Fifi Young: Wanita keturunan Perancis-Indonesia-Tionghoa ini memiliki paras wajah yang tegas, bibir tipis serta rahang yang terbentuk indah. Postur tubuhnya yang tak terlalu kecil menjadi dambaan kaum Pria saat itu. Peran yang ia lakoni antara lain dalam film (Tiga dara sebagai Nenek; Air mata Iboe; Malin Kundang) dan banyak lagi. Fifi lahir 12 Januari 1914 sampai 05 Maret 1975. Dalam film "Tarmina" ia memenangkan Penghargaan sebagai Pemeran wanita terbaik FFI 1955 yang kala itu FFI baru mengeluarkan ajang tersebut untuk Perfilm-an Indonesia.
“Mulanya saya mengenal Fifi ketika bertemu di Sarinah park (Kini Pasar Bulan) ketika itu masih kecil sekitar tahun ’20. Kemudian berjumpa lagi di Singapura, ketika itu Fifi sudah kawin, dan bergabung dengan Miss Riboet, dan turut pula dalam dunia pentas “Dardanella”. Pernah Fifi mendatangi saya dan meminta pertolongan untuk dididik cara akting di dunia pentas. Dan didikan ini berlangsung selama dua tahun. Terus terang, Fifi sudah memiliki daya tarik yang lain dari yang lain. Sifat ramah dan lincah dalam pergaulan membawanya ke arah sukses.”
“Dan yang mengagumkan dari Fifi, setiap permainan dijiwai sepenuhnya. Ini dibawanya terus sampai di dunia film sekalipun, apakah dalam peran utama, ataupun peranan biasa. Permainannya tidak tercela.”
“Benar-benar saya kehilangann seorang adik” kata tan Tjeng Bok bernada sedih dan cucuran air mata di balik kaca matanya. Fifi terakhir bergabung dengan Tan Tjeng Bok dalam perkumpulan “Kabaret Djakarta”.Ardi HS.
Diantara tamu-tamu yang melawat, terdapat seorang tua berjenggot putih, kupiah hitam, dan jalan terbungkuk-bungkuk.
“Saya mengenal Fifi ketika berusa 14 tahun,” yjar sang “Kakek” ini yang bernama Ardi HS yang kini berusia 77 tahun. Bersama Fifi, Ardi HS bergabung dalam kumpulan Dardanella.
Ardi meledak dalam tangisan, dengan terisak-isak ia pun menceritakan: “Rasanya terlalu berat untuk berpisah. Sebab hidup saya selalu dibantu olehnya. Saya selalu ditegur bilamana tidak masuk masjid pada hari Jum’at. Keluarga Fifi sering menolong saya. Bahkan ketika istri saya meninggal 7 Desember lalu, dialah yang selalu membantu saya.”
“Memang banyak pula rekan-rekan lain membantu tetapi sebagian besar hanya Fifi lah yang memperhatikan saya. Perginya Fifi, kini timbul pertanyaan, sama siapa saya akan berlindung?”
Suara Ardi tidak jelas tertelan oleh isakan suara tangisnya. “Budinya tidak bisa terlupakan,” ujarnya, dan duduk bersila menyender dinding berhadapan dengan dinding yang terbuat dari kain putih menutupi jenazah almarhumah di ruang depan rumah Fifi.
Asap Hio menyala agak menutupi potret besar Fifi sedang senyum, di atas meja dihiasi dengan kembang sedap malam diiringi tangisan keluarga yang ditinggalkan.
Suka Menolong
Fifi Young dilahirkan di Sungai Liput, Aceh, 12 Januari 1915 dari keturunan Tionghoa – Perancis. Ia terlahir dengan nama Fifi Yang, tetapi setelah menginjak panggung, ia mengganti nama yang diambil dari pihak ibunya itu dengan “Young”.
“Supaya agak kerenan sedikit” ujarnya ketika menceritakan namanya itu dulu.
Fifi memang banyak kelakar, tapi ia lebih banyak serius dalam menghadapi hidup. Ia terkenal suka memberi pertolongan kepada sesamanya. Terutama sesama artis. Dan kepada artis-artis yang masih muda, aktris kawakan yang biasa dipanggil “Tante Fifi” ini banyak memberikan bimbingan.
Kendati Fifi termasuk kawakan, tapi soal pakaian, ia memperhatikan benar dalam kesempatan-kesempatan berbagai acara. Maka tak heranlah, kalau di tahun 1973, ia ikut terpilih sebagai 10 wanita berpakaian terbaik.
