoalan perkembangan zaman. "Beda
zaman, beda hiburannya,"
Bangunan tua yang juga dibiarkan kosong adalah gedung eks Bioskop Ria
Theater dan Bioskop Presiden Theater di kawasan Jalan Simpang
Sudirmampir. Dua gedung bioskop ini sudah lama dibiarkan kosong, semenjak ditutup lantaran kehilangan penonton sejak masuknya era
digital dan maraknya VCD dan DVD beberapa tahun silam. Ketika sejumlah
bioskop hidup lagi di pusat-pusat perbelanjaan modern (mall) beberapa
tahun belakangan, bioskop-bioskop lama ini pun tak kunjung buka
kembali.
Kejayaannya bioskop layar lebar era tahun 1980- an hingga akhir tahun
1990- an. Menurut Zainal, kala itu hanya di tempat itulah pusat hiburan
malam (THM) di Banjarmasin. “Memang dulu pernah diubahfungsikan tempat
pembelanjaan Roberta yang khusus berdagang pakaian jadi. Tapi tidak
berlangsung lama. Setelah berdirinya beberapa mall, toko tersebut
pelan-pelan sepi pengunjung dan akhirnya tutup hingga sekarang
diperkirakan,”
Ditambahkannya, eks gedung Bioskop Dewi Theater juga bernasib yang sama.
“Hampir semua eks gedung bioskop di Kota Banjarmasin tutup, kecuali eks
gedung Bioskop Kamajaya Theater di Jalan Lambung Mangkurat yang
sekarang dijadikan sebagai gedung wakil rakyat (DPRD) Provinsi Kalsel, ”
BIOSKOP MAWAR
BIOSKOP ORION
Biokop Orion, di pinggir Sungai Martapura Banjarmasin 1954
BAKUMPAI PERMAI
BIOSKOP MARABAHAN (KALSEL)
Bioskop pertama di Kalimantan
Selatan, terletak bernama BAKUMPAI PERTMAI di Jl, AES Nasution, adalah
bioskop swadaya oleh Kamaruzaman pengusaha konstruksi di Botala.
Beroperasi di tahun 1971.
Ada Bioskop DEWI, KAMAJAYA,
CEMPAKA, PRESIDENT di Banjarmasin. Kamaruzaman memiliki relasi pengelola
bioskop di Banjarmasin, lalu tertarik mencoba di Marabahan. Beruntung
relasi bioskopnya dari Bioskop DEWI di Banjarmasin, sehingga mendapatkan
suplai film-film yang lagi Hits. Karena situasi menunggu film dan
jumlah penduduk, maka film di putar di setiap malam Minggu, malam Kamis,
dan malam Selasa.
Walaupun situasi daerah ini semak
belukar, rumah satu dan rumah lain yang berjauhan, akses ke Banjarmasin
melalui sungai, dan akses jalan darat masih berupa jalan setapak.
Untungnya penonton selalu penuh. Dengan kapasitas gedung 1000 penonton,
rata-rata penonton 500-600 orang.
Walaupun gedung dari
papan ala kadar, dan juga kalau hujan pasti kebasahan, bioskop ini di
kelolah dengan baik. Penonton balkon Rp 750,- dan di bawah, Rp 350,-
Penonton banyak yang datang dari jauh, Bakumpai, Cerbon, Keladan dan sungai Salai di Tapin.
Penonton tidak suka film India, mereka suka film laga, Rhoma Irama, Shopan Sopian dan A Rafiq.
Lalu
tahun 1978'an, Mendiang menjualnya ke H.Tatang Yuliansyah dan namanya
berubah menjadi MARABAHAN THEATRE. Lalau di perbaiki hingga bagus dan
layak.
Penonton semakin banyak hingga menjadi saksi film Saur Sepuh.