Tampilkan postingan dengan label WIM UMBOH1955-1991. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label WIM UMBOH1955-1991. Tampilkan semua postingan

Kamis, 10 Februari 2011

MERPATI TAK PERNAH INGKAR JANJI / 1986

MERPATI TAK PERNAH INGKAR JANJI



Full Movie


Maria (Paramitha Rusady) sejak kecil diarahkan ayahnya untuk menjadi biarawati. Akibat pengarahan yang kaku oleh ayahnya, Maria selalu merasa serba salah. Ia jatuh cinta pertama dengan Guntur (Adi Bing Slamet), namun Maria akhirnya menjadi biarawati juga.

"Selamat, Maria!" seru Guntur, susah payah mendekati gadis itu. "Mainmu bagus sekali! Benar nggak sih kakimu dari kayu?". "Dia cewek pilihan Tuhan!" bentak Rena kepada Guntur. "Kamu jangan kurang ajar!". "Satemu kutambah dua porsi lagi kalau kamu berhasil mengajak dia, Ren!". "Huu, sate sih apaan! Kalau Maria yang kamu mau, upahnya mesti bistik ayam!". "Bistik gajah pun boleh, Ren! Kamu tinggal pilih aja di Bonbin Ragunan, mau yang mana! Besok binatang itu udah jadi bistik di piringmu!". "Mendingan kamu lekas-lekas menggelinding pergi, Tur! Teman-temanku sudah siap mengeroyokmu!". "Masa ngajak dia pergi aja nggak boleh? Ini sekolah apa biara?". "Surat kelakuan baikmu meragukan!". "Kalau begitu kamu yang harus kasih aku rekomendasi, Ren!". "Wah, aku sendiri tidak percaya kok sama kamu!". "Jadi aku mesti berusaha sendiri nih? Oke, Neng! Lihat saja nanti!". Dan Guntur benar-benar melaksanakan ancamannya. Dikejarnya Maria ke mana pun dia pergi, di mana pun dia bersembunyi. Bahkan ketika gadis kuper yang misterius itu terkapar di rumah sakit, Guntur masih sanggup menggunakan akal bulusnya untuk melarikan Maria! Namun janji tak dapat diingkari... Di ujung tragedi yang membalikkan kehidupan remaja mereka yang memerah jambu, akhirnya Maria menemukan dirinya sendiri...

P.T. VIRGO PUTRA FILM

PARAMITHA RUSADY
RIMA MELATI
KUSNO SUDJARWADI
BENNY DAMSJIK
ADI BING SLAMET
NIA ZULKARNAEN
SYLVANA HERMAN
IYUT BING SLAMET
JAMES SAHERTIAN
WATY ANGGRAINI
ERA GLORIA
ADE YULIA

ARINI II (Biarkan Kereta Itu Lewat) / 1988

ARINI II
 BIARKAN KERETA API ITU LEWAT
 

Nick (Rano Karno) dan Arini (Ida Iasha) akhirnya kawin juga, meskipun memiliki perebedaan umur yang jauh. Ibu Nick (Rima Melati) tidak menyetujui perkawinan itu. Nick dan Arini mencoba menyesuaikan diri dengan pergi ke psiater. Ella (Vivi Samodro), anak Arini dari Helmy (Rico Tampaty) yang pernah mendapat cangkokan ginjal ibunya, ternyata tidak cocok dan harus mendapat ginjal baru lagi. Ira (Joice Erna) ibu tirinya bersedia menjadi donor dengan bantuan keuangan Arini. Operasi berlangsung di Jerman. Sepulang Arini dan anaknya dari Jerman, Ibu Nick menghasutnya dengan menunjukkan bukti bon pembelian baju tidur dan foto Helmy berdua Arini. Helmy ikut ke Jerman dengan bantuan keuangan dari ibu Nick. Nick curiga ketika Arini hamil dan tak mau kembali ke rumah. Hidupnya kacau. Nick membawa wanita jalang ke rumah ibunya dan membuatnya kebingungan. Ketika ibu Nick ke rumah Arini, ternyata Arini sedang berjuang mengatasi kelahirannya. Ia dilarikan ke rumah sakit dan dioperasi caesar. Akhirnya Nick tahu peristiwa yang sebenarnya dan datang ke rumah sakit minta maaf kepada Arini, perkawinan selama.
P.T. ELANG PERKASA FILM

RANO KARNO
IDA IASHA
RIMA MELATI
JOICE ERNA
SOFIA AMANG
RICO TAMPATTY
RANI SORAYA
VIVI SAMODRO
DODDY SUKMA
YANI MASLIAN
ASRUL ZULMI
ASRUL WIYONO

TATKALA MIMPI BERAKHIR / 1987

TATKALA MIMPI BERAKHIR


Nisia (Meriam Bellina) secara tak sengaja terlempar ke dalam dunia film, ia menjadi artis terkenal dan kemudian bertemu dengan sutradara idealis, Prianto (Ray Sahetepy). Mula-mula tak ada kecocokan di antara mereka berdua, terutama menyangkut cara kerja dalam dunia film. Akhirnya Nisia membintangi film di bawah arahan Prianto, film itu sukses tapi Prianto meninggal akibat kesehatannya memburuk.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

MERIAM BELLINA
RAY SAHETAPY
CONNIE CONSTANTIA
KAHARUDDIN SYAH
HERMAN FELANI
ZAINAL ABIDIN
ANGEL D. MEMAH
WAHAB ABDI
INA HARYADI
FIRMAN NURJAYA
NANNY LYDIA
ANTON INDRACAYA

SECAWAN ANGGUR KEBIMBANGAN / 1986

SECAWAN ANGGUR KEBIMBANGAN


Aline (Soraya Perucha) hamil karena pergaulannya dengan Andre (Didier Hammel) di Paris, tempatnya belajar mode. Hubungan mereka putus ketika Andre minta Aline mengugurkan kandungannya. Aline pulang ke Indonesia bersama Prasetyo (Ray Sahetapy), seorang penata tari. Mereka berdua membesarkan anak Aline. Setelah sekian tahun, Andre menyusul ke Indonesia. Aline menjadi bimbang antara kembali ke Paris atau menetap di Indonesia.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

ZORAYA PERUCHA
RIMA MELATI
DIDIER HAMMEL
RAY SAHETAPY
SANDY TAROREH
PARAMITHA RUSADY
 

SERPIHAN MUTIARA RETAK / 1985



Percintaan Iyan dan Del mengakibatkan Del hamil, hingga ibu Del yang memang tak suka, marah besar. Anak Del yang di beri nama Arif Wibowo kemudian diserahkan pada seorang juru rawat, sementara Del dikirim ke luar negri untuk melanjutkan sekolah. Melalui bantuan Tiwi, teman Del yang merasa kasihan akhirnya Iyan yang mengasuh Arif. Setelah sekian lama di luar negri, Del pulang ke Indonesia. Tapi Iyan melarang Del untuk menemui Arif, karena dianggap telah menyia-nyiakannya. Suatu hari Del membawa Arif dan tidak mengembalikan ke rumahnya. Iyan marah pada Tiwi. Ternyata Arif sakit di rumah Del dan ketahuan terkena radang otak hingga meninggal dunia. Del terguncang dan masuk rumah sakit jiwa.

