Tampilkan postingan dengan label RD DADANG ISMAIL 1941-1956. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label RD DADANG ISMAIL 1941-1956. Tampilkan semua postingan

Rabu, 30 September 2020

RD DADANG ISMAIL 1941-1956

RD DADANG ISMAIL

RADEN DADANG ISMAIL dilahirkan di Cianjur pada tanggal 10 April 1905. Semenjak kecil ia tinggal bersama keluarga Raden Ajeng Wiarsih, Putra RAA Prawiradirdja, bupati Cianjur almarhum. Setelah tamat dengan Sekolah Rakyat I di Cianjur, ia lalu meneruskan pelajarannya di sekolah Indische Bond di Sukabumi. Tahun 1921 ia tamat juga pada sekolahan ini dan terus bekerja di penggilingan padi kepunyaan orang tuanya sendiri.

Semenak kecil ia suka kepada sport dan musik, maka tidak heran bahwa gaji-gaji yang didapatnya pada waktu itu, dan sudah boleh dianggap lebih dari cukup, masih kurang memuaskan karena dipergunakan untuk membeli barang-barang musik dan sport. Sedemikian besar minatnya kepada sport sehingga ia mulai tahun 1925 sudah mulai naik panggung untuk bergulat (worstelen). Semenjak itu boleh dipukul rata bahwa ia seringkali mengadakan pertandingan di muka umum setiap bulan satu kali, bahkan pernah sampai seminggu dua kali. Sudah tentu pertandingan-pertandingan tidak saja membawa harum namanya ke seluruh pelosok dunia sport, akan tetapi di samping itu ia juga mendapat uang karena pertandingan-pertandingan itu . Maka tidak herankalau ia lebih-lebih tergila-gila keada adu gulat itu, dan menjauhi pekerjaan sebagai buruh di kantor, pertama karena adu gulat itu ia mendapat nama, kedua ia mendapat uang, belum lagi kesenangan yang ia dapatkan, oleh karena semua itu adalah kesukaannya sendiri.

Sedemikian tergila-gilanya kepada gulat, sehingga ayahnya yang mengharap-harap bahwa sekali ia akan menggantikan pimpinan penggilangannya, melarang dia untuk memakai nama Raden Dadang Ismail di gelanggang adu gulat. Itulah sebabnya maka di bawah  program dan dunia gulat pada waktu itu kita tidak mengenal nama Raden Ismail, melainkan R Milides, yang diambil dari huruf-huruf RD Ismail. Rupa-rupanya dengan nama ini nasibnya lebih mujur. Dan ia mendapat panggilan dari mana-mana antara dari Palembang di mana ia tinggal kira-kira tiga bulan untuk diadu.

Pada waktu itu sport boksen (tinju) sudah mulai terkenal di kalangan jago-jago gulat kita, dan RD Ismail pun turut serta mempelajari sport baru ini. Tahun 1928 hasilnya ialah bahwa ia tidak saja terkenal sebagai seorang jago gulat, melainkan juga seorang jago boksen.

Tahun 1934 adalah tahun kebesaran baginya, oleh karena dalam tahun itu ia mengelilingi seluruh kepulauan Indonesia untuk mengadakan perlawanan di mana-mana.

Sekembalinya dari perjalanan ini, ia lalu mengaso dan setelah merasa bahwa tenaganya semakin lama semakin berkurang karena sudah menjadi tua, maka pada tahun 1936 ia mulai memberikan pelajaran boksen dan gulat kepada beberapa murid-murid di Jakarta.

PERLU diketahui di sini bahwa dia pernah menjadi Ketua Umum dari bagian Boksen dan Gulet Ikatan Sport Indonesia, bersama-sama dengan Zonder, Primo Usman, dll jago-jago Indonesia lagi.

Diantara murid-muridnya yang ikut pada waktu itu adalah Raden Kosasih dan Raden Mochtar. Kedua murid ini sudah menjadi bintang film pada Tan & Wong Bross Film co. Oleh karena Tan & Wong pada waktu itu sungguh-sungguh membutuhkan seorang tenaga yang pandai mendidik orang berkelahi, maka RD Ismail ditetapkan sebagai boksleraar pada perusahaan film tersebut.

Dari pelatih menjadi bintang film pada waktu itu walaupun agak susah, akan tetapi bagi bung kita rupanya tidak, dan waktu ia dibutuhkan untuk ikut bermain maka dengan senang hati ia ikut pertama dalam film “Siti Akbari” kemudian dalam “Sorga Ketujuh”, “Rukihati”, “Pusaka Terpendam”, “kuda Sembrani”, dan banyak film lain lagi, dalam mana ia selalu diberikan rol sebagai seorang jahat, yang pada zaman sekarang lajimnya disebut pengacau.

Semasa kependudukan Jepang, iapun telah ikut bermain dalam beberapa film, antaranya “Kesebrang”.

