Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Tjut Djalil. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri Tjut Djalil. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Rabu, 09 Februari 2011

TJUT DJALIL 1974-1993

TJUT DJALIL


Lahir di Banda Aceh, 11 Oktober 1932. Masuk ke dunia film pada tahun 1964, sebagai penulis skenario. Tahun 1954-1963, Tjut Djalil aktif dalam kegiatan drama, penulis cerpen di Meda. Dengan pendidikan Kursus Elementer Sinematografi, Tjut Djalil bermula menjadi asisten sutradara pada tahun 1966. Dan tahun 1974, dia menjadi sutradara penuh. Film-film yang pernah digarapnya : Ira Maya, Kakek Ateng, Leak, Jaka Sembung dan Bajing Ireng, dan Permainan Tabu. Dan film “Jaka Sembung dan Bajing Ireng” turut ke dalam 12 pilihan Komite Seleksi FFI 1984 Yogyakarta.

Sutradara yang sempat menghebohkan ini dengan pola ramuan, komedi, sexy, sex, dan pertarungan juga sempat menjadi perbincangan banyak orang. Tapi toh dia berhasil mampu dalam mendatangkan penonton dan menambah uang kantong produsernya. Dia adalah sutradara yang paham betul apa mau produser, yaitu rauk keuntungan sebanyak-banyaknya. Bagaimana biar bisa itu terjadi?, yah,..pakai bumbu. Kita harus tau apa kemauan penonton. Kita ikuti trend yang ada pada masa itu, apa yang sedang digandrungi film-film Amerika. Kita bikin dengan versi kita. Untungnya masyarakat Indonesia senang bila tokoh Indonesianya sama persis seperti tokoh yang ada dalam film Amerika itu. Artinya tidak kalah. Begitu juga untuk urusan, bumbunya.

NAMA YANG CUKUP BANYAK
Nama komplitnya adalah H.Tjut Djalil. Tetapi film yang dibuatnya sangat banyak menghumbar wanita, sexy dan sex dari sudut wanita. Baik film laga, tetapi tetap mengacu pada wanita sexy, film action nan sexy juga, comedi nan sexy juga, horor nan sexy juga. Semoga gelar Haji pada namanya sudah tidak membuat film begituan lagi. Karena banyak pemain dan sutradara Indonesia yang dulunya membuat film panas dan dimasa tua mereka taat beribadah. Gito Rollis contoh yang paling mudah. Tidak bisa menyalahkan mereka dalam membuat film seperti itu. Karena dasarnya mereka mencontek film Amerika. 

Dan dasarnya adalah film Amerikalah yang menampilkan hal itu semua. Kenapa harus ada wanita nan sexy dalam semua gandre film. Dan kenapa harus ada adegan ranjang dalam setiap film Amerika, minimal ciuman. Dasarnya pembuat film kita mencontek film Amerika yang laku keras, sehingga mereka meniru ramuan tersebut. Tetapi entah kenapa, kalau melihat film asing nan sexy dan panas, kita sebagai orang Indonesia tidak protes, tetapi kalau kita melihat dalam film kita,...selalu protes. Ternyata kita malu berkaca pada diri kita yang sebenarnya. Malu akan kejelekan kita yang ada pada kita. Sungguhpun realitanya itu terjadi, dan di sukai oleh rakyat kita. Tapi kita malu menyatakan diri kita yang sebenarnya. Sutradara yang satu ini cukup unik juga, tetapi biar bagaimana pun film dia dilirik oleh pasar International.

TJUT DJALIL, sutradara yang filmnya lima tahun lalu menghebohkan, Pembalasan Ratu Laut Selatan. "Film Indonesia sekarang sudah murni barang dagangan," kata lelaki berusia 62 tahun ini. Tjut termasuk orang film yang bicara blak-blakan. Coba dengar pendapatnya tentang film Indonesia belakangan ini. "Film Indonesia? Itulah film yang dibuat dengan biaya semurah mungkin, harus laku dijual, tak peduli segi artistik dan alur cerita. Pokoknya, ada adegan cumbu-mencumbu, cium-mencium, polos-polosan, lalu ah-eh-oh." Ia pun tak ingin sok-sokan membuat film horor atau film laga berbumbu seks, karena harus mengeluarkan ongkos untuk adegan-adegan tipuan yang biayanya mahal. Menurut pendapatnya, dunai film Indonesia kini dikuasai oleh produser. Dulu, misalnya, pengedar masih ikut menentukan artisnya. Malah kala itu produser menyetujui saja usul pengedar. Sekarang zaman sudah berbeda, kata Tjut, "produser yang punya duit yang menentukan segalanya. Dari soal cerita sampai bintangnya...." Sutradara tinggal menjalankan apa maunya produser. "Maka, kalau mau jujur, saya membuat film semata karena urusan perut," kata ayah sembilan anak itu, yang mengaku honorariumnya sebagai sutradara kini sekitar Rp 10 juta bersih. Orang Aceh yang pernah menjadi pegawai negeri lalu menjadi wartawan di Medan ini, awal tahun 1960-an, pindah ke Jakarta. Setelah diterima menjadi asisten sutradara, tahun 1974 film pertamanya lahir, Benyamin Spion 025, sebuah film komedi satir. 

Melihat sosok Tjut, sulit membayangkan bahwa dari tangannya lahir film-film merangsang.