P.T. VIRGO PUTRA FILM

CHINTAMI ATMANEGARA
RICO TAMPATTY
MARISSA HAQUE
ADE IRAWAN
NANI WIDJAJA
RIMA MELATI
PITRAJAYA BURNAMA
KOMALASARI
INDRACAYA
ABIZAR

PONDOK CINTA / 1985

PONDOK CINTA


Meski ditentang keluarganya, Krismanto (El Manik) akhirnya menikah juga dengan Istia (Zoraya Perucha). Perbedaan latar belakang suami istri yang cukup besar, membuat jalannya perkawinan tersendat-sendat, apalagi ibu dan adik-adik Kris, selalu ikut campur tangan pada keluarga muda ini. Istia yang menyabar-nyabarkan diri, akhirnya tak tahan juga ketika tahu Kris sering main gila dengan perempuan lain. Tetapi Istia tidak bisa berpisah dengan Kris, karena Kris tidak mau menceraikan istrinya. Akibatnya ia tak mau lagi melayani suaminya. Hidupnya diabdikan untuk merawat dan membesarkan Dina (Vivi Samodra) , sebagai pekerja sosial, mengajar menjahit di sebuah panti yatim piatu. Di sinilah ia berjumpa dengan Bahar (Frans Tumbuan), perjaka cukup umur yang belum juga kawin, idealisme dan mempunyai selera yang sama. Ternyata Bahar pengidap penyakit leukimia yang menyebabkan ia tidak segera kawin. Ketika akhirnya Bahar meninggal, Istia bersikeras pisah dari suaminya. 
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

ZORAYA PERUCHA
EL MANIK
RIMA MELATI
YENNY FARIDA
FRANS TUMBUAN
IDA LEMAN
RAE SITA
VIVI SAMODRO

KABUT PERKAWINAN / 1984

KABUT PERKAWINAN


Karena pacarnya, Ratri (Indra Widyawati) hendak dijodohkan dengan seorang insinyur, dan kebetulan suatu hari ia melihat sendiri Ratri berduaan dengan sang insinyur, Tedo (Ray Sahetapy) meninggalkan kuliahnya dan cari kerja di Jakarta. Nasib cemerlang menanti. Dalam waktu singkat ia sudah jadi direktur dan mengawini putri pemilik perusahaan yang bernama Siska (Meriam Bellina). Putri tunggal yang ibunya meninggal saat melahirkannya ini, sangat dimanja. Yang kerepotan Tedo, karena keasyikannya bekerja malah membuat Siska marah-marah terus. Siska akhirnya melalaikan rumah tangganya dan mabuk-mabukan. Sementara Tedo yang tidak sanggup mengendalikan istrinya, malah berjumpa lagi dengan pacar lamanya, Ratri yang kini jadi perancang dan bekerja sama dengan perusahaan tekstil yang dipimpin Tedo. Siska makin marah, meski Tedo tidak berbuat apa-apa. Bahkan Ratri bak malaikat yang tetap belum kawin dan mencintai Tedo, tapi tak ingin merebutnya. Puncak kisah : Tedo dan Siska mati kecelakaan. Anak mereka dipelihara Ratri, sesuai dengan pesan terakhir Tedo.
 P.T. VIRGO PUTRA FILM

MERIAM BELLINA
RAY SAHETAPY
INDRA WIDYAWATI
ZAINAL ABIDIN
WIDY UTAMI
ANTON SUMADI
PITRAJAYA BURNAMA
NYOMAN AYU LENORA
ANTON INDRACAYA
USMAN EFFENDY
LIZA
ROYA M. YUSUF

PUTRI SEORANG JENDRAL / 1981

PUTRI SEORANG JENDRAL


Ineke (Titien Suherman) dan Jamal (Dyan Hasri) yang sudah membicarakan masalah perkawinan mereka, harus menghadapi musibah. Ineke diterjang kuda, hingga mengalami koma berkepanjangan di rumah sakit dan menghadapi kemungkinan lumpuh. Jamal yang sudah melamar kerja di perminyakan harus rela meninggalkan kekasihnya di rumah sakit dan pergi ke Natuna. Jamal tak pernah lalai mengirim surat, tapi suratnya selalu disimpan oleh ibu Ineke (Tuti Indra Malaon). Maka jalan kisah berbelok. Dokter Yaman (Adi Kurdi), yang baru pulang dari Timor Timur, tertantang untuk menyembuhkan Ineke. Usahanya berhasil, termasuk akhirnya menikahi Ineke, yang entah bagaimana seolah lupa pada Jamal. Maka persoalan muncul, ketika Jamal pulang karena habis masa kontraknya. Ternyata, Jamal tidak digambarkan apa-apa. Ia hanya meraung saat diberitahu adiknya. Yang repot malah ibu Ineke yang merasa bersalah. Itupun setelah Yaman-Ineke punya anak, dan tak tahu-menahu Jamal sudah pulang. Nasib berkata lain lagi. Yaman meninggal saat pergi ke Indramayu untuk menolong korban banjir. Helikopter yang mengangkutnya jatuh. Dan secara kebetulan, Jamal, yang mengurus sebuah perkebunan di desa, berjumpa dengan Ineke di sebuah supermarket. Maka bahagia yang tertunda, akhirnya datang. Adaptasi dari novel.

HIDUP TANPA KEHORMATAN / 1981

HIDUP TANPA KEHORMATAN
 

Roy (Awang Darmawan) seorang lelaki tampan yang hidup santai tanpa mempunyai pekerjaan. Atas bantuan modal yang diberikan Nancy (Gina Adriana) seorang peragawati kenamaan yang dicintainya, Roy menjadi direktur PT Roy Jaya. Nancy hamil sebelum nikah dan Roy tergoda wanita lain yang kemudian mancampakkan Nancy.

