(Kisah Nyata Seorang Narapidana)
Film ini adalah Kisah Nyata yang sangat menghebohkan saat itu. seorang penjahat kelas kakap Jakarta yang ditakuti, dan di tahan di nusa kambangan. Tetapi yang menarik dari film ini adalah Johny Indo sendiri yang memerankan dirinya sendiri dalam mengulangi atas apa yang dilakukannya sebelumnya. Banyak orang yang menonton film ini karena terpukau oleh kisah nyata dan juga ingin melihat sendiri sosok aslinya. Disamping itu juga ada petualangan seru saat Johny melarikan diri dari Nusa Kambangan yang terbilang hutan lindung penuh dengan binatang buas, dan mereka harus menyeberangi lautan ke daratan Jawa. Setelah itu Johny menjadi pemain film.Kisah ini dituangkan dalam skenario oleh Frank Rorimpandey, yang secara rajin mendengarkan sendiri dari Johny.Johny Indo (Johny Indo) perampok terkenal. Ia tertangkap dan dipenjarakan di Nusa Kambangan, bersama Johny Indo ikut dipenjarakan pula Pardi (Mathias Muchus). Selang beberapa waktu 34 napi itu, termasuk Johny Indo bermaksud melarikan diri. Pelarian mereka melewati hutan lebat serta hambatan alam sukar lainnya. Pihak berwajib memburu mereka, korban tak terelakkan Johny tertembak di kakinya, saat hendak lari lagi wajah istri dan anaknya terbayang maka Johny menyerah. Bermain filmJohny indo yang berstatus narapidana diizinkan menjadi pemeran utama dalam film yang bercerita tentang dirinya. dalam adegan ranjang ia berkali-kali harus mengulang. dan selalu tampil perlente.ADA yang mirip Kirk Douglas di Nusa Kambangan, Jawa Tengah,
Indonesia. Yaitu dalam hal merasakan berat bila melakukan adegan
percintaan. Itulah Johny Indo, narapidana yang diizinkan menjadi
pemeran utama dalam film yang bercerita tentang dirinya.
Dalam film yang kini dalam proses pengambilan gambar itu, salah
satu adegan yang harus dilakukan Johny, yakni adegan tempat
tidur dengan seorang tante girang (diperankan oleh figuran).
Adegan beberapa menit ini harus diulang-ulang hingga makan waktu
tiga pekan. "Saya ini sudah delapan tahun tak melihat wanita,"
tutur Johny. "Begitu akan melakukan adegan itu, jantung ini
sudah nggak tahan."
Gangguan lain dalam pembuatan film ini, tutur Gunawan,
produsernya, Johny si bekas bintang film iklan, "selalu minta
tampil dengan perlente." Padahal, banyak adegan dia sebagai
narapidana. Maka, tak jarang, selesai dirias menjadi
awut-awutan, tiba-tiba bintang baru ini menghilang. Muncul,
sudah bersisir rapi dan berbau wangi. Wah, yang capek para
penata rias itu. Nama aslinya Johanes Hubertus Eijkenboom keturunan Eropha (Indo)
Johnny Indo, Petualangan Perampok BudimanDengan tubuhnya jangkung dengan kulitnya yang bersih. Tutur katanya halus. Mungkin orang akan mengira dia hanyalah seorang lelaki biasa saja. Seorang ayah yang baik, yang mengajari PR bagi anak-anaknya, atau suami yang menyayangi istrinya. Apalagi di masa mudanya di juga tampan. Dan dia indo, lahir di Garut Garut, 06 November 1948. Tapi siapa sangka dia adalah pimpinan kawanan perampok yang sangat disegani. Yohanes Hubertus Eijkenboom atau Johnny Indo. Johny Indo dan 12 anak buahnya yang ia beri nama “pachinko” alias pasukan china kota sangat disegani sebagai perampok yang malang melintang di Jakarta dan sekitarnya. Johnny Indo adalah spesialis perampok toko emas dan selalu melakukan aksi pada siang hari. Mereka yang merampok toko emas di Cikini, Jakarta Pusat, pada 1979. Perampokan ini menjadi berita yang menggemparkan karena gerombolan membawa lima pistol, satu buah granat, dan puluhan butir peluru. Johnny mengaku mendapatkan senjata api dari sisa-sisa pemberontakan RMS, PRRI atau DI TII.