Tjut, yang berambut lurus, bertubuh ceking, adalah haji yang rajin salat. Meski dia yang mengarahkan artis untuk membuka ini-itu, ia mengaku tak pernah tergoda. "Mending perempuan desa, asli dan sederhana, jauh dari polesan rias wajah atau manipulasi keseksian karena operasi," katanya. Ia kini menunggu saat "pensiun". Ia mengaku mengalami konflik batin tiap membuat film panas. "Saya punya anak yang bekerja sebagai guru SMA," tuturnya. Itulah salah satu yang menyebabkan konflik batin itu, dan karenanya ia ingin bisa cepat berhenti dari dunia film. RAAM SORAYA, produser yang sudah bikin 50 film, demi film Indonesia mengaku pernah langsung meminta Badan Sensor Film melonggarkan guntingnya. "Saya minta supaya ada pancingan buat penonton, supaya mereka mau masuk bioskop yang memutar film Indonesia. BSF setuju. Dan bioskop luber lagi, bioskop kelas bawah tapi," tuturnya. Raam tidak membantah, filmnya banyak menampilkan adegan seks. "Tapi itu cuma bumbu," ujarnya. Dialah produser Pembalasan Ratu Laut Selatan. Dalam sebelas hari, sebelum terjadi protes dan ia menarik film itu dari peredaran, sudah 500.000 karcis terjual. "Karena film itu diributkan, orang malah penasaran dan mencari film itu," katanya. Ada yang disayangkan Raam, bahwa film-film sekarang bebas ditonton semua umur. Mestinya itu cuma untuk orang dewasa, katanya. Bahkan film komedi Warkop, menurut dia tak cocok ditonton anak-anak, karena banyak adegan buka dada dan paha. Jebolan Institut Teknologi Surabaya ini masuk dunia film dengan menjadi distributor film di Jawa Timur, tahun 1973, terlebih dahulu. Baru tahun 1987 ia mendirikan PT Soraya Intercine Film.

HEBOH SOAL SEX DALAM WAJAH FILM INDONESIA

DUNIA perfilman Indonesia geger lagi. 
Pekan silam, film Pembalasan Ratu Laut Selatan, karya Sutradara Cut Jalil ditarik Badan Sensor Film (BSF) dari peredaran. Film itu dikecam masyarakat sebagai mengeksploitir seks secara murahan. 

Tahun lalu, film Ketika Musim Semi Tiba juga ditarik BSF dari peredaran setelah masyarakat menkritik adegan buka-bukaan yang ditonjolkan Sutradara Bobby Sandy secara berani dalam film tersebut. Sesudah masa tuna-adegan cium dalam film Indonesia diakhiri Sutradara Turino Djunaidi lewat film Jakarta-Hongkong-Macao (1968), sejak itu seks seolah-olah menjadi standar produksi film nasional kita.



Sejak itu media mengulas tentang itu dan terakhir minggu ini, heboh seks di layar putih kita tak kurang dari tiga kali kami jadikan Laporan Utama. Mengapa film nasional kita masih mengeksploitir seks dan sadisme? Ada apa di balik semua itu?

Mereka adalah Teguh Karya, Eros Djarot, Slamet Rahardjo, Djun Saptohadi, Sugiyanto, dan Nyonya Budiati Abiyoga. Dipandu oleh Putu Wijaya, yang pernah membintangi beberapa film nasional, antara lain Malin Kundang, diskusi kami dengan orang-orang film tersebut betul-betul blak-blakan. Hampir tak ada masalah mereka tutup-tutupi, dan hampir semua boleh dikutip. Budiati, misalnya, membeberkan "kerikil-kerikil tajam" yang dihadapi produser. Sugiyanto bercerita tentang soal perbioskopan. 

Eros bicara tentang sutradara kacangan. Semua persoalan itu adalah rantai yang melilit dunia perfilman kita. Keterbukaan orang-orang film tersebut membuat diskusi tak terasa berlangsung hampir lima jam. Meski cukup banyak masukan yang kami peroleh dari diskusi, kami masih mewawancarai orang-orang film lain, baik produser, sutradara, maupun pengamat film. Tim reporter yang kami terjunkan untuk melengkapi bahan Laporan Utama dari lapangan adalah Moebanoe Moera, Budiono Darsono Tri Budianto, Muchsin Lubis, Sri Pudyastuti, Tommy Tamtomo, dan Priyono B. Sumbogo. Mereka, antara lain, berhasil mewawancarai Sutradara Cut Jalil, yang banyak dikecam masyarakat karena film Pembalasan Ratu Laut Selatan yang berbumbu seks itu. Betulkah Cut Jalil "hamba" produser? Ia menjawab semua pertanyaan kami secara blak-blakan.


BEBAS ATURAN MAIN 1993 TJUT DJALIL
Director
SKANDAL IBLIS 1992 TJUT DJALIL
Director
DEPAN BISA BELAKANG BISA 1987 TJUT DJALIL
Director
MISTRI JANDA KEMBANG 1991 TJUT DJALIL
Director
BURONAN 1989 TJUT DJALIL
Director
RANJANG SETAN 1986 TJUT DJALIL
Director
PEMBALASAN RATU LAUT SELATAN 1988 TJUT DJALIL
Director
JAKA SEMBUNG DAN BAJING IRENG 1983 TJUT DJALIL
Director
ATAS BOLEH BAWAH BOLEH 1986 TJUT DJALIL
Director
WANITA DALAM GAIRAH 1994 TJUT DJALIL
Director
PERMAINAN TABU 1984 TJUT DJALIL
Director
LUPA ATURAN MAIN 1990 TJUT DJALIL
Director
RATU BUAYA PUTIH 1988 TJUT DJALIL
Director
SELIR ADIPATI GENDRA SAKTI 1991 TJUT DJALIL
Director
MISTIK 1981 TJUT DJALIL
Director
MENUMPAS PETUALANG CINTA 1989 TJUT DJALIL
Director
GAUN MERAH 1994 TJUT DJALIL
Director
BENYAMIN SPION 025 1974 TJUT DJALIL
Director
IRA MAYA DAN KATEK ATENG 1979 TJUT DJALIL
Director
BERCINTA DENGAN MAUT 1992 TJUT DJALIL
Director
BAGI-BAGI DONG 1993 TJUT DJALIL
Director