Karena ulahnya sendiri Roy yang hanya memburu kesenangan membuatnya masuk penjara karena terlibat penipuan. Sejak itu hidupnya tak menentu, sementara Nancy yang ditinggalkannya menikah dengan pria yang lebih tua (Zainal Abidin) dan sukses dengan perusahaan yang dipimpinya. Roy berusaha kembali menemui Nancy, namun sulit bagi Nancy yang selama ditinggal Roy telah mengasuh anaknya. Anak itupun menanyakan siapa Roy sebenarnya. Akhirnya Nancy tampil sebagai penolong saat Roy diambang kematian karena sakit.
 P.T. YOUNG BROS FILM

GINA ADRIANA
AWANG DARMAWAN
JUNAEDY SALAT
PAULA RUMOKOY
YATTI SURACHMAN
ZAINAL ABIDIN
EVA ARNAZ
YOSANA SANUSI
TEDDY MALA
M. PANDJI ANOM
BRAM ADRIANTO
ALEX KALANGI

ARRIANY / 1958

ARRIANY

Effendi (Kamsul), pencipta lagu, mengalami nasib kurang beruntung. Lagu-lagu ciptaannya hampir selalu ditolak perusahaan rekaman. Pada suatu hari Effendi terdorong membuat perjanjian dengan isterinya Arriany (Farida Arriany), bahwa dia akan melakukan segala tugas rumah tangga (masak, mencuci dll), sedang Arriany mencipta lagu. Ternyata lagu-lagu "ciptaan" Arriany diterima. Padahal itu karya Effendie yang di"palsu"kan. Timbul pertengkaran yang berkepanjangan. Dua anak mereka lepas dari pengawasan. Ibu mertua Effendi muncul, lalu Effendi dan Arriany berdamai lagi, demi anak-anak.

GOLDEN ARROW

SESUATU YANG INDAH / 1976

SESUATU YANG INDAH


Ini memang kisah tentang 2 saudara yang sama-sama bekerja sebagai pilot pesawat dalam sebuah penerbangan. Sudah pasti film ini menggunakan peswat dan helikopter untuk keperluan shooting dan adegan.

Inilah film Indonesia yang pertama menggunakan hal itu, juga menjadi daya tarik untuk di tonton. Film ini bukan hanya itu saja yang menarik, kita dibawa terbang oleh Wim ke berbagai tempat, Balikpapan, Singapura, Tokyo dan Irian Jaya. Cerita ini sangat halus ditulis oleh Arifin C.Noer (skenario) dan dimainkan oleh baik beberapa pemainnya, dan dipotret manis oleh Lukman Hakim Nain (juru kamera).

Yohannes Mokodompit (Roy Marten) adalah adik Leonardus Mokodompit (fadili), yang pertama bekerja sebagai penerbang helikopter Pelita Air Service, sedang sang abang pilot pesawat penumpang jet perusahaan yang sama. Mereka hidup dalam rumah besar bekas peninggalan orang tuanya, Yohannes mula-mula jatuh cinta sama Ningrum (Marini), dan setelah putus perempuan yang sama malah kawin dengan Leonardus. Api lama belum juga padam, bahkan ketika Yohannes berhubungan dengan gadis bebas Anna (Christien Hakim), cerita tidak sesederhana itu, baik Yohannes dan Anna sama-sama terikat dengan yang lainnya. Keadaan semakin rumit ketika kehadiran Leo, Yo dan Ningrum dalam sebuah rumah.

Kerumitan memuncak ketika Leo tiada, setelah menghembuskan nafas terakhir diatas pesawat dalam penerbangan ke Tokyo. Kekuatan film ini tidak hanya cerita, berbeda dengan kebanyakan film Indonesia. Cara berceritanya yang harus kita lihat usaha Wim, dari cerita itu Arifin mengolahnya dengan plastis dengan kesempatan partisipasi yang sebesar-besarnya bagi para penonton. Tidak semua hal diceritakan, tetapi dengan sedikit menggunakan fikiran dan perasaan penonton toh bisa tahu jalan ceritanya. Di film ini Wim berusaha sekali menggunakan bahasa gambar, tidak semua berhasil, tapi ini film Wim yang paling baik. Sebagai editor Wim dan Arifin menghasilkan sebuah panduan gambar yang bercerita dengan jelas, tanpa menjadi verbal, penggunaan dissolve pada penyambungan dua gambar memang terasa sedikit berlebihan tapi juga menolong penonton dari kejenuhan dalam cut to cut.

  P.T. INTERNATIONAL ARIES ANGKASA FILM
PELITA AIR SERVICE

CHRISTINE HAKIM
MARINI
ROY MARTEN
BROERY PESOLIMA
NICO PELAMONIA
FADLY
INE MEMBRASAR
YAN BASTIAN

 

PENGEMIS DAN TUKANG BECAK / 1978

PENGEMIS DAN TUKANG BECAK


Atas bantuan Ratih, Sri (Christine Hakim) diterima jadi pembantu di rumahnya Ratih (Ully Artha) yang badung ternyata hamil. Untuk menutup malu keluarga ia dikawinkan dengan Joko (Dicky Zulkarnain) yang ternyata bajingan. Mereka kawin dengan syarat kebajingan Joko membawa korban Sri hendak diperkosa. Untung selamat oleh teriakan Ajeng (Triani Sardi) anak Ratih yang lekat pada Sri, akibatnya Sri harus pergi Ajeng ikut karena kelekatannya Sri ditolong Parto (Alan Suryaningrat) tukang becak. Mereka lari ke Jakarta. Kisah selanjut adalah rentetan kemalangan Sri di Jakarta antara lain terpisahnya Sri dari Parto.karena sebuah perkelahian antara tukang becak dan supir bus. Film berakhir dengan bahagia Sri-Parto bersua kembali Joko-Ratih-Ajeng rukun kembali.
 
Di tengah pembuatan film,Wim Umboh jatuh sakit, hingga penyelesaian film ini diteruskan oleh Lukman Hakim Nain (cinematographer-nya).
 