Mengaku sebagai anak kampong, sesungguhnya Johnny Indo berasal dari keluarga miskin. Sejak kecil dia suka membaca buku termasuk petualangan Sunan Kalijaga yang sebelum menjadi wali merupakan perampok, namun perampok untuk kebaikan semua dengan membagikan hasil rampokan kepada orang miskin. Atau tentang Si Pitung seorang perampok budiman dari Jakarta. Robbin Hood yang berkiprah di desa kecil bernama Nottingham, Inggris. Berkali-kali pula Johny Indo mengulangi perbuatannya dan hasil jarahannya dia bagi-bagikan kepada masyarakat miskin. Namun sepandai-pandai tupai melompat sekali gagal juga. Pepatah itu nampaknya berlaku juga buat Johny Indo dan kelompoknya. Karena kekuranghati-hatian salah seorang anggota kelompoknya yang menjual emas, hasil barang jarahan sembarangan, satu demi satu anak buah Johny Indo dibekuk petugas. Johny Indo akhirnya tertangkap di Gua Kiansiantang, Sukabumi, Jawa Barat. Dia diganjar 14 tahun penjara dan dijebloskan ke penjara yang keamannya ekstra ketat Nusakambangan. Ternyata mendekam di Nusakambangan tidak membuat petualangan Johny Indo berakhir. Bersama 14 tahanan lainnya, Johny Indo membuat geger karena kabur dari sel. Hampir semua aparat keamanan waktu itu dikerahkan untuk menangkap Johny Indo dan kelompoknya.
Namun setelah bertahan hingga dua belas hari, Johny Indo pun menyerah. Dia menyerah karena sudah berhari-hari tidak makan. Selain itu 11 tahanan yang melarikan diri bersamanya tewas diberondong peluru petugas. Kisah pelarian Johny Indo yang legendaries itu bahkan sempat diangkat ke layar film dengan Johny Indo sebagai bintangnya sendiri. Johnny Indo yang dalam karirnya merampok pantang melukai korbannya selama di penjara itu banyak waktu luang, dari sana mulai berfikir tentang jati diri, akhirnya selama dipenjara banyak belajar agama Islam karena sebelumnya beragama nasrani. Kini Johny Indo tinggal di daerah Sukabumi, Jawa Barat bersama istrinya, Vinny Soraya dan kedua putra-putrinya. Ia telah berubah. Ia menjalani kehidupan barunya sebagai seorang juru dakwah. Di saat senggang ia menghabiskan waktu dengan membenahi rumahnya yang sederhana sambil menunggu panggilan dakwah.
Sebenarnya banyak kasus yang sama seperti Johny Indo, termasuk juga Anton Medan yang sama juga. Cuma Anton tidak main film, mungkin kisahnya tidak menarik, tapi toh endingnya jadi Kiyai juga.
Liputan6.com, Sukabumi: Hidayah telah mengubah Johny Indo, dari penjahat kelas kakap menjadi mubalig yang didengar petuahnya. Setelah menjadi muslim, Johny yang kini bernama Haji Umar Billah menyerahkan jiwa dan raganya hanya untuk Islam [baca: Johny Indo, dari Bui Menjadi Dai].
Untuk menjadi Umar Billah tentu saja tak semudah membalikkan telapak tangan. Belum lama berselang, SCTV berkesempatan mengorek latar belakang kehidupan mantan gembong perampok spesialis emas ini di rumahnya di Cicurug, Sukabumi, Jawa Barat. Bekas biang perampok era 70-an ini harus melalui jalan berliku untuk meraih Islam.
Mendengarkan penuturan dan kisah hidup Johny Indo bak adegan dan setting sebuah film. Lantaran itu pula, kisah bekas terpidana 14 tahun kurungan penjara di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan itu menarik minat PT Tobali Indah Film. Kisah itu diangkat ke sebuah filam layar lebar berjudul Johny Indo, Kisah Nyata Seorang Narapidana. "Saya menjadi bintang utamanya atas rekomendasi Harmoko dan Menteri Kehakiman saat itu Ismail Saleh," kata Johny Indo yang mempunyai nama Belanda Johanes Hubertus Eijkenboom.
Setelah sukses main film, popularitas Johny Indo sebagai foto model, bintang iklan, figuran film yang sebelumnya digeluti, kembali terkuak. Saat itulah karirnya kembali meroket. Saat itu pula Johny kembali terbelit "penyakit" klasik: harta, tahta, dan wanita.
Namun sepertinya, Tuhan masih sayang kepada Johny Indo. Di saat itu, anak bekas Tentara Belanda (KNIL) itu teringat masa-masa di Nusakambangan. "Rekan-rekan yang beragama Islam di penjara itu kayaknya luntur kekerasannya. Mereka melakukan ibadah puasa dan ketika takbir mereka menangis. Itu menandakan bahwa kejahatan yang dilakukannya adalah suatu kekhilafan," tutur Johny Indo, mengenang.