Selasa, 17 November 2009

MAX J. PAKASI 1989-1995











1991
Unggulan di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Penata Fotografi Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Soerabaia 45


BEBAS ATURAN MAIN 1993 TJUT DJALIL Director Of Photography
SKANDAL IBLIS 1992 TJUT DJALIL Director Of Photography
SI MANIS JEMBATAN ANCOL 1994 ATOK SUHARTO Director Of Photography
GODAAN CINTA 1994 ATOK SUHARTO Director Of Photography
LIMBAH DOSA 1995 ACOK RACHMAN Director Of Photography
MISTRI JANDA KEMBANG 1991 TJUT DJALIL Director Of Photography
SUDAH PASTI TAHAN 1991 ARIZAL Director Of Photography
KEMBALINYA SI JANDA KEMBANG 1992 SISWORO GAUTAMA PUTRA Director Of Photography
MISTRI PERMAINAN TERLARANG 1993 ATOK SUHARTO Director Of Photography
PERGAULAN METROPOLIS 1994 ACOK RACHMAN Director Of Photography
WANITA DALAM GAIRAH 1994 TJUT DJALIL Director Of Photography
WANITA 1990 ADISOERYA ABDY Director Of Photography
BISA NAIK BISA TURUN 1991 ARIZAL Director Of Photography
PELUK DAKU DAN LEPASKAN 1991 BOB HARYADI Director Of Photography
MISTRI DI MALAM PENGANTIN 1993 ATOK SUHARTO Director Of Photography
SOERABAIA 45 1990 IMAM TANTOWI Director Of Photography
RICKY 1990 ACHIEL NASRUN Director Of Photography
OLGA DAN SEPATU RODA 1991 ACHIEL NASRUN Director Of Photography
LUPUS V 1991 ACHIEL NASRUN Director Of Photography
LUPUS IV 1990 ACHIEL NASRUN Director Of Photography
BAGI-BAGI DONG 1993 TJUT DJALIL Director Of Photography
SI ROY 1989 ACHIEL NASRUN Director Of Photography.

Jumat, 12 Maret 2010

TJUTJU SUTEDJA 1976-1994

Cucu Sutedja


Lahir Rabu, 22 Juli 1953 di Tasikmalaya. Pendidikan : SLA. Tjutju mulai karirnya di film tahun 1974 lewat film "Ratu Amplop" Juru Foto. Tahun 1975 mulai menjadi Pembantu Juru Kamera dalam film "Benyamin Tukang Ngibul". Dalam tahun yang sama ia sudah meningkat menjadi Juru Kamera penuh lewat film "Samson Betawi". Filmnya yang lain "Zorro Kemayoran" (1976), "Bandit Pungli" (1977), "Menantang Maut ('78). dll.

GOYANG DANGDUT1980A. HARRIS
Director Of Photography
BEGADANG KARENA PENASARAN 1980 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
NAFSU DALAM CINTA 1994 TOMMY BURNAMA
Director Of Photography
BANDIT PUNGLI 1977 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
SALAH KAMAR 1978 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
MALU-MALU KUCING 1980 ISHAQ ISKANDAR
Director Of Photography
MUSUH DALAM SELIMUT 1984 WILLY WILIANTO
Director Of Photography
TAPAK-TAPAK BERDARAH 1990 IMAM PUTRA PILIANG
Director Of Photography
DARI PINTU KE PINTU 1991 B.Z. KADARYONO
Director Of Photography
MENENTANG BADAI 1985 S.A. KARIM
Director Of Photography
DEPAN BISA BELAKANG BISA 1987 TJUT DJALIL
Director Of Photography
DAERAH JAGOAN 1991 DHANY FIRDAUS
Director Of Photography
SI BADUNG 1989 IMAM TANTOWI
Director Of Photography
ANAK EMAS 1976 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
PENGEJARAN DI BUKIT HANTU 1986 S.A. KARIM
Director Of Photography
BALADA TIGA JAGOAN 1990 IMAM PUTRA PILIANG
Director Of Photography
DUYUNG AJAIB 1978 BENYAMIN S
Director Of Photography
SAYA SUKA KAMU PUNYA 1987 TOMMY BURNAMA
Director Of Photography
MAKHLUK DARI KUBUR 1991 S.A. KARIM
Director Of Photography
BUAYA PUTIH 1982 FRITZ G. SCHADT
Director Of Photography
PEMBALASAN RATU LAUT SELATAN 1988 TJUT DJALIL
Director Of Photography
KOBOI CILIK 1977 SOFYAN SHARNA
Director Of Photography
PERMAINAN CINTA 1983 WILLY WILIANTO
Director Of Photography
PERAWAN-PERAWAN 1981 IDA FARIDA
Director Of Photography
OJEK 1991 ATOK SUHARTO
Director Of Photography
KERIS KALAMUJENG 1984 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
TARSAN PENSIUNAN 1976 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
KUTUKAN NYAI RORO KIDUL 1979 B.Z. KADARYONO
Director Of Photography
KE UJUNG DUNIA 1983 HASMANAN
Director Of Photography
MENYIBAK KABUT CINTA 1986 WILLY WILIANTO
Director Of Photography
WADAM 1978 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
DIA YANG BERHATI BAJA 1985 S.A. KARIM
Director Of Photography
CINTA YANG BERLABUH 1989 MAMAN FIRMANSJAH
Director Of Photography
LUPA ATURAN MAIN 1990 TJUT DJALIL
Director Of Photography
SELIR ADIPATI GENDRA SAKTI 1991 TJUT DJALIL
Director Of Photography
MERENDA HARI ESOK 1981 IDA FARIDA
Director Of Photography
GADIS TELEPON 1983 WILLY WILIANTO
Director Of Photography
SATRIA 1985 WISJNU MOURADHY
Director Of Photography
PEREMPUAN MALAM 1987 ATOK SUHARTO
Director Of Photography
TANGKUBAN PERAHU 1982 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
TANTANGAN REMAJA 1990 IMAM PUTRA PILIANG
Director Of Photography
TIGA JANGGO 1976 NAWI ISMAIL
Director Of Photography
GAUN MERAH 1994 TJUT DJALIL
Director Of Photography
M-5 1978 ASKUR ZAIN
Director Of Photography
KENIKMATAN TABU 1994 ACKYL ANWARI
Director Of Photography
JARI-JARI LENTIK 1984 S.A. KARIM
Director Of Photography
SINYO ADI 1977 LILIK SUDJIO
Director Of Photography
SUMPAH SI PAHIT LIDAH 1989 DASRI YACOB
Director Of Photography
PRABU SILIWANGI 1988 SOFYAN SHARNA
Director Of Photography