 
 
 
 
 
 


19 Mei 1979
 Yang dicalonkan & yang menang
DARI 38 film cerita dan 14 film dokumenter dengan Dewan Juri terdiri dari: Rosihan Anwar, Mochtar Lubis, Johardin, Sumaryo LE, Gayus Siagian, Enoch Markum dan Abas Alibasydh, diputuskan pemenang FFI VII sebagai berikut: Film terbaik: November 1828. Mendapat penghargaan: Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Binalnya Anak Muda, Gara-gara Isteri Muda dan Kemelut Hidup. Pemeran Utama Pria Terbaik: Soekarno M. Noor dalam Kemelut Hidup. Mendapat penghargaan: Maruli Sitompul dalam November 1828. Ikut dicalonkan: El Manik, Parto Tegal dan Slamet Rahardjo. Pemeran Utama Puteri Terbaik: Christine Hakim dalam Pengemis dan Tukang Beca Mendapat Penghargaan: Yenni Rachman dalam Binalnya Anak Muda. Ikut dicalonkan: Mutiara Sani, Suzanna dan Tuti Kirana. Penyutradaraan Terbaik: Teguh Karya dalam November 1828. Mendapat penghargaan: Wim Umboh dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Asrul Sani, Ismail Subardjo dan Wahyu Sihombing. Penulisan Skenario Terbaik: Asrul Sani dalam Kemelut Hidup. Mendapat penghargaan: Wim Umboh dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Fritz Schadt, Ismail Subardjo dan Teguh Karya. Sinefotografi Terbaik: Tantra Suryadi dalam November 1828. Mendapat penghargaan: Lukman Hakim Nain dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Akin. Penata Artistik Terbaik: Benny Benhardi dalam November 1828. Mendapat penghargaan: Nazar Ali dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Effendi. Penata Musik Terbaik: Franky Raden dalam November 1828. Mendapat penghargaan: Idris Sardi dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: BJ Supardi. Perekam Suara Terbaik: Kemal Redha dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Suparman Sidik dan I Sutarya. Editor Terbaik: Wim Umboh dalam Pengemis dan Tukang Beca. Mendapat penghargaan: Tantra Suryadi dalam November 1828. Ikut dicalonkan: Fritz Schadt. Pemeran Pembantu Pria Terbaik: El Manik dalam November 1828. Mendapat penghargaan: Farouk Afero dalam Rahasia Perkawinan. Ikut dicalonkan: Maruli Sitompul, Menzano dan Rachmat Hidayat. Pemeran Pembantu Wanita Terbaik: Chitra Dewi dalam Gara-gara Isteri Muda Mendapat penghargaan: Ully Artha dalam Pengemis dan Tukang Beca. Ikut dicalonkan: Erni Tanjung, Rahayu Effendi dan Rina Hassim. Pemeran Anak-anak Terbaik: Triani Sardi dalam Pengemis dan Tukang Beca. Pemenang Film Dokumenter Terbaik: Akupun Bisa karya LPKJ. Mendapat penghargaan: Kartini karya PFN Kecuali itu, diserahkan juga Piala Antemas untuk film terlaris tahun 1978, ialah film Badai Pasti Berlalu.

MAMA / 1972

MAMA


FULL MOVIE

Film ini menggunakan ukuran 70mm, kamera Panavision, dan suara stereo 6 jalur.

Sebuah percobaan Wim Umboh-Sjumandjaja yang penulisan skenarionya bersamaan dengan saat shooting berlangsung. Hasilnya: sebuah gaya penuturan yang tidak sederhana. Apalagi tampak ada dua alur cerita yang seolah tak saling bertaut. Alur pertama berputar pada Sanca (Andi Auric) dan Anani (Sukarno M. Noor). Alur kedua berkisar pada percintaan Ulli (Tanty Josepha) dan Pandji (Rachmat Hidayat), sedang di antara dua alur tadi ada alur ketiga yaitu yang bertalian dengan Ulla (Gaby Mambo), pelacur yang tetap rajin beribadat dan kakak Ulli, dan Suwaka (Aedy Moward). Sanca adalah prototipe pemuda gelisah karena lingkungan yang dihadapinya serba hitam, hingga merindukan kedamaian. Kedamaian itu berupa kenangan manis akan Mamanya yang sudah tiada, dan yang jadi obsesinya. Ayahnya, Sarman Sastradilaga, penggede yang korup dan licik, tak pernah mau menjawab pertanyaan anaknya tentang sang mama. Jawaban datang dari ibu tirinya, Sonia (Tutie Kirana). Sang mama dibunuh ayahnya karena kedapatan serong. Sanca malah mencurigai Midun (Ami Prijono), pembantu yang sangat dominan perannya dalam keluarga itu. Pertemuan Sanca dengan istri Anani, Anari (Rima Melati) membuahkan hembusan lain. Anani pernah membunuh istri orang yang tak setia, padahal yang diincar adalah suaminya, karena menjinahi istri Anani. Akibatnya Anani masuk penjara. Keterangan ini semakin membingungkan Sanca, yang malah jatuh ke pelukan ibu tirinya. Sarman meledak melihat ini. Sanca lari ke Bali. Midun, Sonia, Sarman mengejar. Di Balilah Sanca mengetahui bahwa Sarman pembunuhnya. Percintaan "murni dan malu-malu" Ulli dan Panji terpotong, karena Anani membunuh Ulli yang disangkanya istrinya sendiri.


Saya suka alur ceritanya yang menjebak penonton akan siapa dan bagaimana, akhirnya endingnya bisa dipahami. Tehnik bbercerita seperti ii memang agak ribet, kalau tidak jeli dan paham akan membuat penonton kehilangan informasi yang ada. Sehingga ending tidak tercipta dengan baik.

P.T. ARIES FILM
P.T. INDAKO FILM

ANDY AURIC
SUKARNO M. NOOR
TANTY JOSEPHA
RACHMAT HIDAYAT
GABY MAMBO
AEDY MOWARD
TUTY KIRANA
RAHAYU EFFENDI
AMI PRIJONO
FARIDA FEISOL
RIMA MELATI

LAKI-LAKI TAK BERNAMA / 1969

LAKI-LAKI TAK BERNARD


Katanya sih, Film Sex Indonesia pertama.
Banyak tokoh muncul, dan masing-masing diberi latar belakang secukupnya, tapi apa yang ingin diceritakan tidak jelas. Ada istri serong, ada suami punya pacar, ada cukong, ada sekretaris dls.


P.T. ARIES FILM

FARIDA ARRIANY
RIMA MELATI
GABY MAMBO
W.D. MOCHTAR
RATNO TIMOER
RACHMAT KARTOLO
FAROUK AFERO
HAMID GRUNO
PAULA RUMOKOV
SANDY SUWARDI HASSAN
RAHAYU EFFENDI
SOFIA WD

KUNANTI DJAWABMU / 1964

KUNANTI DJAWABMU
 

Karena kecelakaan, Rachmat Kartolo, penyanyi terkenal, berkenalan dan lalu bercintaan dengan Chitra Dewi yang merawatnya. Kemudian muncul Rima Melati, yang sudah lebih dulu kenal Rachmat dan diam-diam mencintainya. Rima yang juga seorang penyanyi, minta Chitra melepaskan Rachmat, meski dia tahu dicintai Pitrajaya, pemimpin band. Chitra menurut, meski Rachmat berusaha meyakinkan cintanya, apalagi Chitra jumpa kembali dengan teman lamanya, Zainal Abidin, dokter. Keadaan ini membuat Rachmat merana. Rima dan Chitra berusaha menyembuhkannya. Rachmat yang sudah melantunkan "Kunanti Jawabmu", tak kunjung mendapat jawaban.

