Tampilkan postingan dengan label KALIMANTAN UTARA BISOCOOP. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KALIMANTAN UTARA BISOCOOP. Tampilkan semua postingan

Rabu, 22 Juli 2020

KALIMANTAN UTARA BISOCOOP

KALIMANTAN UTARA

Kemunculan bioskop di Bulungan tidak lepas dari kebutuhan hiburan bagi masyarakat waktu itu, jaman dulu sebelum ada bioskop di Bulungan, hiburan sejenis memang sudah ada, orang dulu menyebutnya “Mamanda Boeloengan” atau “ Doel Moeloek” semacam “Toenil Melajoe” namun lebih sederhana, hiburan jenis ini sudah ada di bulungan, khususnya di Tanjung Selor dan Tanjung Palas sekitar pertengahan abad 19 M.

 
 
Pemilik Bioskop zaman itu adalah Haji Umar Al-Amrie, atau lebih dikenal dengan nama Pak Umay (67 th), orangnya bersahaja, saya diberi kesempatan yang sangat berharga untuk menyelami sejarah Bioskop di Bulungan. Beliau adalah salah seorang Pengusaha tulen asal Kampong Arab yang sempat terjun ke dunia bisnis bioskop, yang zaman dulu lebih banyak di kelola orang Chinese. 

 Bangunan bioskop pertama ada di Tanjung Selor, menurut penuturan Haji Umar Al-Amrie, bangunan tersebut dulu dibeli pemerintah dizaman akhir Kesultanan Bulungan, bangunannya sendiri bernama “Keng Kie”, jadi umur bangunan bioskop itu memang sudah sangat lama mungkin dibangun sekitar tahun 1940 atau 1950-an.

Bioskop pertama bernama Bioskop Sungai Kayan, Pak Umay memulai kisahnya, bangunan itu di buka pada tahun 1972 oleh seorang Chinese dengan bantuan pemerintah Kabupaten Bulungan melalui yayasan Dharma Wanita, kemudian dijual kepada beliau dan ditukar nama menjadi Bioskop Gembira pada tahun 1975.

Dimasa itu adalah masa jaya-jayanya bioskop di Bulungan, Tanjung selor. Bangunan Bioskop mampu menampung kurang lebih 300 penonton dalam sekali tayang. di era itu, banyak muda-mudi Bulungan menghabiskan waktunya untuk menonton film di bioskop. sehingga tidak jarang ada semacam istilah “tidak malam mingguan kalau tidak ke Bioskop”, begitulah kondisi di kota kecil macam Tanjung Selor pada masa-masa itu.

Jadual bioskop cukup padat, dalam sehari ada dua kali penayangan, yaitu antara pukul 04.00 sore hingga mendekati magrib jam 07.00, kemudian dimulai lagi dari jam 09.00 malam hingga selesai. rata-rata peminat film memang beragam namun paling banyak adalah Film Amerika, Film Mandarin khususnya film Kung fu, kemudian Film India dan Film Indonesia. Rentang waktu film tersebut antara satu setengah hingga dua jam cuma film India yang paling lama bisa sekitar dua setengah hingga tiga jam. artis-artis yang banyak ditunggu-tunggu seperti H. Rhoma Irama, Roy Marten, Arrafiq, Amitha Bachan, Mithun Cakrabothi, Bruch Lee, Sammo Hong dan sebagainya

 
 Bioskop di Tanjung Selor

Perputaran roll film biasanya dari pulau jawa (Jakarta atau Surabaya) singgah ke Balikpapan terus ke Tarakan, lalu ke Tanjung selor, dari sini roll kemudian diantar ke Barau, kemudian dilayarkan lagi ke Balikpapan dan kembali ke jawa. diantara waktu-waktu jeda itu dibuatlah reklame-reklame untuk menceritakan sepintas mengenai isi cerita dan tentu saja untuk menarik minat penonton.
 
Seperti yang saya ceritakan sebelumnya, Bioskop gembira mampu menampung lebih dari tiga ratus orang, selain itu didalam bioskop juga terdapat balkon jika ada penonton yang ingin menonton di atas, menariknya baik penonton yang duduk di bawah maupun di atas balkon tarif karcis tetap sama Rp. 500 dalam sekali tayang, jadi tidak seperti saat ini ada istilah VIP yang dizaman Belanda dulu disebut Loge. Dulu di bisokop ini dipekerjakan empat orang oleh Pak Umay untuk membantu menjalankan roda bisnisnya.

Dizaman Bupati Kol. Soetadji memperluas kota Tanjung Selor yang kemudian kita kenal dengan kawasan Skip II, bioskop juga di bagun dikawasan depan Hotel Crown sekarang, namanya Bioskop Gembira II, bioskop ini mampu menampung lebih besar lagi yaitu 600 penonton bahkan lebih, jadi bisa dibayangkan bagaimana perkembangan usaha bioskop dimasa-masa jayanya itu.

Bioskop sendiri mengalami kemunduran, seperti yang di utarakan oleh Haji Umar Al-Amrie sendiri, penyebabnya antara lain masuknya Televisi dalam kehidupan modern orang di Bulungan, sehingga sedikit demi sedikit penontonnya menurun sehingga kemudian sekitar tahun 90-an bioskop tinggal namanya saja.

 
Bioskop Gembira

Bioskop Gembira dan Gembira II mengalami nasib yang sama dengan bioskop lainnya pada waktu itu, saat ini Bioskop Gembira sudah berubah nama menjadi penginapan Harapan Kita, namun jejak sejarahnya masih bisa kita lihat sampai saat ini, khususnya di penginapan Harapan Kita, kawan-kawan masih bisa melihat proyektor yang masih cukup bagus bermerk “Philips”, kursi-kursi bioskop tempo dulu maupun tangga kayu menuju balkon bioskop, masih natural belum banyak yang berubah sampai hari ini. mungkin Haji Umar Al-Amrie masih ingin mengenang kenangan era kajayaan bioskop Bulungan yang pernah membesarkan namanya itu. sekaligus mengingatkan kita bahwa sejarah Bioskop di bulungan itu memang ada.