Sabtu, 12 Maret 2011

LELA ANGGRAINI

 LELA ANGGRAINI


Lahir di Palembang. Memulai langkahnya dalam film bioskop. Dari Selir Adipati Gandra Sakti (1991) sampai Kenikmatan Terlarang (1996). Belakangan berkiprah pula di layar kaca. Sejak Jerat-jerat Cinta hingga sempat main sekaligus dalam 3 judul sinetron, termasuk Asmara Dara (1997). "Saya melihat peluang justru lebih bagus di sinetron", Lela berdalih.







GILIRAN SAYA MANA                      1989YAZMAN YAZID
      Actor
BEBAS ATURAN MAIN1993TJUT DJALIL
Actor
SKANDAL IBLIS 1992 TJUT DJALIL
Actor
MISTRI PERMAINAN TERLARANG 1993 ATOK SUHARTO
Actor
DI BALIK PELUKAN LAKI LAKI 1999 ABDUL RAZAK
Actor
SELIR SRITI II 1993 TOMMY BURNAMA
Actor
PACAR KEDUA 1989 JOPI BURNAMA
Actor
SELIR ADIPATI GENDRA SAKTI 1991 TJUT DJALIL
Actor
SELIR DURGARATIH III 1994 WILLY WILIANTO
Actor
KENIKMATAN TABU 1994 ACKYL ANWARI
Actor

Sabtu, 26 Februari 2011

EVA ARNAZ






Sebuah adegan dalam film dewasa berjudul Di Luar Batas (1984) sukar untuk dilupakan. Seorang laki-laki berewok ubanan menjelang tua sedang menggerayangi perempuan cantik seksi, yang diperankan Eva Arnaz.

Tiba-tiba si perempuan sambil tersenyum manja bilang, “Om, saya mau mandi dulu.”

Si om berewok pun membalas, “Oh, kebetulan saya juga belum mandi. Sama-sama.”

Setelah cium kening, si om berewok lalu menarik si perempuan cantik. Menuju kamar mandi.

Di kamar mandi, si Om menciumi si perempuan cantik yang pasrah itu, dengan membabi-buta. Tiba-tiba si perempuan bilang ke Om Berewok. “Sabar, Om,” kata si perempuan sambil memegangi dada si Om berewok.

“Om punya pisau cukur?” tanya si perempuan.

Si om pun bertanya, “Buat apa?”

“Saya mau cukur ini,” sambil menunjuk ke arah ketiak.

Si om pun bilang “tak usah” lalu mencoba menciumi ketiak si perempuan cantik itu. Tapi si perempuan menjawab, “Tidak mau ah. Risih.”

Aksi lain Eva adalah dalam adegan mandi sambil mendesah dalam film Asal Tahu Saja (1984). Film komedi ini dimainkan Eva Arnaz bersama Benyamin Syueb.

Atau adegan Eva hendak digagahi jagoan jahat dan ketika Eva sedang tidur dengan pakaian tipis dalam film silat Midah Perawan Buronan (1983).



Atau aksinya ketika mandi dalam film Putri Duyung (1985). Lawan mainnya dalam film ini adalah Barry Prima, salah seorang laki-laki yang pernah jadi suaminya.

Film panas lain yang diperani Eva Arnaz adalah cerita berlatar sejarah raja-raja Jawa, Ken Arok Ken Dedes (1983). Dalam film ini, Eva Arnaz yang berdarah Padang itu berperan sebagai Ken Dedes, seorang perempuan yang dalam sejarah dianggap menurunkan raja-raja Jawa. Sementara karakter Tunggul Ametung diperankan Advent Bangun dan Ken Arok, bekas rampok yang jadi raja dan belakangan mempersunting Ken Dedes, diperankan George Rudy.

Dalam film ini, Ken Dedes berpakaian tipis. Sudah pasti Ken Dedes terlihat cantik dan menawan. Adegan menarik dalam film ini adalah ketika Ken Dedes turun dari tandu. Aksesoris yang menutupi area selangkangannya terlepas dan cahaya yang menyilaukan mata Ken Arok terpancar dari sekitar paha Ken Dedes.

Meski dicap sebagai bom seks era 1980-an, Eva tak memulai karier sebagai bintang film panas. Dalam beberapa film pertamanya, dia tampil sopan dan jauh dari kesan "buka-bukaan".

Film Duo Kribo (1977) besutan Edward Sirait, yang dibintangi duo legenda rock Indonesia berambut kribo—pentolan God Bless Ahmad Albar dan dedengkot AKA Ucok Harahap—tak hanya membuat dua orang itu makin terkenal, tapi juga menjadi debut penting bagi aktris pendatang baru bernama Eva Yanthi Arnaz. Dalam film tersebut, aktris dengan tinggi badan 168 cm itu berperan sebagai Monalisa. Eva adalah jebolan None Jakarta 1976 dan Ratu Jakarta 1977 kelahiran 14 Juli 1958.

Buku Apa siapa orang film Indonesia (1999: 181) menyebut, setelah Duo Kribo, Eva Arnaz bermain dalam Musim Bercinta dan Nafas Perempuan. Keduanya dirilis pada 1978. Menurut catatan J.B. Kristanto dalam Katolog Film Indonesia 1926-2005 (2005: 176), pada dua film itu Eva Arnaz berpasangan dengan Roy Marten. Masa itu Roy Marten sedang berjaya.

Selain itu, seperti ditulis J.B. Kristanto (hlm. 174), Eva Arnaz ikut serta dalam film Kuda-kuda Binal (1978). Tahun berikutnya, Eva Arnaz menjadi lawan main bintang bulutangkis Liem Swie King dalam film Sakura Dalam Pelukan (1979). Eva juga pernah bermain dalam Lima Cewek Jagoan (1980) dan Cewek Jagoan Beraksi Kembali (1981).

Peran Eva Arnaz di tahun-tahun awal kariernya di dunia film itu bukan peran yang "hot". Aktingnya kebanyakan masih sebagai pemeran pembantu, termasuk dalam film-filmnya bersama Roy Marten dan Suzanna. Dalam film Lembah Duka (1981), Eva juga bertindak sebagai peran pembantu. Ia berperan sebagai pelacur dan germo yang mengalami serentetan kegagalan berumahtangga.

Sempat Kawin-Cerai
Semasa mudanya, Eva Arnaz mengalami masa kawin-cerai. Mulai dengan Kiki Saelan, Barry Prima, juga Adi Bing Slamet. Dengan Kiki Saelan—anak dari Kolonel Maulwi Saelan—Eva hanya sebentar merasakan perkawinan.

“Hanya dua bulan saja. Kawin Desember, Januari pisah,” tulis Film Majalah (Vol. 144-157, 1992).

Sementara Barry Prima adalah lawan mainnya dalam film Membakar Matahari (1981). Adi Bing Slamet, yang tak lain adalah putra dari seniman Bing Slamet, dikenal sebagai bintang cilik pada era 1970-an.

Dalam Membakar Matahari, Eva berperan sebagai perempuan yang diperkosa perampok di kampung lalu dipekerjakan sebagai pelacur di Jakarta. Dalam film Serbuan Halilintar (1982), Eva bermain bersama Barry Prima juga.

Peran utama lain didapatkannya dalam film Gadis Bionik (1982), yang terinspirasi serial Bionic Woman (1976). Begitu juga dalam Warok Singo Kubro (1982). Dalam film ini, Eva Arnaz tampil garang. Sesuatu yang menjadi ciri khasnya, bulu ketiak, pun sudah tampak di film ini.

Selain sebagai pemeran utama, Eva Arnaz juga dikenal sebagai aktris pernah meramaikan film-film Warkop Prambors DKI (Dono Kasino Indro). Seperti Maju Kena Mundur Kena (1983), Pokoknya Beres (1983), Atas Boleh Bawah Boleh (1986), Sabar Dulu Dong (1989), juga Lupa Aturan Main (1991).

Pada era 1990-an, Eva Arnaz tidak lagi berjaya di bioskop Indonesia. Banyak aktris panas lain yang meramaikan bioskop di tahun-tahun terakhir Orde Baru itu.

Sepanjang era 1980-an hingga 1990-an, film panas memang ramai di bioskop-bioskop Indonesia. Sebagian besar penontonnya adalah orang-orang muda dan berjenis kelamin laki-laki. Para penonton itu, menurut Iman Budhi Santoso dalam Kisah Polah Tingkah: Potret Gaya Hidup Transformatif (2001), “kepinginnya memang menikmati dunia fantasinya yang datang dari sensualitas Meriam Bellina, Eva Arnaz, Yenny Farida, Inneke Koesherawati atau Kiki Fatmala” (hlm. 76).

Di masa jayanya sebagai bom seks, penampilan Eva Arnaz mirip Edwige Fenech, bintang panas Italia era 1970-an. Tapi Eva yang dulu bukanlah Eva yang sekarang. Dalam 20 tahun terakhir, pakaiannya cenderung tertutup dan identitas Islam kerap mewarnai penampilannya.

MANUSIA ENAM JUTA DOLLAR1981ALI SHAHAB
Actor
TAKKAN LARI JODOH DIKEJAR 1990 FRANK RORIMPANDEY
Actor
PINTAR-PINTAR BODOH 1980 ARIZAL
Actor
GAWANG GAWAT 1984 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
ASMARA 1992 ADISOERYA ABDY
Actor
KUDA-KUDA BINAL 1978 FRANS TOTOK ARS
Actor
PERAWAN METROPOLITAN 1991 ISHAQ ISKANDAR
Actor
MIDAH PERAWAN BURONAN 1983 FRITZ G. SCHADT
Actor
DEPAN BISA BELAKANG BISA 1987 TJUT DJALIL
Actor
NODA X 1984 ACKYL ANWARI
Actor
FREEDOM FORCE 1986 S. ASMAN
Actor
BERGOLA IJO 1983 ARIZAL
Actor
FEROCIOUS FEMALE FREEDOM FIGHTERS, PART 2 1981 ARIZAL
Actor
FEROCIOUS FEMALE FREEDOM FIGHTERS 1982 JOPI BURNAMA
Actor
LEMBAH DUKA 1981 JOPI BURNAMA
Actor
WAROK SINGO KOBRA 1982 NAWI ISMAIL
Actor
PASUKAN BERANI MATI 1982 IMAM TANTOWI
Actor
CEWEK JAGOAN BERAKSI KEMBALI 1981 DANU UMBARA
Actor
MAJU KENA MUNDUR KENA 1983 ARIZAL
Actor
SABAR DULU DONG...! 1989 IDA FARIDA
Actor
TAHU DIRI DONG 1984 ARIZAL
Actor
JAKA SEMBUNG SANG PENAKLUK 1981 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
KUPU-KUPU BERACUN 1984 FRITZ G. SCHADT
Actor
ATAS BOLEH BAWAH BOLEH 1986 TJUT DJALIL
Actor
LIMA CEWEK JAGOAN 1980 DANU UMBARA
Actor
MEMBAKAR MATAHARI 1981 ARIZAL
Actor
PERMAINAN BULAN DESEMBER 1980 NICO PELAMONIA
Actor
PERJALANAN CINTA 1980 MATNOOR TINDAON
Actor
SEPONDOK DUA CINTA 1990 M.T. RISYAF
Actor
CINTAKU DI RUMAH SUSUN 1987 NYA ABBAS AKUP
Actor
SUAMIKU SAYANG 1990 HENKY SOLAIMAN
Actor
FIVE DEADLY ANGELS 1982 DANU UMBARA
Actor
ANTRI DONG 1990 ARIZAL
Actor
LUPA ATURAN MAIN 1990 TJUT DJALIL
Actor
BODOH-BODOH MUJUR 1981 ARIZAL
Actor
KEN AROK - KEN DEDES 1983 DJUN SAPTOHADI
Actor
BARANG TERLARANG 1983 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
BARANG TITIPAN 1991 IDA FARIDA
Actor
DUO KRIBO 1977 EDUART P. SIRAIT
Actor
FAJAR YANG KELABU 1981 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
HIDUP TANPA KEHORMATAN 1981 WIM UMBOH
Actor
DI LUAR BATAS 1984 JOPI BURNAMA
Actor
SAKURA DALAM PELUKAN 1979 FRITZ G. SCHADT
Actor
GADIS DI ATAS RODA 1984 B.Z. KADARYONO
Actor
GADIS BIONIK 1982 ALI SHAHAB
Actor
PEREMPUAN BERGAIRAH 1982 JOPI BURNAMA
Actor
DALAM PELUKAN DOSA 1984 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
MONTIR-MONTIR CANTIK 1984 B.Z. KADARYONO
Actor
PUTRI DUYUNG 1985 ATOK SUHARTO
Actor
ASAL TAHU SAJA 1984 NAWI ISMAIL
Actor
POKOKNYA BERES 1983 ARIZAL
Actor
NAPAS PEREMPUAN 1978 ALI SHAHAB
Actor
SERBUAN HALILINTAR 1982 ARIZAL
Actor
MUSIM BERCINTA 1978 ARIZAL
Actor
BUKAN ISTRI PILIHAN 1981 EDUART P. SIRAIT
Actor

Kamis, 24 Februari 2011

WARKOP D.K.I 1980-1994









Beda Skenario dan Beda Sutradara
Warkop Prambors mengawali penampilan mereka dalam film pada 1979. Sejak Mana Tahan (1979) hingga Maju Kena Mundur Kena pada 1983, mereka telah menyelesaikan sepuluh film khas Warkop Prambors. Artinya, film-film komedi yang diolah untuk dan dimainkan oleh Warkop Prambors.

Film-film Warkop Prambors rata-rata sukses secara komersial, meskipun tidak berarti jenis yang laku harus begitu. Rata-rata susunan cerita yang dibangun cukup sederhana, selain berkesan dangkal. Belum lagi soal daya akting yang memerlukan kemampuan khusus, mengingat sifat perekaman film yang terputus-putus.

Reputasi Panggung
Larisnya film-film Warkop Prambors, menurut Arwah Setiawan (Ketua Lembaga Humor Indonesia), adalah berkat reputasi mereka sebagai pelawak panggung. Di panggung Warkop Prambors dikenal sebagai pelawak intelek, lawakannya punya relevansi sosial. “Meskipun dalam film tidak kelihatan intelek,” Arwah melanjutkan. “Kalangan bawah menerima humor mereka. Demikian pula kalangan menengah yang merasa sreg menonton film Warkop Prambors, karena terlanjur menerima image intelek tadi.”

Jika demikian, apa yang menjadi soal dengan film-film Warkop Prambors? Setelah mengamati sepuluh film Warkop Prambors sebagai fenomena film komedi, mungkin kita bisa menyimpulkan bahwa letak persoalannya adalah pada sutradara dan skenario. Dari sepuluh film, Nawi Ismail telah tiga kali ambil bagian: Mana Tahan (1979), Gengsi Dong (1980), dan Gede Rasa (1980)). Arizal tiga film: Pintar-pintar Bodoh (1980), Dongkrak Antik (1982), dan Maju Kena Mundur Kena (1983). Iksan Lahardi juga 3 film: IQ Jongkok (1981), Setan Kredit (1982), CHIPS (1982)), sementara Ali Shahab cuma sekali, Manusia 6.000.000 Dollar (1981) ).

Film yang disutradarai oleh Ali Shahab itu boleh dikata merupakan film Warkop Prambors yang terjelek. Ukuran keberhasilan yang digunakan di sini adalah banyaknya ‘gerr’ serta keterpaduannya sebagai film komedi. Ali Shahab mencoba memancing tawa lewat cerita ala spionase film seri televisi, Six Million Dollar Man, tapi pengadeganan yang bertele-tele menyebabkan film ini gagal.

Sering Abai
Sedangkan Nawi Ismail yang dikenal sebagai pembuat film humor agaknya mengalami hambatan ketika bekerjasama dengan Warkop Prambors yang kini cuma bertiga (Dono, Kasino, Indro) setelah Nanu absen. Nawi pandai main kata-kataan, tapi sering abai dalam merangkum seluruh kejadian menjadi satu cerita lucu. Mana Tahan adalah contoh yang jelas bagaimana tidak padunya film sehingga merupakan dadakan-dadakan lepas, yang tentu saja menurunkan nilainya sebagai film.

Posisi Iksan Lahardi juga tak beranjak jauh dari Nawi dalam keberhasilannya menampilkan lawakan Warkop Prambors. Bahkan Iksan lebih kurang berbakat dibandingkan Nawi. Secara teknis garapan Iksan lebih kasar, dan berkesan menghina selera penonton, misalnya yang menyolok dalam Setan Kredit.

Yang paling mendingan adalah pengarahan Arizal, yang memang tampak telah berusaha menghidupkan cerita yang lucu. Misalnya dalam kisah model detektif Pintar-Pintar Bodoh, kehidupan di seputar hotel Dongkrak Antik (yang sama sekali tidak ada hubungannya antara judul dan cerita), dan terakhir kehidupan di rumah kos Maju Kena Mundur Kena (judul ini juga tak jelas kaitannya dengan cerita). Kelemahan Arizal, ia kurang memperhalus adegan, atau tepatnya kurang berani membuang gambar-gambar yang sebaiknya dihilangkan karena justru membuat lelucon menjadi bertele-tele. Cara kerja Arizal yang terkenal cepat ternyata membuahkan penampilan Warkop Prambors yang lebih wajar, karena dengan cara itu spontanitas bermain lebih dimungkinkan.

Skenario Lucu
Menyinggung skenario, tiga film yang digarap Nawi Ismail didasarkan pada skenario yang disusunnya sendiri. Sisanya (7 film) digarap oleh Deddy Armand. Umumnya skenario-skenario film Warkop Prambors menempatkan personil Warkop Prambors sebagai pemuda-pemuda yang kurang bertanggungjawab, datang dari kalangan orang berada, dan seringkali masih mahasiswa. Singkatnya, menempelkan ciri-ciri intelek. Boleh dikata belum ada skenarionya sendiri yang lucu. Kisah diserahkan kepada Warkop Prambors untuk melucukannya dengan pengarahan sutradara.

Belum Tercapai
Film komedi minimal memang harus menghibur rakyat banyak. Tetapi bila soal kualitas dipertanyakan, sutradara yang terampil dan skenario yang lucu tentu akan menolong, sebab masih ada kesenjangan antara keberhasilan lawakan Warkop Prambors di panggung dan di film.

Di panggung mereka memang menampilkan kumpulan atau kolase banyolan sebagaimana grup-grup pelawak lain, meski harus diakui Warkop Prambors berusaha juga menyambung-nyambungkannya secara rapi dalam satu ikatan, entah tempat, masalah, atau apa pun namanya. Salah satu pertunjukan mereka yang paling berhasil adalah ketika mereka tampil pertama kali di televisi dengan bentuk dan kostum drama Bali.

Keutuhan seperti ini belum pernah tercapai di film, yang tentu memang lebih banyak dan lebih sulit masalahnya. Film terakhir mereka Maju Kena Mundur Kena, umpamanya, bisa dipakai sebagai contoh betapa belum berhasilnya grup ini membuat tontonan yang utuh. Kesan kumpulan banyolan masih ada. Padahal peluang untuk membuat sebuah kisah yang cukup mendalam dan utuh tersedia.

Seandainya mereka mau membatasi ruang gerak mereka sebagai pekerja bengkel saja, atau di rumah kos saja, maka tidak perlu ada naik sepeda bertiga sambil berpetuah “mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga.” Tidak perlu lari ke lapangan bola hanya untuk mencontoh film lucu televisi Dance Football. Dengan membatasi permasalahannya di rumah kos dengan datangnya kakek-nenek Marina (Eva Arnaz), tentu mereka tidak perlu mereka-reka masalah dan cerita. Kelucuan dengan demikian bukan dalam tingkah, banyolan, namun lebih berpusat pada ceritanya. Memang lebih rumit, karena perhitungan-perhitungan karakter dan logika cerita menjadi lebih dituntut. Tapi harapan akan keutuhan menjadi lebih mungkin. Film komedi memang harus membuat orang gembira, tapi juga harus tetap utuh, kalau mau dikatakan baik.


SEJARAH BERDIRINYA WARKOP
Ide awal obrolan Warkop Prambors berawal dari dedengkot radio Prambors, Temmy Lesanpura. Radio Prambors meminta Hariman Siregar, dedengkot mahasiswa UI untuk mengisi acara di Prambors. Hariman pun menunjuk Kasino dan Nanu, sang pelawak di kalangan kampus UI untuk mengisi acara ini. Ide ini pun segera didukung oleh Kasino, Nanu, dan Rudy Badil, lalu disusul oleh Dono dan Indro.

Rudy yang semula ikut Warkop saat masih siaran radio, tak berani ikut Warkop dalam melakukan lawakan panggung, karena demam panggung (stage fright). Untuk hal itu, Rudy mengaku "Pernah sekali saya coba di panggung TIM, saya menyadari bahwa saya tidak mampu. Setelah itu ya nggak usah saja,"

Dono pun awalnya saat manggung beberapa menit pertama mojok dulu, karena masih malu dan takut. Setelah beberapa menit, barulah Dono mulai ikut berpartisipasi dan mulai kerasan, hingga akhirnya terus menggila hingga akhir durasi lawakan. Indro adalah anggota termuda, saat anggota Warkop yang lain sudah menduduki bangku kuliah, Indro masih pelajar SMA.

Pertama kali Warkop muncul di pesta perpisahan (kalau sekarang prom nite) SMP IX yang diadakan di Hotel Indonesia. Semua personil gemetar, alias demam panggung, dan hasilnya hanya bisa dibilang lumayan saja, tidak terlalu sukses. Namun peristiwa di tahun 1976 itulah pertama kali Warkop menerima honor yang berupa uang transport sebesar Rp20.000. Uang itu dirasakan para personil Warkop besar sekali, namun akhirnya habis untuk menraktir makan teman-teman mereka.

Berikutnya mereka manggung di Tropicana. Sebelum naik panggung, kembali seluruh personel komat-kamit dan panas dingin, tapi ternyata hasilnya kembali lumayan.