KUNANG-KUNANG / 1957

KUNANG-KUNANG
 

Udin (7 th), dan Indra (12 th), terpisah dari keluarga akibat keganasan gerombolan pengacau. Keduanya terlunta-lunta dan tiba di Jakarta. Mereka ditampung Ny Samsudin yang baik budi. Ibu Udin dan Indra mendapat "tahu" lewat mimpi bahwa anak-anaknya masih hidup dan menyusul ke Jakarta. Di rumah Ny Samsudin, muncul ibunya yang galak, tak menyukai anak pungut itu dan mengusirnya. Ketika Ibu Udin datang, ketahuanlah bahwa Ny Samsudin adalah adiknya. Dan anak-anak sudah tak ada di sana. Atas petunjuk pembantu rumah, Irah, Udin dan Indra ditemukan di tempat berkumpulnya anak-anak pengemis dan gelandangan.
 ANOM PICTURES

SOFIA WD
AMINAH BANOWATI
NANNY LYDIA
M.S. DERITA
RAMELAN
JUSMAN
NANO KASIM
ISMANTO

KUGAPAI CINTAMU / 1977

KUGAPAI CINTAMU


Widuri (Lenny Marlina) adalah tipologi gadis desa Jawa yang tak berani mengutarakan cintanya dan pasrah. Irawati (Jenny Rachman), gadis manja dan agresif, yang dituruti semua kemauannya oleh orangtuanya yang pengusaha, karena sudah diramal tak berumur panjang. Dua-duanya mencintai Tody (Cok Simbara), tokoh mahasiswa yang peragu dalam cinta hingga sering berkonsultasi dengan sahabatnya, Anton (Roy Marten), mahasiswa psikologi. Widuri yang mencinta dalam diam, kalah dengan Irawati. Meski demikian, Irawati seolah belum puas. Saat Tody berKKN ke desa Widuri, Irawati mengerjai Widuri. Widuri diperkosa kawan-kawan berandalan Irawati, hingga hamil dan pulang ke desa. Tody, yang mendapat surat dari orangtuanya bahwa tak sanggup membiayai sekolahnya lagi, lalu bekerja pada orangtua Irawati. Saat menolong teman yang butuh duit dengan uang perusahaan dan gagal dikembalikan, Tody ditodong mengawini Irawati yang hamil akibat pergaulan bebasnya. Ia tak bisa mengelak, tapi lalu pergi bekerja di tempat lain. Irawati yang merengek, tak dihiraukan. Tody tetap mencintai Widuri. Ia menyusul Widuri ke desanya, mengajak kawin dan menyuruh cerai dengan suaminya yang bajingan.Widuri tak mau. Dalam keadaan kalap ia pulang dan mengalami kecelakaan, sementara Irawati juga meninggal saat melahirkan. Semuanya menggapai cinta.
 
Sutradara: wim umboh pemain: roy martin, jenny rahman resensi oleh: salim said.

KUGAPAI CINTAMU Cerita: Ashadi Siregar Skenario: Arifin C. Noer Sutradara: Wim Umboh. 
INI film disutradarai oleh Wim Umboh. Di sini ia betul-betul cuma sutradara, bukan pengarang cerita yang sekaligus penulis skenario. Dan Wim, dengan bantuan Arifin C. Noer (skenario) membuat film berdasarkan novel populer Ashalli Siregar. Tapi berlainan dengan Ashadi yang bercerita secara kronologis, susunan cerita yang dihasilkan Arifin memulai perjalanannya dari ziarah kuburan yan dilakukan oleh Anton (Roy Marten ke kuburan dua tokoh utama yang telah tiada. 

Seluruh cerita menjadi sekedar kenangan Anton yan terduduk di depan nisan kedua temannya. Barangkali untuk mengingatkan penonton akan hal itulah maka di tengah-tengah cerita, beberapa kali adegan Anton menabur bunga di kuburan itu diperlihatkan. Keberanian bercerita macam ini memang patut dipujikan, tapi bukan tanpa risiko. Paling tidak risiko mengerutkan kening penontnn. Mungkin akan lebih lancar jalannya cerita jika pemunculan Anton di kuburan disederhanakan dengan menyisakan bagian awal dan penutup. Adapun tentang kisahnya, karya Ashadi Siregar yang amat populer ini nampak masih juga bersibuk dengan impian-impian pengarangnya mengenai dunia kemahasiswaan sebagai yang diperlihatkannya dalam Kampus Biru. Anton-dalam Kampus Biru juga dimainkan oleh Roy Marten - masih merupakan tokoh kesenangan Ashadi. Cerdas sebagai penuntut ilmu, hangat dalam pergaulan, Anton juga jago dalam bercinta. Ini amat berlainan dengan Farai Tody (Cok Simbara). Serius dalam kegiatan kemahasiswaan, Tody yang mengaku selalu dikecewakan oleh wanita itu, penampilannya angker dan dingin di tengah sejumlah gadis. Yang terakhir ini tokoh yang dinasib -murungkan sang pengarang. Barangkali karena itulah dengan segala cara, Tody akhirnya dijebloskan ke liang lahat setelah menderita berbagai tekanan batin. Irawaty Yang Itu Juga Yang juga berakhir di liang lalat adalah Irawaty (Jenny Rahrnan), puteri orang kaya yang gemar rmortin dan pergaulan bebas. Bagi para penonton tetap film Indonesia, tokoh ini bukan tokoh yang asing disayangi oleh orang tua secara berlebihan sedang pengawasan tidak memadai, morfin dan sex bebas merenggutnya. Dan matinya Irawaty pun haruslah dilihat dalam moralitas massal yang mendominasi cerita pop dan film-film kita. 

