SI PENDEK DAN SRI PANGGUNG
Berdasarkan riwayat hidup M Nizar.
Film pertama Ratno Timoer sebagai pemain.
Berdasarkan riwayat hidup M Nizar.
Film pertama Ratno Timoer sebagai pemain.
ANOM PICTURES
Sosok M Nizar.
M. NIZAR PUDJIATI SURATMO ALAM SURAWIDJAJA RATNO TIMOER MOTINGGO BOESJE |
Sosok M Nizar.
Memegang peran di atas pentas dalam bentuk drama, tak seorang dapat
menyangkal adalah lebih sukar daripada memegang rol dalam film.
Sutradara pada pentas drama )apalagi pada drama arena) benar-benar
menyerahkan tanggung jawab penuh kepada pelaku setelah ia muncul. Sedang
sutradara film dapat berteriak “CUT” apabila ada acting pelaku yang
janggal. Ini tidak boleh diberi interpretasi bahwa akting dalam film
begitu mudah. Di sat yang memerlukan close-up (yang tentunya tidak
mungkin terjadi pada drama panggung) di sinilah diminta keunggulan
bintang itu. Karena kita telah menyebut tanggung jawab penuh diberikan
oleh sutradara kepada pemain drama, maka bagi aktor panggung yang baik,
tentunya akan menolak bantuan souflleur karena bukan tak mungkin
souffleur bukan malah membantu tapi meragukan.
M. Nizar (11-3-1936 di Bengkulu) menyatakan bahwa kalau pelaku
benar-benar akan mendapat konsentrasi sebaiknya tidak memerlukan
souffleur. Karena itu, cara yang sebaiknya untuk aktor panggung ialah:
Merasakan pelaku cerita dari drama itu mendarah ke dalam dirinya. Untuk
mengenalkan M. Nizar pada saat ini sebagai aktor panggung yang baik
belum pada waktunya, apalagi untuk menamakan dia hampir khas seperti
Frank Sinatra menurut pendapat Soebagijo Sastrowardojo. Frank Sinatra
mempunyai keistimewaan all-round, sedang Nizar sampai saat ini belum
mendapatkannya. Malah Nizar adalah orang yang beruntung karena peranan
yang dimain-mainkannya dalam sukses-suksesnya selama ini, tidak
memerlukan banyak perobahan dari watak dan aktingnya sehari-hari. Selain
itu debut TEATER INDONESIA Jogja selama ini adalah karena ada rasa
kekeluargaan dalam organisasinya. Dalam menyelesaikan drama “PENGGALI
INTAN” dan “BARITO KERING”, Kirdjomuljo akan beruntung: pertama ia dapat
menyaksikan manusia itu sendiri memerankan tipenya dalam drama
tersebut! Kemudian kita mengingatkan keuntungan laind ari persahabatan
dengan dia oleh penulis drama WS RENDRA, memakai tipe manusia itu juga
dari tanggapan yang lain, pada drama yang ditulisnya. Orang Sekandang.
Sayapun ingin menyatakan beruntung mendapat tipe Nizar (dari tanggapan
dan teropong lain) ketika saya mencoba menulis drama “DJAHANAM”.
Semuanya, untuk pelaku Mat Kontan, karena ide menulis itu langsung
menyentuh inspirasi.
Tapi, apakah ia seorang aktor panggung yang baik ketika pelaksanaannya? Ia bengal dan banyak cincong!
Saya tak mau latihan kalau si “Anu” enggak menyaksikan”, katanya.
“Saya hanya latihan kalau dibayar sepereak buat becak”cingcongnya.
Pernah kirdjo hampir menangis karena Nizar akan membatalkan drama yang
telah ditentukan buatnya. Nasjah kesal membudut dan membujuk
pelan-pelan, dan Sumantri meninjunya dua kali di rumahnya. Perkara
jailangkung di mana WS Rendra akan “memanggil” roh shakespeare, saking
bengalnya ia ditinju Rendra, jatuh ke tempat tidur dan tempat tidur itu
ambruk! Ia pernah tidak menegor saya selama seminggu, dan baru menyapa
kembali setelah saya menulis resensi Barito Kering dalam majalah ini.
Ia jarang di rumahd an mudah sekali jatuh cinta kepada gadis. Dan
kiranya cintanya ditolak ia selalu merasa, bahwa kemalangan itu
menimpanya, bukan karena tampangnya yang jelek, tapi Cuma karena ukuran
badannya yang pendek.