Islam kemudian menjadi pilihan hidup kendati harus mengorbankan keluarga. Keputusan itu sangat pahit sehingga harus bercerai dengan istri pertama yang telah memberinya lima anak. Kini blasteran Belanda-Pandeglang, Banten, ini hidup tenang bersama istri keduanya yang telah memberi dua anak di Sukabumi.
Kendati demikian, Johny Indo tetap masih peduli dengan nasib para napi. Menurut dia, nasib napi bukan hanya tanggung jawab mereka sendiri tetapi juga pemerintah. Bahkan, Johny bisa menjamin 99 persen bekas napi akan kembali hidup wajar dan tak kembali ke bui bila pemerintah membeli modal atau keterampilan. "Selama ini pemerintah hanya memberi surat izin mengemudi bagi yang berminat, tetapi itu tidak cukup, seharusnya modal usaha juga," kata Johny Indo.
Di sebuah senja di Cicurug, tepat selepas Magrib. Umar Billah yang mengidolakan Umar bin Khatab karena sama-sama bekas preman, masih tegar berdiri di mimbar sebuah masjid. Itulah kehidupan rohani Johny Indo yang bekas garong, memberikan ceramah agama dari masjid ke masjid hingga merambah ke luar Kota Sukabumi. Sang istri, Vonny Soraya, bangga. " Pokoknya saya hanya mau tahu Bang Johny yang sekarang. Abang yang sudah lempeng," kata Vonny.(YYT/Syaiful Halim dan Anto Susanto)
Tentang Penjara NUsa Kambangan
Antara Pulau Penjara dan Pulau Wisata
Ketika mendengar nama Nusakambangan, yang terbayang di benak kita adalah pulau penjara yang menebar teror dan rasa takut. Pulau yang dijuluki Alcatraz Indonesia ini memiliki luas sekitar 210 kilometer persegi dan dikelilingi Samudra Indonesia yang terkenal dengan keganasan ombaknya. Nusakambangan terletak dua setengah kilometer ke arah selatan dari Cilacap, Jawa Tengah. Sebagian besar pulau ini disesaki hutan belukar dengan aneka satwa liar seperti harimau dan ular kobra.
Ketika Belanda berkuasa, pulau ini ditetapkan sebagai penjara pulau oleh Departement van Recht en Justitie (semacam Departemen Kehakiman) pada 1934. Belanda sengaja menyiapkan pulau ini seperti penjara pulau Alcatraz di Teluk San Francisco, Amerika Serikat. Untuk penjara yang paling mengerikan pada masanya itu, Belanda punya satu tujuan saat membangun Nusakambangan membuang penjahat kakap yang dijerat hukuman lebih dari lima tahun penjara. Model penjara inilah yang diwariskan kepada pemerintah Indonesia ketika Indonesia merdeka.
Saat dibangun Belanda, Nusakambangan memiliki delapan penjara, yakni Permisan, Gladakan/Nirbaya, Karanganyar, Batu, Glinger, Karangtengah, Besi, dan Limas Buntu. Baru pada 1950 pemerintah Indonesia menambahkan lagi sebuah penjara, yakni Kembangkuning. Sembilan penjara ini mampu menampung 7.200 orang. Namun, seiring dengan perjalanan waktu, pemerintah Indonesia menyusutkan daya tampung Nusakambangan menjadi 5.000-an orang saja. Jumlah penjaranya juga menyusut tinggal empat, yakni LP Batu, LP Besi, LP Kembangkuning, dan LP Permisan.
Pada 1969, Nusakambangan dengan empat penjara tadi dijadikan tempat pembuangan tahanan politik. Nusakambangan bahkan pernah dijadikan tempat mengurung para mahasiswa Institut Teknologi Bandung--Fajrul Rahman dan kawan-kawan--yang menolak kepresidenan Soeharto pada 1980-an. Setelah peristiwa G-30-S/PKI, tempat itu dihuni oleh 10 ribu tahanan politik. Bisa jadi inilah rekor yang pernah dicatat Nusakambangan sebagai penjara paling angker. Terutama LP Permisan, yang sampai saat ini belum tersentuh renovasi bangunan. Keruan saja narapidana kasus korupsi Pande Lubis yang dikirim ke LP Permisan bulan lalu syok berat.