Bertahannya Widuri (Lenny Marlina) terhadap maut, meski mendeita lahir batin, juga sebaiknya dilihat dalam moralitas van sama. Lalu apa sebenarnya yang ingin dikemukakan oleh Ashadi di sini? Di dalam Kampus Biru -- meski percintaan Anton dan dra Yusnita agak berlebihan -- tidak urung terasa menyentuh juga impian sang pengarang. Dengan membandingkan Anton dan Tody, soalnya menjadi lain. Paling tidak cara menggambarkan Tody dalam film ini tidaklah sepadan bagi "hukuman" yang akhirnya dijatuhkan padanya dengan kematian itu. Tody bukanlah tokoh yang kontras perwatakannya dengan Anton. Meski cukup berbawa sebagai ketua panitia masa perkenalan ia toh bisa bercinta dengan gadis "centil" Irawaty di Kaliurang. Perbedaannya dengan Anton bukanlah perbedaan diametral melainkan dalam tingkat. Yang satu lebih lincah, lebih hangat, yang satunya - lantaran pengalaman lebih berhati-hati dan berperhitungan. Barangkali saja kesan ini timbul lantaran karya Wim berusaha sesetia mungkin pada novel Ashadi. Arifin C. Noer kelihatannya kurang keberanian untuk mengembangkan karya Ashadi itu menjadi sebuah skenario yang lebih kaya meski memang harus sedikit "melampaui" novel aslinya. Tapi kesan yang paling keras adalah bahwa Wim Umboh tidak mengemukakan tafsirannya terhadap cerita yang difilmkannya. Wim hanya memfilmkan novel Ashadi tanpa dirinya sendiri terlibat. Ini bisa terlihat pada mengalirnya cerita tanpa usaha memberi tekanan untuk maksud tertentu dari sang sutradara. 

Tapi film ini mungkin menarik juga untuk ditonton. Selain untuk melihat - sekli lai -- keterampilan Wim Umboh serta hasil kerja kamera Lukman Hakim Nain, dengan menyaksikan film ini orang toh berkesempatan mengikuti cerita Ashadi tanpa harus bersusah payah berjam-jam membacanya. Seluruh film ini dibuat di Yogyakarta, suatu hal yang menycbabkannya pemandangan baru di layar setelah film-film kita berputar di berbagai plosok Jakarta. Wim Umboh juga mengedit filmnya sendiri. Sebagai editor terbaik dalam FFI 1977, di dalam karyanya ini pun Wim tampil dengan keterampilannya itu. Gerak yang dinamis memenuhi film ini. Begitu dinamisnya sehingga kadangkadang mengejutkan. Keinginan Wim bercerita dengan cara memintas memang patut dipuji, tapi tidak pada adegan pertemuan antara Tody dan ayah Irawaty (Umar Kayam) atau pada peralihan dari adegan perkelahian di penjual gudeg ke adegan menerima surat di dalam kampus. Yang pertama menimbulkan pertanyaan mengenai mudahnya jadi manajer perusahaan (dalam naskah aslinya, pekerjaan itu diperoleh karena katabelece sang dekan), sedang pada yang kedua menimbulkan kecurigaan akan kekurangan imajinasi si pembuat film. 
 
Di bagian terakhir, ketika menjelang ajal Tody, editing yang teramat lincah -- pergantian close up Tody dan patung kecil bunda Maria -- tidak berhasil menciptakan suasana sendu yang memukau. Perhatian penonton terampas dan kematian lolos dari tangkapan. Film ini memang suatu langkah baru bagi Wim dalam hubungannya dengan novel. Dalam keadaan demikian, tidak sepantasnya diminta terlalu banyak dari padanya. Ia tidak berhasil menimbulkan keharuan, bahkan tidak sempat secara saksama menempa pemainnya. Tapi Kugapai Cintamu ini toh merupakan salah satu karya Wim yang jelas ujung pangkalnya, paling tidak, jika dibandingkan dengan Cinta atau bahkan Sesuatu Yang Indah. Salim Said

PENGANTIN REMAJA / 1991

PENGANTIN REMAJA


Mengulang cerita Pengantin Remaja 1971, tetapi di Pengantin Remaja 1991 ini dimainkan oleh Vivi Samudro dan Bucek Deep.

Ceritanya klise, karena miri dengan Romoe and juliet, cinta yang terhalang oleh kasta/kelas. Bucek dari pengusaha kaya karena pendidikan, sedangkan Vivi dari keluar kaya tetapi tidak mengemban pendidikan disekolah, mereka kaya karena usaha sang ayah dalam pertanian yang sukses juga. Kedua remaja ini jatuh cinta tetapi ditentang keluarga, hingga suatu saat Vivi sakit leokimia, dan divonis akan meninggal, karena Vivio anak satunya, maka sang Ayah memohon kepada orang tua BUcek untuk dinikahkan, bahkan dengan cara sudut. Tetapi setelah menikah, ternyata vonis dokter salah, Vivi baik-baik saja, tetrapi dari hal itu terkuak bahwa mereka adalah satu darah, dari perkawinan orang tua mereka sebelumnya.

Ceritanya agak rumit, tetapi cukup membuat penonton shock karena banyak hal yang tidak diduga, termasuk endingnya.
 P.T. ELANG PERKASA FILM

VIVI SAMODRO
ALTHUR MUCHTAR
NANI WIDJAJA
ADE IRAWAN
ZAINAL ABIDIN
AMI PRIJONO
CLARA SINTA
CHITRA DEWI
HENKY SOLAIMAN
YULIUS SITANGGANG
SEPTIAN DWICAHYO
TINO KARNO

PENGANTIN REMAJA / 1971

PENGANTIN REMAJA

 Thailand Version.


Film ini dibuat tiga kali kali, yang pertama tahun 1971, dan yang kedua adalah tahun 1980 dengan judul Pengantin Remaja 2, dan yang ketiga adalah Penganti remaja (1990).

Menurut Shakespeare, Romeo dan Julia berasal dari keluarga yang bermusuhan, Capulet dan Montague. Karena itu mereka tidak bisa kawin kecuali sembunyi-sembunyi. Sjuman Djaja sebagai penulis skenario ini berpendapat lain Rommy (shopan Sopian) mengalami kesukaran bercinta dengan Juli (Widya wati) sebab yang pertama anak diplomat yang lainnya puteri anak petani kaya. Cerita dipaksa berubah ketika dokter (Aedy Moward) menyatakan ada kangker dalam tubuh cantik Julia, paling lama dalam waktu satu bulan. Ini adalah cobaan berat bagi ayah dan ibu Juli, anak semata wayang. Ayahnya mengamuk sambil mengamuk masuk ke kandang kuda dan melepaskan kuda-kudanya hingga berlarian dan menangis di lapangan. Lalu suani istri itu menulis surat wasiat dan mewariskan seluruh hartanya kepada istri dan suami dari putrinya itu. Keluarga Diplomat menolak Putranya dikawinkan pada petani, walaupun petani itu petani yang sukses dan kaya juga. Walaupun untuk perkawinan yang berlangsung satu bulan saja, dan Rommy anak diplomat itu melanggar kutukan. Tetapi dimalam kematian Juli, Rommy berangkat duluan dengan janji ketemu dalam waktu yang tidak lama lagi. Juli meninggal dengan tenang di ranjang dan hanya KTP Rommy yang kembali ke rumah orang tuanya.

HANA INTERNASIONAL FILM
P.T. ARIES FILM

WIDYAWATI
SOPHAN SOPHIAAN
W.D. MOCHTAR
SOFIA WD
KUSNO SUDJARWADI
ARIATI
AEDY MOWARD
RATIH DARDO
FIFI YOUNG


Ini film produksi Aries Film, memulai ganre baru perfilman nasional. Selain menghindari penonjolan sexual dan kekerasan, ia juga menghidupkan kembali unsur-unsur romantis, meskipun kali ini kisahnya tragis. Sjuman Djaya menulis skenarionya dengan sederhana mengungkap kehidupan remaja dan Wim dengan juru kamera Lukman Hakin Nain menangkap masa romantis ini. Warna yang mantap, angel yang baik (kecuali saat Bapak mengamuk dan melepaskan kuda-kudanya), framing yang kena dan editing yang lincah. Penggunaan slow motion, meskipun kadang-kadang dirasakan sedikit berlebihan, namun penempatannya tida bisa lain dari pada mempertimbangkan kadar puisi kehidupan remaja yang diungkapkan film ini. Idris sardi memberi ilustrasi yang lumayan dan dengan lirik yang dinyanyikan Brury, efek puitis semakin dicapai.

Dalam hal ini orang Indonesia juga bisa bikin film yang baik, seandainya mereka bersungguh-sungguh. Inilah hasil film yang dibuat tanpa mementingkan prestasi apa-apa. Wim hanya ingin berkisah tentang kehidupan remaja yang penuh dengan macam-macam impian yang indah.

Setelah itu tahun 1991. Wim mencoba membuatnya lagi, kali ini ia menambah cerita yang lebih romatis dan humoris, karena mereka tidak jadi mati secara tragis, tetapi dokter menyatakan hal kangker itu adalah salah. Setelah itu keluarga petani harus mencium kaki keluarga diplomat itu agar sudi merestui pernikahan putrinya dengan putra mereka. Walaupun merasa tertekan toh hanya sebulan saja, mereka menikah juga. Tetapi setelah mereka menikah, sang dokter datang lagi dan membawa kabar gembira ternyata hasil testnya salah. Si Putri bukan terkena kangker darah, tetapi pasien yang lainnya. Sehingga perkawinan sudah berjalan dan akhirnya mereka direstui. Adegan yang paling luar biasa menurut saya saat menonton ini adalah Zainal Abidin sebagi bapak si putri yang bersedia sujud di kaki sang keluarga diplomat ini.

Saudara mau lihat sendiri ini tjerita secdih? Ia terdapat pada Pengantin Kemadja. Produksi ke--14 Aries Film ini memulai genre baru dalam film Indonesia, sebab disamping menghindari penon-djolan sex dan kekerasan, ia djuga menghidupkan kembali unsur-unsur romantis, meskipun kali ini kisahnja berachir tragis Sjumandjaja jang menulis skenario dengan tjara sederhana mengungkap kehidupan remadja, dan Wim Umboh dengan djuru kamera Lukman Hakim Nain menangkap puisi dari kehidupan masa romantis itu. Tentu tidak bisa dihindari bahwa pada mulanja skenario memang djiwa dari film, tapi skenario sadja belumlah selesai, kerdja keras lagi kreatif masihlah diperlukan. Ini pulalah jang menondjol dalam film baru Aries ini. Imadjinasinja melimpah ruah, ketelitiannja hampir mengagumkan. Puisi. Akan berlebihan barangkali untuk menjebut Pengantin Remadja sebagai salah satu film terbaik jang pernah dibikin di Indonesia sedjak tahun enam puluhan, kendatipun sulit untuk tidak berkata demikian.

Jang pasti, inilah pertama kalinja segenap unsur jang ada di manfaatkan untuk mendukung efek jang ingin ditjapai: warna jang mantep, angel jang baik (ketjuali pada saat ajah mengamuk melepaskan kuda-kuda) framming jang kena dan editing jang lintjah. Penggunaan slow motion, meskipun kadang-kadang dirasakan sedikit berlebih, namun penempatannja tidak bisa lain dari pada mempertinggi kadar puisi kehidupan remadja jang diungkapkan film tersebut. Idris Sardi memberi ilustrasi jang lumajan dan dengan lirik jang dinjanjikan Brury, etek puitis makin ditjapai. Apa jang pasti dari film ini adalah kenjataan bahwa orang-orang Indonesi djuga bisa bikin film jang baik seandainja mereka bersungguh-sungguh. Boleh orang berdebat tentang tjeritanja, tapi Pengantin Remadja, jang barang tentu tidak semuanja orisinil, begitu utuh, begitu padu, hampir-hampir lupa mengurainja. Ia memang membuat kita terlibat, tidak setjara rasio melainkan perasaan. Wim Umboh (lihat box) telah berbitjara kepada hati penontonnja, lebih dari banjak sutradara kita jang kadangkadang bitjara tidak terdengar oleh hati bukan pula termakan oleh otak. Inilah barangkali hasil dari film jang dibuat tanpa dengan pretensi matjam-matjam. Wim hanja ingin berkisah tentang hidup remadja jang penuh dengan matjam-matjam impian jang indah-indah.

Kebetulan sadja bahwa Rommy dan Juli mengachiri mimpinja dengan suatu kenjataan jang tragis, meskipun penggambaranja indah, hingga jang kita nikmati adalah tjerita sedih jang manis. Semuanja itu bisa terdjadi atas dukungan aktor dan aktris -- jang berpengalaman maupun anjaran -- jang rata-rata bermain tidak djelek. Sophan Sophian tidak mengetjewakan debutnja sebagai pemain utama, Wydia lebih memperlihatkan kemampuan, Sophia W.D. dan suaminja bermain baik, walaupun tjara bereaksinja dengan mudah bisa dikenal via film-film nja terdahulu.

Tidak tanggung-tanggung Soundtracknya juga laris manis dan menjadi icon percintaan remaja saat itu. Lagunya dinyanyikan sendiri oleh Sophan Sophian & Widyawati. Bahkan ada lagu berjudul "Romeo and Juliet"



NEWS

Diramaikan sebagai jiplakan dari film "Love Story" dari Amerika Serikat yang diproduksi Paramount tahun 1970. Wim Umboh mengaku bahwa ia diilhami oleh cerita "Romeo and Juliet". Ada juga yang mengatakan bahwa gagasan awal ceritanya dari Sjuman Djaya, lalu Wim Umboh mengubahnya sedikit. Berkat film ini pasangan Sophan Sophiaan dan Widyawati menjadi sangat populer dan sering dijadikan pasangan dalam banyak film berikutnya.