Sejak Kecil
Fifi mengalami puncak kariernya tidak melalui pendidikan khusus di bidang akting. Ia langsung terjun ke lapangan, dan membesar dalam pengalaman. Bersama rombongan “DEVI DJA” ia pernah melawat ke Calcutta, Bombay, Madras dan lain-lain di tahun 1930-an, Bukan saja di Panggung nama Fifi menjulang tinggi, Bahkan di layar putihpun namanya tak pernah pudar. Ia pernah dikagumi kritikus di tahun 1950-an ketika membawakan tokoh seorang perawan tua dalam film “NOTARIS SULAMI”. Dan dalam prestasinya yang lain, ia sempat memenangkan gelar Aktris Terbaik,
Terakhir Fifi mendapat sanjungan lagi untuk peranannya dalam film “Jembatan Merah”. Dan dalam pemilihan Aktor/Aktris Terbaik 1973, yang diselenggarakan oleh PWI Seksi Film dan Teater, nama Fifi ikut tercantum sebagai “The Best” walau dalam deret “harapan”.
Dengan kepergian Fifi, dunia film nasional kehilangan seorang aktris yang penuh potensi, dan mengabdikan seluruh hidupnya untuk dunia yang dicintainya, yaitu film dan sandiwara.
Adakah setelah ini tokoh yang menggantikan atau mensejajari Fifi? Ini merupakan tantangan lain bagi perfilman nasional.(***)
BANYAK artis tua yang gelisah melihat perkembangan umurnya. Tetapi kita tidak pernah dengar dari mulut Fifi Young, yang mencapai usia 60 tahun rasa gelisah itu. Bahkan Fifi Young dikenal sebagai artis “old Crack” yang banyak membantu pendatang baru dalam perfilm-an dengan sekedar nasehat-nasehat. Sehingga kepergian Fifi Young bagi dunia artis suatu pukulan sekaligus kehilangan seorang ibu yang bijak bagi generasi artis sekarang ini.
Dalam produksi pertama PT Salim Brothers (1972) berjudul “Wajah Seorang Pembunuh: dia diserahi peran utama disamping Lenny Marlina dan Muni Cader. Peran ini, dibawakan dengan penuh keyakinan. Oleh penilaian wartawan yang tergabung di PWI Jaya, Fifi Young didudukkan sebagai “Aktris Terbaik Harapan II” dengan angka 11.59.
Setahun kemudian (1973) kembali Fifi Young mendapat tempat layak dalam penilaian para wartawan sebagai “Aktris Terbaik harapan I”. Puncak daripada kariernya sebagai artis film sebetulnya diperdapat melalui Festival Film Indonesia tahun 1955. Fifi Young terpilih sebagai “Pemain Terbaik” dalam film “Tarmina”. Karena prestasi ini, kemudian mewakili Indonesia bersama AN Alcaff ke Festival film Asia Tenggara pertama (1956).
Secara Kebetulan
DALAM usia yang yang masih hijau baru berusia 15 tahun, Fifi Young dinikahkan oleh orangtuanya dengan Toneel Directeur (sutradara sandiwara) Njoo Cheong Seng. Bakatnya sejak kecil hanyalah menguasai tari-tarian. Sejak pernikahan inilah Fifi Young mulai tertarik mempelajari segi-segi teknik panggung sandiwara. Kemudian ikut menerjunkan diri sebagai pemain.
Beberapa tahun kemudian Fifi Young mendapat tawaran dari Miss Dja ikut menggabungkan diri dalam rombongan kesenian “Royal Balinnese Dance” yang pernah melawat sampai Calcutta. Dia sering membawakan tari serimpi, tari Bali dan Tari Minang.
Rombongan ini akhirnya ditinggalkan karena Fifi Young mendapatkan tawaran main dalam film. Debut sebagai pemain film melalui kesempatan pertama membintangi “Keris Mataram” disusul “Zubaidah” “Pancawarna” dan “Air Mata Ibu”.
Ketika revolusi pecah sekitar tahun 1945 di Yogya, Fifi Young memimpin perkumpulan sandiwara “Pantjawarna”. Namanya mulai dikenal karena Fifi Young terlalu berani dalam akting. Sandiwara yang pernah dipentaskan “Jembatan Merah”, “Sepanjang Malioboro”. Tahun 1948 hijrah ke Jakarta membawa rombongan “Toneelkunts’.
Oleh beberapa sutradara film, Fifi Young dikenal sebagai tokoh “kopig” (keras kepala) dan sering “mencuri akting”. Akan tetapi sewaktu masih hidup, Fifi Young pernah mengakui, hanya sutradara Usmar Ismail almarhum-lah yang paling ditakuti dan disegani. Setiap petunjuk dari Usmar Ismail diikuti secara cermat. Fifi Young tidak pernah berani berbuat atau mencuri akting.
Hingga kini, telah 80 film dibintanginya. Diantaranya “Air Mata ibu” produksi Bintang Surabaya pimpinan Fred Young. “Terang Bulan Terang Di Kali” produksi Golden Arrow dengan sutradara Wim Umboh. Terlibat dalam film “Holiday In Bali” sebuah film joint production antara Persari dan SampaguitaPicture Filipina. Kemudian turut membintangi film kolosal “Desa Yang Dilupakan” produksi pertama Sativa.
Ganti Nama
DIA TERLAHIR dengan nama TAN KIEM NIO, dari seorang ayah Perancis dan Ibu Tionghoa. Tetapi lebih sering dipanggil dengan nama sebutan Nonie Tan. Sejak menerjunkan diri ke dunia sandiwara menggantikan namanya menjadi Fifi Young. Mungkin supaya lebih mentereng.
Tahun 1959, menggantikan nama Fifi Young menjadi :”Fifi Junara” dari artis film yang pernah tenar tahun 1950-an, Elly Junara, istri produser Djamaluddin Malik, almarhum dan sekarang jadi produser “Ellynda Remaja Film”.
Bukan namanya saja yang diganti. Pada almarhum Bing Slamet, Fifi Young mengusulkan agar nama aslinya ditambah Bing, karena suaranya mirip Bing Crosby.
Konon, menurut beberapa rekan terdekat, Fifi Young, ia sering dipanggil “Tante Cerewet”, paling takut pada suntikan. Itulah mengapa almarhumah baru dibawa ke RS husada, setelah sakitnya sudah terlalu parah (P-4).
MANUSIA DAN PERISTIWA | 1968 | NAWI ISMAIL |
| Actor |
PESAN IBU |
1961 |
H. ASBY |
|
Actor |
RIAPA AJAHKU |
1954 |
REMPO URIP |
|
Actor |
SALAH ASUHAN |
1972 |
ASRUL SANI |
|
Actor |
TANDJUNG KATUNG |
1957 |
JACOB HARAHAP |
|
Actor |
INSAN KESEPIAN |
1986 |
BAMBANG IRAWAN |
|
Actor |
JEMBATAN MERAH |
1973 |
ASRUL SANI |
|
Actor |
ASMARA DAN WANITA |
1961 |
REMPO URIP |
|
Actor |
TELESAN AIR MATA IBU |
1974 |
IKSAN LAHARDI |
|
Actor |
LIMAPULUH MEGATON |
1961 |
RD ARIFFIEN |
|
Actor |
MAWAR RIMBA |
1972 |
F. SUTRISNO |
|
Actor |
BINTANG SURABAJA 1951 |
1950 |
FRED YOUNG |
|
Actor |
BINTANG KETJIL |
1963 |
WIM UMBOH |
|
Actor |
DAERAH PERBATASAN |
1964 |
S.A. KARIM |
|
Actor |
SI BEGO MENUMPAS KUTJING HITAM |
1970 |
LILIK SUDJIO |
|
Actor |
SI BAGONG MUJUR |
1974 |
JOHN TJASMADI |
|
Actor |
MERATAP HATI |
1950 |
RD ARIFFIEN |
|
Actor |
TJINTA DI BATAS PERON |
1971 |
H.S. SAMIDI |
|
Actor |
TJINTAKU DJAUH DIPULAU |
1972 |
MOTINGGO BOESJE |
|
Actor |
DKN 901 |
1962 |
WAGIMIN A. TJOKROWARDOJO |
|
Actor |
PENGANTIN REMAJA |
1971 |
WIM UMBOH |
|
Actor |
MEI LAN, AKU CINTA PADAMU |
1974 |
PITRAJAYA BURNAMA |
|
Actor |
SI PITUNG |
1970 |
NAWI ISMAIL |
|
Actor |
IRAWATY |
1950 |
TOUW TING IEM |
|
Actor |
ILUSIA |
1971 |
S.A. KARIM |
|
Actor |
RANJANG PENGANTIN |
1975 |
TEGUH KARYA |
|
Actor |
VIOLETTA |
1962 |
BACHTIAR SIAGIAN |
|
Actor |
BERTAMASJA |
1959 |
DJOKO LELONO |
|
Actor |
RINA |
1971 |
