Senin, 31 Januari 2011

SI PENDEK DAN SRI PANGGUNG / 1960

SI PENDEK DAN SRI PANGGUNG

Berdasarkan riwayat hidup M Nizar. 
Film pertama Ratno Timoer sebagai pemain.
 ANOM PICTURES

M. NIZAR
PUDJIATI SURATMO
ALAM SURAWIDJAJA
RATNO TIMOER
MOTINGGO BOESJE


Sosok M Nizar.
Memegang peran di atas pentas dalam bentuk drama, tak seorang dapat menyangkal adalah lebih sukar daripada memegang rol dalam film. Sutradara pada pentas drama )apalagi pada drama arena) benar-benar menyerahkan tanggung jawab penuh kepada pelaku setelah ia muncul. Sedang sutradara film dapat berteriak “CUT” apabila ada acting pelaku yang janggal. Ini tidak boleh diberi interpretasi bahwa akting dalam film begitu mudah. Di sat yang memerlukan close-up (yang tentunya tidak mungkin terjadi pada drama panggung) di sinilah diminta keunggulan bintang itu. Karena kita telah menyebut tanggung jawab penuh diberikan oleh sutradara kepada pemain drama, maka bagi aktor panggung yang baik, tentunya akan menolak bantuan souflleur karena bukan tak mungkin souffleur bukan malah membantu tapi meragukan.

M. Nizar (11-3-1936 di Bengkulu) menyatakan bahwa kalau pelaku benar-benar akan mendapat konsentrasi sebaiknya tidak memerlukan souffleur. Karena itu, cara yang sebaiknya untuk aktor panggung ialah: Merasakan pelaku cerita dari drama itu mendarah ke dalam dirinya. Untuk mengenalkan M. Nizar pada saat ini sebagai aktor panggung yang baik belum pada waktunya, apalagi untuk menamakan dia hampir khas seperti Frank Sinatra menurut pendapat Soebagijo Sastrowardojo. Frank Sinatra mempunyai keistimewaan all-round, sedang Nizar sampai saat ini belum mendapatkannya. Malah Nizar adalah orang yang beruntung karena peranan yang dimain-mainkannya dalam sukses-suksesnya selama ini, tidak memerlukan banyak perobahan dari watak dan aktingnya sehari-hari. Selain itu debut TEATER INDONESIA Jogja selama ini adalah karena ada rasa kekeluargaan dalam organisasinya. Dalam menyelesaikan drama “PENGGALI INTAN” dan “BARITO KERING”, Kirdjomuljo akan beruntung: pertama ia dapat menyaksikan manusia itu sendiri memerankan tipenya dalam drama tersebut! Kemudian kita mengingatkan keuntungan laind ari persahabatan dengan dia oleh penulis drama WS RENDRA, memakai tipe manusia itu juga dari tanggapan yang lain, pada drama yang ditulisnya. Orang Sekandang. Sayapun ingin menyatakan beruntung mendapat tipe Nizar (dari tanggapan dan teropong lain) ketika saya mencoba menulis drama “DJAHANAM”. Semuanya, untuk pelaku Mat Kontan, karena ide menulis itu langsung menyentuh inspirasi.

Tapi, apakah ia seorang aktor panggung yang baik ketika pelaksanaannya? Ia bengal dan banyak cincong!

Saya tak mau latihan kalau si “Anu” enggak menyaksikan”, katanya. “Saya hanya latihan kalau dibayar sepereak buat becak”cingcongnya. Pernah kirdjo hampir menangis karena Nizar akan membatalkan drama yang telah ditentukan buatnya. Nasjah kesal membudut dan membujuk pelan-pelan, dan Sumantri meninjunya dua kali di rumahnya. Perkara jailangkung di mana WS Rendra akan “memanggil” roh shakespeare, saking bengalnya ia ditinju Rendra, jatuh ke tempat tidur dan tempat tidur itu ambruk! Ia pernah tidak menegor saya selama seminggu, dan baru menyapa kembali setelah saya menulis resensi Barito Kering dalam majalah ini.

Ia jarang di rumahd an mudah sekali jatuh cinta kepada gadis. Dan kiranya cintanya ditolak ia selalu merasa, bahwa kemalangan itu menimpanya, bukan karena tampangnya yang jelek, tapi Cuma karena ukuran badannya yang pendek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar