Di Bandung ada tempat makan dengan nama ‘Warung Misbar’. Misbar adalah akronim gerimis bubar, suatu istilah untuk nonton film layar tancap yang umumnya diadakan pada malam hari dan di perdesaan, namun ketika sedang asik nonton, tiba-tiba hujan gerimis datang maka dengan serta merta para penonton akan bubar meninggalkan layar tancap yang sedang memutar sebuah judul film. Suasana itulah yang mau dibawa ke tempat santap ‘warung misbar’ itu.
Warung misbar berada di Jalan Riau-Kota Bandung yang mana di jalan tersebut sudah dikenal dengan tempat perbelanjaan fesyien di sejumlah factory outlet yang berjajar disitu. Warung misbar cukup luas dengan beberapa meja kursi dan ada satu layar film yang di depannya berderet tempat duduk setengah lingkaran seolah seperti di stadium mini. Warna interior didominasi dengan warna cerah dan disana sini ditempel poster-poster film jadul. Suasananya lebih kuat sebagai gedung film bukan misbar. Apalagi di Warung Misbar ini walaupun hujan turun, para pengunjung tempat ini akan tetap anteng menikmati panganannya, tidak langsung bubar.
Soal makanannya? Di warung misbar ini, tersedia banyak pilihan dengan beragam makanan ala sunda dengan rasa sedikit jawa (karena lebih manis). Pengunjung tinggal pilih apa yang disukai, kalau perlu dihangatkan tinggal minta untuk digoreng lagi. Konsepnya tidak berbeda dengan penyajian makanan di warung ampera yang sdah banyak tersebar di kota bandung. Jenis makanannyapun juga persis sama dengan yang disajikan di warung ampera, seperti: goreng ayam, goreng ikan, tempe, tahu, sayur lodeh, sayur kentang, sayur asem, semur jengkol, pete, sampe sambel lalapan.
Penulis merasakan sajian makanannya boleh juga, sesuai dengan selera, cukup enak. Dan yang lebih menarik lagi adalah tentang harganya. Penulis santap berdua dengan bermacam makanan dan minuman, hanya habis Rp 72 rb. Menarik sekali.
Tentang para pengunjungnya yang masuk pengamatan selintas dari penulis, sebenarnya mereka berkunjung ke warung Misbar ini selain untuk rasa makanannya adalah hanya mencari suasana yang berbeda dari yang restoran atau tempat-tempat makan yang sudah ada, sama sekali tidak ada yang memperhatikan potongan film yang sedang ditayangkan. Jadi kalau begitu bagaimana kalau tata pencahayaannya agak diredupkan tidak terlalu terang benderang seperti saat ini, sehingga suasana malam hari atau suasana berada di gedung film akan lebih terasa dan tentunya akan menambah selera makan yang ahirnya akan meningkatkan pesanan makanan dari para pengunjung.
Warung misbar berada di Jalan Riau-Kota Bandung yang mana di jalan tersebut sudah dikenal dengan tempat perbelanjaan fesyien di sejumlah factory outlet yang berjajar disitu. Warung misbar cukup luas dengan beberapa meja kursi dan ada satu layar film yang di depannya berderet tempat duduk setengah lingkaran seolah seperti di stadium mini. Warna interior didominasi dengan warna cerah dan disana sini ditempel poster-poster film jadul. Suasananya lebih kuat sebagai gedung film bukan misbar. Apalagi di Warung Misbar ini walaupun hujan turun, para pengunjung tempat ini akan tetap anteng menikmati panganannya, tidak langsung bubar.
Soal makanannya? Di warung misbar ini, tersedia banyak pilihan dengan beragam makanan ala sunda dengan rasa sedikit jawa (karena lebih manis). Pengunjung tinggal pilih apa yang disukai, kalau perlu dihangatkan tinggal minta untuk digoreng lagi. Konsepnya tidak berbeda dengan penyajian makanan di warung ampera yang sdah banyak tersebar di kota bandung. Jenis makanannyapun juga persis sama dengan yang disajikan di warung ampera, seperti: goreng ayam, goreng ikan, tempe, tahu, sayur lodeh, sayur kentang, sayur asem, semur jengkol, pete, sampe sambel lalapan.
Penulis merasakan sajian makanannya boleh juga, sesuai dengan selera, cukup enak. Dan yang lebih menarik lagi adalah tentang harganya. Penulis santap berdua dengan bermacam makanan dan minuman, hanya habis Rp 72 rb. Menarik sekali.
Tentang para pengunjungnya yang masuk pengamatan selintas dari penulis, sebenarnya mereka berkunjung ke warung Misbar ini selain untuk rasa makanannya adalah hanya mencari suasana yang berbeda dari yang restoran atau tempat-tempat makan yang sudah ada, sama sekali tidak ada yang memperhatikan potongan film yang sedang ditayangkan. Jadi kalau begitu bagaimana kalau tata pencahayaannya agak diredupkan tidak terlalu terang benderang seperti saat ini, sehingga suasana malam hari atau suasana berada di gedung film akan lebih terasa dan tentunya akan menambah selera makan yang ahirnya akan meningkatkan pesanan makanan dari para pengunjung.
Ini bukan judul film tetapi salah satu menu makanan di Warung Misbar |
Menu tinggal pilih sesuai selera |
Tempat mkan yang unik dengan layar film dan tempat duduk model stadium |
Hiasan dinding dengan berbagai poster film jadul menguatkan tentang arena film |