LP Permisan pernah menyimpan cerita yang kemudian menjadi legenda, yakni pelarian Jhony Indo. Kisah pelarian Jhony yang tertangkap lagi oleh petugas LP akhirnya difilmkan beberapa tahun kemudian. Kusni Kasdut, yang divonis hukuman mati pada awal 1980-an, juga alumni LP Permisan. Terakhir, si Robot Gedek, yang melakukan kejahatan sodomi terhadap delapan bocah di bawah umur, meringkuk di LP Permisan. Kini LP Permisan dihuni para koruptor yang dikirim oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Hamid Awaluddin.
Pergantian kekuasaan di Indonesia ternyata tak banyak berpengaruh pada penjara pulau ini. Saat almarhum Baharuddin Lopa menjabat Direktur Jenderal Pemasyarakatan, pulau ini tak diubah statusnya sebagai pulau tertutup. "Ada flora dan fauna langka yang sangat perlu dilestarikan," kata Lopa waktu itu. Selain itu, Pulau Nusakambangan merupakan tempat ideal bagi latihan ABRI. Keputusan itu dibuat setelah melalui evaluasi empat menteri yang berkunjung ke Nusakambangan pada 8 Oktober 1988. Keempat menteri itu adalah Menteri Pekerjaan Umum, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Menteri Kehakiman, dan Menteri Kehutanan. Kemudian Menteri Pekerjaan Umum, atas nama empat menteri itu, mengumumkan hasil evaluasi tadi.
Di pulau ini memang terdapat hutan tropis yang masih perawan dan pelbagai jenis binatang yang telah jarang ditemukan di kawasan lain di Indonesia. Di pulau itu terdapat antara lain kancil kijang, macan tutul, macan kumbang, serta pelbagai jenis burung. Agar kelestarian lingkungan ini terjaga, arus wisatawan ke Pulau Nusakambangan ditekan agar tidak merusak lingkungan. Dikhawatirkan, para wisatawan akan merusak alam. Selanjutnya, mereka pasti akan meretas hutan, membuka aneka fasilitas, dan/atau membuka kios di kawasan-kawasan gua pulau itu.
Nama pulau ini kembali menjadi pembicaraan ketika Tommy Soeharto dan Bob Hasan menjadi penghuni Nusakambangan sejak Maret 2001. Bob dijatuhi hukuman delapan tahun penjara karena kasus penyalahgunaan dana reboisasi. Sedangkan Tommy tersangkut kasus pembunuhan Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita. Selain ditempati Tommy dan Bob, Nusakambangan dihuni Irwan bin Ilyas, terpidana seumur hidup peledakan bom Bursa Efek Jakarta. Kini Nusakambangan kedatangan tamu baru sepuluh koruptor yang segera menghuni pulau penjara ini.
20 Mei 1982
di sebuah sel yang dekil, di LP Nusakambangan. Seorang napi, berinisial SS, memberi doktrin singkat. Algojo asal Solo itu sudah menyiapkan kilatan pedang. Sebuah gerakan akan dilakukan. MM ditugasi merampas senjata petugas portir. Sementara lainnya, ditugasi menjebol pintu gerbang, menyiapkan api, dan membabat petugas. Yang lain, mengomando kawan-kawannya agar secepatnya kabur.
Pukul 11.00 WIB, rencana akan dilakukan. MM juga ditugasi membunuh Johny Indo jika dia tidak ikut lari. Siang sudah nyaris menunjuk angka 11.00. Itu artinya, gerakan akan dimulai. Kebetulan, sang kepala LP Permisan, Nusakambangan, sedang piknik ke Pangandaran. Di luar sel, gemuruh suara "serbu... serbu... serbu... serang..." disusul rentetan tembakan berjibaku tak henti-henti. Gerbang jebol. Johny tersadar. Didatangi MM dengan pedang di tangan. "Mau ikut lari tidak? Kalau tidak, saya akan membunuhmu," gertak MM. Sekejap, Johny ikut kabur bersama 34 napi lain dari LP Permisan, Nusakambangan. Para napi pun kabur masuk hutan yang masih perawan. Esoknya, masyarakat dibuat gempar. Raja perampok emas berhasil kabur dari penjara yang mirip "Alcatraz-nya" Indonesia itu. Johny Indo pun dibaptis sebagai dalang pelarian.
Tiga hari, para napi terlunta-lunta di hutan. Hutan amat ganas, penuh jurang, binatang buas, dan alam yang tak ramah. Hari kelima, kondisi makin runyam. Petugas gabungan polisi, satpam LP, dan tentara, terus melacak. Matahari belum naik, tiba-tiba suara letusan pistol menyerbu rombongan napi. Satu, dua orang terjengkang. Tiga, empat lainnya roboh. 17 ditangkap hidup. Tetapi, Johny Indo lolos. Hari kesepuluh dilewati. Hanya tinggal dua orang. Empat orang tewas karena sakit. Dua lainnya tewas tenggelam. Sepuluh lainnya tewas diterjang peluru petugas. Johny berjalan sendiri. Keluar Nusakambangan teramat susah. Persis hari ke-12 pelariannya, tiga motor boat mengerang. Seolah-olah menghampirinya. "Saya menyerah, Pak," kata Johny gemetar.