Kalau revolusi sedang meluap di Jakarta, pada waktu tiap malam kamp-kamp Nica digempur  di sana-sini, maka bung Ismail kita terdengar pernah ikut menggempur Kamp jaga Monyet bersama beberapa jago tinju Jakarta juga. Setelah itu, karena merasa kurang aman, katanya ia pulang ke Cianjur. Dari Bung Ismail sendiri kita mendengar bahwa Ia pernah ditawan Belanda 3 kali. Mungkin karena ini, maka merasa ia lebih aman kalau kembali lagi ke Jakarta untuk mengerjakan lagi pekerjaannya sebagai boksleraar pada perusahaan film tan & Wong.

Tahun 1948 kita lihat ia muncul kembali d “Air Mata Mengalir di Citarum”, masih juga sebagai seorang jahat, dan kali ini mengejar-ngejar Sofia, akan tetapi dalam “Bengawan Solo” kita lihat ia menjadi serang hartawan tua, dermawan dan seorang yang bijaksana. Di “Bantam” kembali lagi ia memegang peran buruk, begitu juga di “Terang Bulan”, dan waktu itu kelihatan seperti ia tidak akan dapat melepaskan dirinya dari peran-peran jahat. Dengan Remong Batik (di sini ia bermain sebagai dokter)  dan Kembang Katjang (disini ia bermain sebagai Komik) ia dapat membuktikan bahwa sebetulnya dia pandai juga bermain rol-rol lain.

Kini ia sedang siapkan permainannya dalam “Pantai Bahagia” “Siti Aminah”, dan “Fadjar Menjingsing”, tiga produksi kepunyaan Tan & Wong sedangkan di samping itu, filmnya sebagai Minakjinggo di “Damarwulan” pada Bintang Film Coy sudah selesai.

Kini Rd Ismail beristri S Sadiah, juga seorang pemain tetap pada Tan & Wong Bross. Istri pertamanya S Hadidjah, dengan siapa ia kawin pada tahun 1926, telah meninggal pada 1942. Dengan S Sadiah ia mendapat 2 anak perempuan. (***)

DENDANG SAJANG1953S. WALDY
Actor
MALU-MALU KUTJING 1954 S. WALDY
Actor
DJANDJIKU DJANDJIMU 1954 RD DADANG ISMAIL
Actor Director
BENGAWAN SOLO 1949 JO AN TJIANG
Actor
KEMBANG KATJANG 1950 HENRY L. DUARTE
Actor
KORUPSI 1956 RD ARIFFIEN
Actor
MUSAFIR KELANA 1953 S. WALDY
Actor
KOEDA SEMBRANI 1941 WONG BERSAUDARA
Actor
FADJAR MENJINGSING 1951 RAMLI RASJID
Actor
MAS KAWIN 1952

Actor
BULAN PURNAMA 1953 HENRY L. DUARTE
Actor
SENEN RAJA 1954 S. WALDY
Actor
BANTAM 1950 WONG BERSAUDARA
Actor
ABUNAWAS 1953 RD DADANG ISMAIL
Director
REMONG BATIK 1950 HENRY L. DUARTE
Actor
MUSTAFA DAN TJINTJIN WASIATNJA 1953 RD DADANG ISMAIL
Director
DAMARWULAN 1950 FRED YOUNG
Actor
TIRTONADI 1950 HENRY L. DUARTE
Actor
EULIS ATJIH 1954 RD ARIFFIEN
Actor
RODA DUNIA1950HENRY L. DUARTE
Actor

ABUNAWAS / 1953

 ABUNAWAS

Bermacam ulah dilakukan oleh Abunawas, yang konon hidup di masa pemerintahan Harun al Rasid. Dalam film ini dikemukakan antara lain bagaimana Abunawas tidak mau jadi kadi, lantas berpura-pura gila.

 ARDJUNA FILM COY


Z. GANGGA
S. WALDY
EMMA GANGGA
WISJNU MOURADHY
DAMPU AWANG
ELLYA ROSA
ZUBAIDA
W.D. MOCHTAR
SUHAIMI

DJANDJIKU DJANDJIMU / 1954

DJANDJIKU DJANDJIMU 

Hayati (Sri I. Uniati) saling janji untuk sehidup semati dengan Surya (Amran S. Mouna). Walau sebetulnya anak bangsawan, tapi Hayati dipungut anak oleh seorang mandor, pak Sastra (Husien). Karena terlibat hutang pada lintah darat Salim (S. Poniman), pak Sastra terpaksa menyetujui usul si lintah darat itu. Hutang bebas, asal Hayati untuk Salim. Tentu saja Hayati menolak, meski ayahnya ngamuk. Bu Sastra (Sulastri) menyuruh Hayati pergi untuk mencari ayah kandung, yang konon telah jadi wedana (Rd Dadang Ismail). Sementara itu Surya telah jadi seorang dokter. Maka, tak ada lagi halangan bagi Hayati dan Surya untuk memenuhi janji mereka.

 ARDJUNA FILM COY


SRI I. UNIATI
AMRAN S. MOUNA
DJURIAH
PAULINA ROBOT
S. PONIMAN
RD DADANG ISMAIL
HUSIEN
SULASTRI
SUHAIMI

Selasa, 30 Juni 2020