Bintang Film yang dalam waktu singkat dapat menduduki peranan utama dalam film “Taufan” produksi Ksatrya Dharma Film Coy, tak lain dan tak bukan adalah Agus Muljono, seorang pemuda yang berasal dari Jogjakarta dan mempunyai semangat besar dan berminat dalam lapangan film Indonesia. Memang dalam mencapai cita-citanya seseorang tidak boleh putus asa dan berkecil hati, justru dapat mengatasi persoalan yang demikian. Inilah Agus Muljono dalam waktu pendek dapat menduduki tempat yang baik.
Tidak sedikit para pemain film Indonesia di Kota Jakarta ini yang hidupnya terkatung-katung, oleh karena beberapa faktor yang tak mungkin dihadapinya dengan tenaga dan pikiran zonder bantuan dan uluran tangan dari para penguasa film. Untuk mendapatkan nama baik sebagai pelaku film, hanyalah dengan ikhtiar dan berusaha ke arah itu. Bermacam-macam jalan yang ditempuh oleh banyak para pelaku film tetapi buah dan hasilnya tetap tergantung kepada nasib…..
Dalam hal ini, sekolah tinggi tidaklah menjadi syarat mutlak. Tetapi tenaga yang kreatif dan kemauan yang diujudkan dengan kenyataan akan membawanya ke arah kenamaan. Agus Muljono seorang pelawak muda yang menjadi favorit masyarakat yang gemar akan comic, tidak pula menempuh pelajaran tinggi. Akan tetapi toch mempunyai nama baik di kalangan dagelan. Ia hanya menempuh pelajaran di Schakelscool, inipun katanya sudah merupakan keuntungan baginya, karena sejak sekolah biayanya dipikul sendiri. Kesulitan-kesulitan hidup selagi kecil merupakan cambuk jiwanya untuk berbuat sesuatu guna mencapai cita-cita yang membumbung setinggi langit.
Ayahnya telah mendahului selagi masih kanak-kanak, kakaknya yang diharapkan akan dapat membantu dalam memelihara hidupnya, dipecat dari pekerjaannya karena tersangka dalam politik yang benci oleh pemerintah Belanda. Dan tak lama kakaknya inipun meninggal dunia. Mulai saat itulah Agus Muljono yang masih kecil ini belajar hidup sendiri. Justru penderitaan inilah, Agus Muljono menjadi seorang pemuda yang pendiam. Bagaimana juga ia dicetoti oleh ibunya, iapun tak menangis. Sampai ibunyapun ingin mendengarkan bagaimana kalau anaknya, Agus Muljono itu menangis.
Wataknya yang pendiam, ini berlangsung sampai ia tamat belajar. Setelah mengenal masyarakat dan bergaul dengan teman-temannya yang lain yang banyak variasinya, maka Agus Muljono tidak lagi menjadi pemuda yang pendiam. Ia menjadi seorang yang banyak humornya, banyak ceritanya yang lucu, hingga teman-temannya banyak yang mencintainya. Dan lagi iapun senang tertawa. Sejak kecil sampai dewasa kini, ia selalu hidup atas usahanya sendiri.
Sejak banyak humornya inilah ia rupanya bangkit kebakatannya sebagai badut, pelawak, dagelan, atau comic. Bangun dari kesadarannya, bahwa penderitaan tak perlu dipikirkan dengan mengenangkan kesusahan, berdirilah ia menghibur diri sendiri, diisinya kekosongan hatinya itu dengan kata-kata yang aneh dan mentertawakan, ialah dagelan. Mulailah ia melawak pada zaman pemerintahan Belanda yang dulu. Temannya banyak yang menentang, karena pekerjaan demikian rupanya dianggap kurang pada tempatnya untuk Agus Muljono. Pekerjaan rendah dan hina. Namun meskipun demikian, Agus Muljono tetap meneruskan keciptaannya, comic adalah perbuatannya yang dianggap dapat memberikan isi hati dan cita-citanya.
IA MULAI aktif membantu perayaan di kampung-kampung sekitar Jogja, apabila ada peringatan hari Besar dan sebagainya. Ia mendagel, penonton tertawa terbahak-bahak, perutnya keras. Tidak menerima bayaran ia main sandiwara atau dagelan, hanya melulu sumbangan saja. 17 Maret 1950, berdirilah Himpunan Lelucon KAWAN RAKYAT di mana ia menjadi anggotanya, bersama dengan almarhum D. Ariffin, Widjaj, Hardjomuljo. Di sinilah ia menjumpai partner-nya, yang ajaib dan menjadi sahabat karib. Mulailah ia dikenal oleh kampung-kampung sekitar Jogja, disamping Dagelan Mataram yang telah amat populer itu.
Dalam waktu agresi Belanda yang kedua, di mana kota Jogjakarta diduduki oleh militer Belanda, Agus Muljono keluar kota ikut menggabungkan diri dengan gerilja. Namun sayang tak lama ia tertangkap dan dipenjarakan. Aneh, tak lagi ramai ia. Pemuda yang banyak dagelannya ia menjadi pendiam kembali, tak bersuara, jiwanya tertekan oleh 4 dinding yang tebal, doanya setiap hari, semoga lekas keluar dari belenggu penjara ini.
Barangkali takut dan tidak suka, kalau disuruhnya mendagel di muka tentara KNIL dan KL. Benar juga politiknya Agus ini.