Itulah sedikit kisah pelarian Johny Indo, penjahat kelas kakap, dari LP Permisan Nusakambangan. Siapa sejatinya Johny Indo? Dia adalah perampok toko emas yang paling licin. Sedikitnya 7 kali aksinya lolos dari kejaran petugas. Perampok bukan pembunuh. Haram hukumnya menyakiti wanita dan membunuh mangsa. Itu larangan tegas di organisasi mafianya. Anak seorang tentara Belanda Mathias Eijkenboom yang membelot dan kawin dengan Sephia, gadis Banten. Di usianya yang baru 16 tahun, dia sudah kawin dengan Stella (15).
Dia pernah jadi sopir truk, trailer, hingga tukang bengkel. Lantas, dia berubah drastis menjadi seorang foto model laris dan artis beken. Lima anak lahir dari rahim Stella. Namun, hidup glamor gaya Johny Indo membuatnya mabuk. Dia juga simpanan seorang istri pejabat. Wajahnya memang ganteng, putih, hidung mancung, dan matanya biru. Itu sebabnya dia dipanggil Johny Indo.
Dari hidupnya yang mewah itulah, lantas dia selalu kekurangan uang. Honor foto model tak mencukupi. Lantas, dia diajak kawan-kawannya merampok. Dengan bekal pistol dan senjata Thomson, dia bersama AA, K, N berhasil membuat gempar masyarakat Jakarta dan menyiutkan nyali para pedagang emas.
Hingga akhirnya, 20 April 1979, di Sukabumi, di sebuah Gua Kutameneuh, bekas tempat persemedian Prabu Siliwangi, di Gunung Guruh, Sukabumi, Johny tertangkap dalam kondisi loyo. Saat itu, dia sedang tirakat. Dia dijebloskan ke Cipinang 14 tahun lamanya dan dipindahkan ke Nusakambangan. Namun, 9 tahun 10 bulan saja ia alami hukuman itu. Dia pun pernah main film saat menjadi tahanan di Nusakambangan, setelah pelariannya yang gagal.
"Saat ini, saya melihat diri saya mirip seperti yang dialami Mas Tommy," ujar Johny Indo eh... Haji Umar Billah kepada Bali Post, kemarin. Hidup glamor, dikelilingi cewek cantik, pernah berbuat jahat, (kalau Tommy membunuh), dipenjara 14 tahun (Tommy 15 tahun), disel di Cipinang, lalu dipindah ke Nusakambangan. Lantas kabur? "Dengan jaringannya dan dendam karena merasa diperlakukan tidak adil, dia bisa saja punya niat kabur," tambah Johny yang kini punya istri baru. Kesempatan lari bisa diciptakan. Dia punya uang, punya sisa kekuasaan. Kata Johny, hari-hari berat Tommy di Nusakambangan adalah menyalurkan hubungan seksual. "Ini yang paling berat. Lima belas tahun bukan waktu yang sedikit. Apalagi Tommy masih muda," katanya mengenang. Dulu, dia mengatasinya dengan (maaf) onani. Tetapi, lama-kelamaan itu tak dilakukannya lagi. "Saya berbuat jahat maka saya harus menjalani hukuman ini sebagai risiko. Ini yang harus disarankan ke Mas Tommy," imbuhnya.
Apalagi yang memberatkan? "Pembunuhan oleh napi lain. Sebagai orang kaya, itu menimbulkan kecemburuan. Banyak napi yang sok jagoan bisa menghardik Tommy sekadar minta uang rokok. Tetapi, Tommy bisa saja dibunuh di dalam," pesan Johny.
Tahun pertama dipenjara, perasaan marah, benci, dendam selalu menjadi hantu yang menakutkan. Jika tak diatasi, perasaan ini bisa meledak dan menjadi masalah baru. "Saya yakin, dia hanya menjalani paling lama 10 tahun, dipotong remisi-remisi," harap Johny, yang kini tinggal di Sukabumi itu.
Ada baiknya, Tommy membaca buku "Johny Indo, Tobat dan Harapan". Atau dia menonton film "Johny Indo, Kisah Nyata Seorang Narapidana''. Keduanya bisa memberi pelajaran bahwa sebagai penjahat dia masih bisa diterima masyarakat.