ISLAM Dalam Film Indonesia
Buku novel islami sekarang ini berdampak pada suburnya film yang mengumandangkan syiar Islam. Hal ini seakan sebuah sinyal bahwa karya-karya islami kian mengkhalayak. Beberapa novel dicetak ulang berkali-kali. Bahkan, oplahnya jauh melebihi novel pop terlaris. Tentu, seiring juga dengan menjamurnya lagu-lagu islami yang dinyanyikan penyanyi dan grup band ternama.
Sukses komersial film islami berdasarkan novel membuat para produser tergiur untuk membuat film sejenis. Bahkan seperti halnya penampilan buku-buku islami yang mewah, beberapa film islami berdasarkan novel terlaris juga terbilang mewah karena dibuat dengan biaya mahal, mencapai puluhan miliar, dan beberapa di antaranya melakukan shooting di Timur Tengah.
Dalam perjalanan sejarah film Indonesia, sejak awal kehadiran film cerita pertama tahun 1926 ("Lutung Kasarung") hingga tahun lima puluhan, boleh dibilang hampir tak ada produser yang tertarik untuk membuat film yang mengumandangkan syiar Islam, meskipun mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam.
Adalah sutradara Asrul Sani yang secara * khusus menaruh perhatian terhadap tema-tema cerita yang bernafaskan Islam. Tahun 1959 Asrul - yang juga dikenal sebagai salah seorang sastrawan terkemuka, menulis ceri-ta/skenario sekaligus menyutradarai film "Titian Serambut Dibelah Tujuh", produksi Murni Film. Pemerannya Tatiek Maliyati, S. Effendy, Enny Rochaeni, A. Hadi, dan Ali Yugo. Film "Titian Serambut Dibelah Tujuh" dibuat ulang tahun 1982, disutradarai oleh Chaerul Umam. Pemainnya El Manik, Dewi Irawan, dan Soekarno M. Noer.
Tahun 1964, ada dua film yang menggambarkan suasana ibadah haji, yaitu film "Panggilan Nabi Ibrahim" (H. Misbach Ju-sa Biran) dan "Tauhid". (H. Asrul Sani). Film "Panggilan Nabi Ibrahim" masuk kategori film semidokumenter. Sementara " film Tauhid" berkisah tentang Halim, dokter kapal yang sering bertugas ke Tanah Suci, tetapi tak pernah berhasrat untuk menunaikan ibadah haji. Ia akhirnya tergugah untuk menunaikan rukun Islam yang kelima itu setelah bertemu dengan tiga orang yang hendak menunaikan ibadah haji. Pemainnya Aedy Moward, Nurbani Yusuf, H.M.E. Zaenudin, Ismed M. Noer, Sukarsih, dan Mansyur Syah. Kedua film tersebut diproduksi oleh Persari.
Tahun 1977, PT Mitra Djaya Film berkerja sama dengan PT Pitra Utama Film membuat film "Panggilan Kabah" yang disutradarai Chaidar Djafar. Pemainnya H.K. Sudra Syafei, M.Fachri Andy, Syamsuddin Syafei, Pipit Sandra, Fenty Effendy, dan Tati Saleh. Pada mulanya, film tersebut akan menggunakan judul "Menuju ke . Tanah Suci".
Tahun 1975, Chaerul Umam memTjtra-darai film "Al Kautsar" berdasarkan ceri-ta/skenario karya Asrul Sani. Pemainnya dua aktor teater Rendra dan Wahab Abdi. Film tersebut sempat mengundang reaksi karena ada adegan ustaz muda (Rendra) yang mencium bibir seorang gadis desa yang jatuh ke dalam sungai, maksudnyaingin menolong si gadis agar bisa bernapas dengan menyedot air melalui mulutnya.
Tahun 1977, Asrul Sani menulis skenario dan menyutradarai film "Para Perintis Kemerdekaan" rang diilhami oleh novel karya Hamka Di Bawah Lindungan Kabah. Pemain Cok Simbara, Camelia Malik, dan Mutiara Sani. Karena terbentur masalah biaya, film tersebut baru rampung pada tahun 1980. Dalam Festival Film Indonesia 1981, film tersebut mendapatkan plaket H. Usmar Ismail untuk tema terbaik rang mengungkapkan satu tahap perjuangan bangsa dalam bidang politik, agama, dan emansipasi. Film perjuangan yang sangat kental keislamannya bisa disebut juga film "Tjut Nyak Dhien" garapan Eros Djarot. Bahkan film rang dibintangi oleh Christine Hakim itu banyak mendapatkan penghargaan terbaik dan terpilih sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia.
Perlu disinggung pula sejumlah film Rhoma Irama yang tujuannya untuk berdakwah, meskipun lebih tepat disebut sebagai film bernafaskan musik Melayu (dangdut). Hal ini karena ceritanya sama sekali tidak berkaitan dengan keislaman, apalagi kalau menyimak judul-judulnya berdasarkan lagu dangdut populer Rhoma. Salah satu film Rhoma rang mendekati kriteria film dakwah adalah "Satria Bergi-tar" yang disutradarai Nurhadie Irawan. Ketika Tobali Film sukses membuat film "Sunan Kalijaga" yang diperankan Deddy Mizwar, maka kisah tentang para wali penyebar agama Islam pim bermunculan, seperti film "Sunan Gunung Jati", "Wali So-ngo", dan "Sembilan Wali".