Lahir di Jakarta 15 April 1908, adalah seorang sutradara Indonesia di era tahun 1940-an, karya filmnya banyak dimainkan oleh aktor Tan Tjeng Bok, Moh Mochtar , dan aktris Hadidjah. Ia di temukan oleh The Teng Chun di Lokasari. Saat itu The Teng Chun menyadari bahwa untuk bisa menarik penonton sebenarnya diperlukan orang yang mengenal betul selera penonton panggung. Tan Tjoei Hock adalah Cina peranakan sekolahnya sampai kelas 1 AMS, pernah jadi wartawan, tapi gemar dengan dunia pentas. Hampir saban malam ia membantu pementasan di Prinsen Park (sekarang Lokasari) sebagai tenaga sukarela, sampai tahun 1939 The Teng Choen melihat kegiatan pemuda ini dan menawarkan menjadi sutradara film. Sebetulnya ia tidak tahu cara buat film, tapi buat The Teng Chung yang penting ia berani.
Tan menjadi salah satu sutradara film paling produktif di Hindia Belanda antara 1940 dan 1941, menyutradarai sembilan film - aksi. Tan lahir di Batavia, Hindia Belanda, pada tanggal 15 April 1908, ia putus sekolah pada tahun pertama sekolah menengah atas. Pada akhir tahun 1930-an dia telah menjadi seorang pengusaha, menghabiskan malam-malamnya sebagai asisten tidak dibayar di rombongan drama yang tampil di Prinsen Park. Film pertama Tan bersama JIF adalah Dasima, cerita tentang seorang perempuan, yang dimanfaatkan oleh laki-laki yang menikahinya namun tidak mencintainya, yang menyimpang dari materi aslinya, novel 1896 Tjerita Njai Dasima karya G. Francis; Ini diikuti segera setelah itu oleh Matjan Berbisik, sebuah drama yang mengikuti dua anak laki-laki, dibesarkan sebagai saudara, dalam persaingan kekerasan untuk cinta seorang perempuan. Pada 1941, Tan menyutradarai beberapa film tambahan, dimulai dengan Si Gomar pada 1941; Film ini, mengikuti dua bersaudara yang telah lama berpisah dan hampir menikah, merupakan film debut Tan Tjeng Bok, mantan bintang teater bersama Dardanella.
Tan mengikuti ini dengan beberapa film pada tahun 1941. Ini termasuk adaptasi dari The Mark of Zorro. Meski baru aktif selama dua tahun, Tan adalah salah satu sutradara film paling aktif di Hindia Belanda selama periode ini. Setelah pendudukan Jepang, yang menyebabkan hampir semua studio di negara itu ditutup, Tan fokus pada jurnalisme. Sepanjang masa pergolakan yang melihat Indonesia mencapai kemerdekaannya, Tan menulis tentang olahraga dan retrospektif kehidupan di Hindia, ia menulis beberapa film untuk Young pada tahun 1949, meskipun ia tidak lagi aktif sebagai sutradara. Sepanjang 1950-an ia menjabat sebagai editor kepala majalah Djaja, menulis dengan nama samaran Tanu Trh, ia tetap aktif sampai kematiannya pada 1984. Tan terlibat dalam produksi dua belas film dalam sembilan periode sebagai sutradara. Banyak dari filmnya berada di bawah naungan Film Aksi anak perusahaan JIF dan menargetkan penonton kelas bawah. Sebagian besar tercatat sebagai kesuksesan sedang. Dasima - Sebagai sutradara Matjan Berbisik - Sebagai sutradara dan penulis skenario Sorga Palsoe - Sebagai sutradara Melati Van Agam - Sebagai sutradara Si Gomar - Sebagai sutradara dan penulis cerita Srigala Item - Sebagai sutradara dan penulis cerita Matula - Sebagai sutradara dan sinematografer Singa Laoet - Sebagai sutradara, penulis cerita and sound manager Tengkorak Hidoep - Sebagai sutradara, penulis cerita dan sound manager Sehidup Semati - Sebagai penulis skenario Saputangan - Sebagai penulis skenario Bengawan Solo,
Tan mengikuti ini dengan beberapa film pada tahun 1941. Ini termasuk adaptasi dari The Mark of Zorro. Meski baru aktif selama dua tahun, Tan adalah salah satu sutradara film paling aktif di Hindia Belanda selama periode ini. Setelah pendudukan Jepang, yang menyebabkan hampir semua studio di negara itu ditutup, Tan fokus pada jurnalisme. Sepanjang masa pergolakan yang melihat Indonesia mencapai kemerdekaannya, Tan menulis tentang olahraga dan retrospektif kehidupan di Hindia, ia menulis beberapa film untuk Young pada tahun 1949, meskipun ia tidak lagi aktif sebagai sutradara. Sepanjang 1950-an ia menjabat sebagai editor kepala majalah Djaja, menulis dengan nama samaran Tanu Trh, ia tetap aktif sampai kematiannya pada 1984. Tan terlibat dalam produksi dua belas film dalam sembilan periode sebagai sutradara. Banyak dari filmnya berada di bawah naungan Film Aksi anak perusahaan JIF dan menargetkan penonton kelas bawah. Sebagian besar tercatat sebagai kesuksesan sedang. Dasima - Sebagai sutradara Matjan Berbisik - Sebagai sutradara dan penulis skenario Sorga Palsoe - Sebagai sutradara Melati Van Agam - Sebagai sutradara Si Gomar - Sebagai sutradara dan penulis cerita Srigala Item - Sebagai sutradara dan penulis cerita Matula - Sebagai sutradara dan sinematografer Singa Laoet - Sebagai sutradara, penulis cerita and sound manager Tengkorak Hidoep - Sebagai sutradara, penulis cerita dan sound manager Sehidup Semati - Sebagai penulis skenario Saputangan - Sebagai penulis skenario Bengawan Solo,
SORGA PALSOE | 1940 | TAN TJOEI HOCK | Director | |
SI GOMAR | 1941 | TAN TJOEI HOCK | Director | |
DASIMA | 1940 | TAN TJOEI HOCK | Director | |
MATULA | 1941 | TAN TJOEI HOCK | Director Of Photography Director | |
MATJAN BERBISIK | 1940 | TAN TJOEI HOCK | Director | |
TENGKORAK HIDOEP | 1941 | TAN TJOEI HOCK | Director Of Photography Director | |
SRIGALA ITEM | 1941 | TAN TJOEI HOCK | Director | |
MELATI VAN AGAM | 1940 | TAN TJOEI HOCK | Director | |
SINGA LAOET | 1941 | TAN TJOEI HOCK | Director Of Photography Director |