Kalau Hollywood punya film drama romantis yang berakhir tragisberjudul Love Story (1970), perfilman kita punya Pengantin Remaja.Banyak yang menyebut film karya Wim Umboh atas skenario Sjuman Djayaini jiplakan film Hollywood itu. Wim berkelit. Katanya, Pengantin Remaja lebih mirip kisah cinta Romeo dan Juliet versi Indonesia (nama tokohnya saja Romi (Sophan Sophiaan) dan Juli (Widyawati). Lalu, kisah cinta mereka juga tak direstui orang tua). Ada juga yang bilang gagasan film ini lahir dari Sjuman Djaya. Entahlah. Yang pasti dalam resensi di Tempo pada tahun itu, Salim Said memuji film ini. Salim menulis, "Orang Indonesia juga bisa bikin film yang baik seandainya mereka sungguh-sungguh." Pada kalimat sebelumnya ia menulis, "Agak berlebihan barangkali menyebut Pengantin Remaja sebagai salah satu film terbaik yang pernah dibikin di Indonesia sejak enam puluhan, kendati pun sulit untuk tidak berkata demikian." Nyatanya, Pengantin Remaja memang film terbaik di eranya. Film itu meraih Golden Harvest Award untuk Film Terbaik di ajang Festifal Film Asia pada 1971. *

24 Maret 1973
Pengantin umboh yang lain

BIASANYA kalau anak-anak muda Indonesia mengawini orang kulit putih, orang tua mereka di sini ke-beratan lantaran perbedaan kebiasaan dan tata krama yang bisa berakibat cekcok mertua versus menantu yang sudah barang tentu tidak tahu "sopan santun" kita. Tapi Raden Mas Sukarjo mempunyai alasan lain untuk tidak menyetujui perkawinan putecanya Raden Mas Suparto dengan gadis kulit putih, Inggrid Schuller, di Negeri Belanda. "Orang kulit putih itu tidak bisa "memberi banyak cucu", kata Raden Sukarjo kepada putera tunggalnya. Oleh karena itulah maka dengan segala days upaya, sang Raden kaya ini hersibiik diri mencari calon mantu di kalangan puteri-puteri kaum ningrat Solo. Sepak bola. Nah, itulah soal yang di permasalahkan oleh Wim Umboh, dalam filmnya yang terbaru, Perkawinan. Dengan mengetengahkan pasangan Sophan Sophian sebagai Suparto, dan Widyawati sebagai Inggrid - peranakan Muangthai dengan ayah Jerman - kisah cinta antar benua ini menerriukan bentuknya yang lembut. Bagi yang berkesempatan menikmati Pengantin Remaja lulu, tidak sukar menebak kemanisan macam apa yang bakal disajikan Wim Umboh bila film layar lebai dan penuh warm ini di sorotkan ke layar bioskop. Tapi bagaikan kesebelasan sepak bola yang bermain kembali setelah beberapa tahun melewati latihan dan godokan, team Pengantin Remaja ini bermain, dengan teknik yangAinggi dalam kesempatan ini. Wim Umboh, yang selain menyutradarai juga , menyusuxi cerita dan ikut menulis skenaridnya, nampak juga menyadari kelemahan pada film terdahulunya, Mama, yang kabarnya sulit tercerna oleh penonton awam lantaran berbelitnya cerita. Maka inilah Perkawinan, sebuah drama percintaan yang sederhana namun mengharukan. Bermula dengan perkawinan Suparto dengan Inge (Inggrid) di Amsterdam, penonton dibawa bertamasya ke hampir seluruh penjuru Eropa melalui mata kedua mempelai yang sedang menikmati bulan madu mereka. 

Tapi sebelum Raden Mas Sukarjo menjadi berang oleh perkawinan puteranya yang sekolah di Eropa itu, dokter di negeri Belanda jelah menjatuhkan vonnis berat kepada Suparto: "Ubent Steril" alias mandul. Bagian berikutnya adalah - Inge dan Suparto merenungkan nasib mereka di park, dua pasang mata jeli ariak-anak menatap mereka. Adegan bisu yang penuh asosiasi.macam ini jarang sekali tertemukan dalam film-film Indoneski yang umumnya verbal dan banjir kata-kata. Suasana menjadi lebih memuncak ketika surat datang dari Solo. Suparto tahu betul watak ayahmya yang keras di satu fihak, sementara Inge, perempuan yatim piatu itu tidak pula mungkin terpisahkan dari hidupnya. "Jangan tinggalkan saya mas", Tok" kata Inge yang memperoleh bahasa Indonesianya melalui Akademi Bahasa Asing di Amsterdam. Mandul. Untuk sementara kernudian perdamaian dengan ayah yang duduk menikmati kekayaan di Jawa Tengali itu, dapat 'dicapai melalui jaqji bahwa Inge sanggup melahirkan setengah lusin cucu buat si Raden Mas. Tapi ketika Suparto harus kembali ke Eropa untuk mengobati kemandulannya, dan Inge yang inenanti di Solo ternyata hamil, ledakan tidak bisa dihindari lagi. Inge diusir. Persoalan akan jadi jelas apabila ditemukan bahwa diagnose dokter Belanda di Amsterdam dulu itu ternyata salah, dan Suparto ternyata tidak mandul. Tentu raja tidak harus dikatakan bahwa film ini menarik cuma adegan-adegannya dibikin di Eropa. Lepas dari kekurangan-kekurangan dalam mengaksentuasikan kehidupan seorang bangsawan Jawa, dan adegan pencaharian di Amsterdam (bagaimana bisa Suparto lupa pada tempat pertemuantiya dengan Inge sebelum kawin di kantor Nitour), film Indonesia pertama yang berlokasi di Eropa ini merupakan satu lagi pencapaian yang, menggembirakan bagi film-film nasional. Dikerjakan dengan rapi, oleh sutradara Wim Urnboh, juru kamera Lukman Hakim Lain telah memotret semuanya dengan rapi. Tapi barangkali yang paling palut disebutkan adalah permainan Widyarvati. Nyata benar bedanya - dengan Yuli yang dulu memikat dalam Pengantin Remaja. Di sini ia bermain lebih yakin maritap, dan penuh dengan penguasaan. Imbangannya cuma Kusno Sudjarwadi yang bermain sebagai Raden Mas Sukarjo. Bekas aktor pentas ini telah mendapatkan kesempatan yang baik - dari Wim Umboh, dan ia tidak mengecewakan. Entah lantaran kedua orang ini, tapi yang jelas permainan Sopan Sophian menjadi kecil di tengah-tengah isterinya sendiri - Widya - dan Kusno. Salim Said