ABUBAKAR DJUNAEDI |
|
Actor |
BIARKAN MUSIM BERGANTI |
1971 |
MOTINGGO BOESJE |
|
Actor |
KEKASIH AJAH |
1955 |
LILIK SUDJIO |
|
Actor |
AIR MATA IBOE |
1941 |
NJOO CHEONG SENG |
|
Actor |
AIR MATA IBU |
1957 |
FRED YOUNG |
|
Actor |
PANTJAWARNA |
1941 |
NJOO CHEONG SENG |
|
Actor |
DJAKARTA DIWAKTU MALAM |
1954 |
RD ARIFFIEN |
|
Actor |
DARAH TINGGI |
1960 |
LILIK SUDJIO |
|
Actor |
SAYANGILAH DAKU |
1974 |
MOTINGGO BOESJE |
|
Actor |
SI KEMBAR |
1961 |
AGUS MULJONO |
|
Actor |
HAMIDAH |
1974 |
IKSAN LAHARDI |
|
Actor |
DIBALIK PINTU DOSA |
1970 |
M. SHARIEFFUDIN A |
|
Actor |
HOLIDAY IN BALI |
1962 |
TONY CAYADO |
|
Actor |
MENDUNG SENDJA HARI |
1960 |
WIM UMBOH |
|
Actor |
SERBA SALAH |
1959 |
L. INATA |
|
Actor |
NOTARIS SULAMI |
1961 |
BACHTIAR SIAGIAN |
|
Actor |
PILIHAN HATI |
1964 |
ASRUL SANI |
|
Actor |
TERANG BULAN TERANG DI KALI |
1956 |
WIM UMBOH |
|
Actor |
RATAPAN IBU |
1950 |
FRED YOUNG |
|
Actor |
RATAPAN DAN RINTIHAN |
1974 |
SANDY SUWARDI HASSAN |
|
Actor |
KONSEPSI AJAH |
1957 |
RD ARIFFIEN |
|
Actor |
GAJA REMADJA |
1960 |
SHO BUN SENG |
|
Actor |
SI DOEL ANAK BETAWI |
1973 |
SJUMAN DJAYA |
|
Actor |
BALI -INCONTRO D'AMORE |
1970 |
UGO LIBERATORE |
|
Actor |
BERDJUMPA KEMBALI |
1955 |
HU |
|
Actor |
HARUMANIS |
1950 |
FRED YOUNG |
|
Actor |
CINTA REMAJA |
1974 |
LILEK SUDJIO |
|
Actor |
TITIENKU SAYANG |
1972 |
JOHN TJASMADI |
|
Actor |
SAMIUN DAN DASIMA |
1970 |
HASMANAN |
|
Actor |
SEDARAH SEDAGING |
1954 |
CHAIDAR DJAFAR |
|
Actor |
WAJAH SEORANG PEMBUNUH |
1972 |
M. SHARIEFFUDIN A |
|
Actor |
GADIS SESAT |
1955 |
L. INATA |
|
Actor |
AKU TAK BERDOSA |
1972 |
S.A. KARIM |
|
Actor |
MOMON |
1959 |
DJOKO LELONO |
|
Actor |
TIGA DARA |
1956 |
USMAR ISMAIL |
|
Actor |
BOBBY |
1974 |
FRITZ G. SCHADT |
|
Actor |
HIDUP, TJINTA DAN AIR MATA |
1970 |
M. SHARIEFFUDIN A |
|
Actor |
RUMAH GILA |
1955 |
FRED YOUNG |
|
Actor |
TARMINA |
1954 |
LILIK SUDJIO |
|
Actor |
DESA YANG DILUPAKAN |
1960 |
DJOKO LELONO |
|
Actor |
PEMETJAHAN POLGAMI |
1956 |
HU |
|
Actor |
SAJEM |
1961 |
NORMAN KAMIL |
|
Actor |
GADIS MANIS DIPINGGIR DJALAN |
1960 |
L. INATA |
|
Actor |
KETEMU JODOH |
1973 |
S.A. KARIM |
|
Actor |
GAUN PENGANTIN |
1974 |
BOBBY SANDY |
|
Actor |
AMBISI |
1973 |
NYA ABBAS AKUP |
|
Actor |
DJEMBATAN EMAS |
1971 |
IKSAN LAHARDI |
|
Actor |
MALIN KUNDANG |
1971 |
D. DJAJAKUSUMA |
|
Actor |
KRIS MATARAM |
1940 |
NJOO CHEONG SENG |
|
Actor |
AWAN DJINGGA |
1970 |
LILEK SUDJIO |
|
Actor |
LINDA |
1959 |
WIM UMBOH |
|
Actor |
ASRAMA DARA |
1958 |
USMAR ISMAIL |
|
Actor |
ZOEBAIDA |
1940 |
NJOO CHEONG SENG |
|
Actor |
HALILINTAR |
1954 |
FRED YOUNG |
|
Actor |
KUTUKAN IBU |
1973 |
TURINO DJUNAIDY |
|
Actor |