Setelah penulis ini juga keluar dati tahanan Belanda, dan tiga hari kemudian Pemerintah Republik Indonesia kembali ke Jogjakarta, Agus Muljono tampak sebagai Mantri Klantung, mondar-mandir sepanjang Malioboro, mengukur jalan raya dengan kaki, mencari pekerjaan. Cari kerjaan, tak mungkin. Kalau saat itu bukan pegawai atau militer, tetap susah hidupnya. Tetap penganggur sebagaimana halnya penulis ini. Rumahnya di Tukangan, sekampung dengan Mbak Sur yang kulihat beberapa bulan yang lalu menjadi script-girl ffilm PULANG, produksi PFN. Dulu masih pelajar Kino Drama Artilier asuhan Dr. Huyung.
Hasratnya besar untuk ikut menjadi pelajar KDA akan tetapi karena untuk menjadi pelajar KDA diperlukan basis sekolahan menengah, maka ia tak dapat diterima. Berulang-ulang usahanya ini di iktiarkan melalui jalan lain-lain, agar dapat ikut main sandiwara asuhan almarhum Dr Huyung. Hal ini pernah pula diajukan oleh Mbak Sur (Kumala Ratih) pada almarhum Dr. Huyung, tetapi sayang juga, tak dapat diterimanya. Meskipun kemahirannya dalam comic telah dipertunjukkan kebakatannya. Akhirnya ia aktif dengan hardjomuljo main sandiwara dengan Himpunan Lelucon “KAWAN RAKYAT”
Kemudian terkacbul juga cita-citanya, setelah berusaha lama untuk menunjukkan kemahirannya dalam mendagel. Selagi Stichting Hiburan Mataram mengadakan pertunjukan di Gedung Senisono, dengan REVUE FANTASIA-nya, maka Agus Muljono dengan kedua temannya, Hardjomuldjo dan almarhum Dalimin Ariffin, ikut meramaikan. Di dalam muncul di atas panggung besar ini ternyata trio ini tidak mengecewakan khalayak. Para penonton tertarik dengan gaya dan humornya yang tidak menjemukan dan kolot itu. Memang ketiga pelawak muda ini sedang tampak kemahirannya dalam mengeraskan perut penonton.
KEMUDIAN sering terdengar suara mereka itu di Studio RRI Jogjakarta dengan cerita sandiwara yang bersifat comic, dengan menyitir suasana masyarakat. Kejurusan itulah cita-citanya, suatu cara yang tidak menjemukan pendengar radio. Pertama kali main dalam film bersama dengan hardjomuljo pemain comic partner-nya dalam film Perfini “ENAM DJAM DI JOGJA di bawah sutradara Usmar Ismail. Ia bermain sebagai figuran saja dan bukan figuran gagah, tetapi orang yang sedikit ber-comic.
Filmnya yang kedua, EMBUN produksi Perfini juga hanya sebagai figuran. Kasihan ia, perjuangannya di dalam film dimulai dari figuran, tidak seperti bintang film Subono, yang sekaligus memulai dari epranan utama dan mendapat hadiah film…. Tjium.
Tetapi nyatanya, ALON-ALON KELAKON lambat laun tercapailah. Ia tak sombong. Kalau bertemu kawan lama, kemudian ramai, tetapi dengan wajah yang ingat-ingit….. tampak kasihan. Kini gagah dia. Selagi malam silaturahmi artis ia pakai setelan wol kuning muda, gagah, tetapi dasar orang tak senang gagah-gagahan, ya tetap diam, ternayta dengan nyanyiannya yang diucapkan dalam perayaan malam tersebut dalam nomor anak-anak Pak Kasur. Di Jakarta, KAWAN RAKYAT berganti baju dengan nama KAWAN RIA, corak dan aliran sama dan Agus Muljono serta Hardjomuljo sebagai pelopornya, sering terdengar nomornya dalam panggung merdeka Studio RRI Jakarta.
Kini ia sudah berhasil dapat memegang peran utama dalam film “TAUFAN” produksi Ksatrya Dharma dengan sutradara Ali Yugo. Ceritanya cocok dengan dia, comic. Jadi giginya yang ompong ini malahan menambah kocaknya film. Pernah ia mengalami keadaan yang lucu. Selagi latihan meyopir becak, datang seorang ibu menawarkan untuk membawa ke pasar Senen. Dengan hati geli, dibawanya ibu itu meluncur ke Pasar Senen, tetapi setengah jalan nafasnya kembang kempis dua kali. Sang ibu diturunkan, ia minta maaf, dan menerangkan bahwa ia sedang latihan, karena dalam memegang peranan di TAUFAN ia sebagai sopir becak. Ibu ketawa geli, ia ketawa……
Demikianlah Agus Muljono, dagelan, comic ompong, yang semakin lama semakin meningkat baik. Kini ia sedang asyik opname dalam film PULANG sayang tidak pegang peranan pertama lagi. Kapan muncul sebagai leading-man lagi, Bung. Tinggalnya di Menteng, tegalan 109 Jakarta. (***)
MEMBURU MENANTU | 1961 | AGUS MULJONO | Director | |
SI KEMBAR | 1961 | AGUS MULJONO | Director | |
TAMAN HARAPAN | 1957 | TAN SING HWAT | Actor | |
TAUFAN | 1952 | ALI YUGO | Actor | |
MELARAT TAPI SEHAT | 1954 | T.D. TIO JR. | Actor | |
PANGERAN KUMIS | 1961 | AGUS MULJONO | Director | |
ENAM DJAM DI DJOGDJA | 1951 | USMAR ISMAIL | Actor | |
MELATI SENDJA | 1956 | BACHTIAR SIAGIAN | Actor |