Baru pada acara Terminal Musikal (asuhan Mus Mualim), grup Warkop Prambors baru benar-benar lahir sebagai bintang baru dalam dunia lawak Indonesia. Acara Terminal Musikal sendiri tak hanya melahirkan Warkop tetapi juga membantu memperkenalkan grup PSP (Pancaran Sinar Petromaks), yang bertetangga dengan Warkop. Sejak itulah honor mereka mulai meroket, sekitar Rp 1.000.000 per pertunjukan atau dibagi empat orang, setiap personil mendapat no pek go ceng (Rp 250.000).

Mereka juga jadi dikenal lewat nama Dono-Kasino-Indro atau DKI (yang merupakan pelesetan dari singkatan Daerah Khusus Ibukota). Ini karena nama mereka sebelumnya Warkop Prambors memiliki konsekuensi tersendiri. Selama mereka memakai nama Warkop Prambors, maka mereka harus mengirim royalti kepada Radio Prambors sebagai pemilik nama Prambors. Maka itu kemudian mereka mengganti nama menjadi Warkop DKI, untuk menghentikan praktek upeti itu.

PERSONIL
Dari semua personil Warkop, mungkin Dono lah yang paling intelek, walau ini agak bertolak belakang dari profil wajahnya yang 'ndeso' itu. Dono bahkan setelah lulus kuliah menjadi asisten dosen di FISIP UI tepatnya jurusan Sosiologi. Dono juga kerap menjadi pembawa acara pada acara kampus atau acara perkawinan rekan kampusnya. Kasino juga lulus dari FISIP. Selain melawak, mereka juga sempat berkecimpung di dunia pencinta alam. Hingga akhir hayatnya Nanu, Dono, dan Kasino tercatat sebagai anggota pencinta alam Mapala UI

ERA FILM
Setelah puas manggung dan mengobrol di udara, Warkop mulai membuat film-film komedi yang selalu laris ditonton oleh masyarakat. Dari filmlah para personil Warkop mulai meraup kekayaan berlimpah. Dengan honor Rp 15.000.000 per satu film untuk satu grup, maka mereka pun kebanjiran uang, karena hampir tiap tahun mereka membintangi satu film di dekade 1980-an. Malah beberapa tahun ada dua film Warkop sekaligus.

ERA TV
Dalam era televisi swasta dan menurunnya jumlah produksi film, DKI pun lantas memulai serial televisi sendiri. Serial ini tetap dipertahankan selama beberapa lama walaupun Kasino tutup usia di tahun 1997. Setelah Dono juga meninggal di tahun 2001, Indro menjadi satu-satunya personel Warkop. Sedangkan Nanu sudah meninggal tahun 1983 karena sakit liver dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir Jakarta.

KREATIF
Kelebihan Warkop dibandingkan grup lawak lain, adalah tingkat kesadaran intelektualitas para anggotanya. Karena sebagian besar adalah mahasiswa (yang kemudian beberapa menjadi sarjana), maka mereka sadar betul akan perlunya profesionalitas dan pengembangan diri kelompok mereka.

Ini dilihat dari keseriusan mereka membentuk staf yang tugasnya membantu mereka dalam mencari bahan lawakan. Salah satu staf Warkop ini kemudian menjadi pentolan sebuah grup lawak, yaitu Tubagus Dedi Gumelar alias Miing Bagito.

Saat itu Miing mengaku bahwa ia ingin sekali menjadi pelawak, dan kebetulan ia diterima menjadi staf Warkop. Kerjanya selain mengumpulkan bahan lawakan, melakukan survei lokasi (di kota atau daerah sekitar tempat Warkop akan manggung), kalau perlu melakukan pekerjaan pembantu sekalipun seperti menyetrika kostum para personil Warkop. Ini dilakukan Miing dengan serius, karena ia sadar disinilah pembelajaran profesionalitas sebuah kelompok lawak. Miing sempat ikut dalam kaset warkop dan film warkop, sebelum akhirnya membentuk kelompok lawak sendiri bersama Didin (saudaranya) dan Hadi Prabowo alias Unang yang diberi nama Bagito (alias Bagi Roto).
DISKOGRAFI (KASET)
    •    Kaset 01 Cangkir Kopi (warkop Live di Palembang/Plaju, masih ada Nanu)
    •    Kaset 02 Tenda Warung
    •    Kaset 03 Mana Tahan
    •    Kaset 04 Gerhana Asmara (bersama Srimulat)
    •    Kaset 05 Pengen Melek Hukum (Indro sebagai mahasiswa penyuluh hukum, Kasino, Dono sebagai warga)
    •    Kaset 06 Pokoknya Betul - Ke Bali (Dono dan Indro pengen ke Bali, tanya ke Kasino yang orang Bali)
    •    Kaset 07 Semua Bisa Diatur - Lurah Indro (Indro sebagai Lurah, Dono dan Kasino sebagai warga, featuring Mi'ing sebagai rakyat / petugas RSJ)
    •    Kaset 08 Dokter Masuk Desa (Indro sebagai dokter baru masuk desa, dono dan kasino sebagai warga)
    •    Kaset 09 Makin Tipis Makin Asik (Indro sebagai pak Guru, Kasino dan Dono sebagai murid-murid)





Minggu, 30 Desember 2001 | 14:40 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Wahyu Sardono yang populer dengan nama Dono, pelawak senior anggota Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro), meninggal dunia, Minggu (30/12) pukul 01.00 WIB, di Rumah Sakit (RS) Saint Carolus, Salemba, Jakarta Pusat. Sebagaimana diinformasikan Radio Elshinta, Dono meninggal akibat kanker paru-paru yang selama ini dideritanya.


Dono masuk RS Carolus sejak Sabtu (29/12) pukul 09.00 WIB dan sudah berada dalam keadaan koma. Menurut Reni, adik kandung almarhum yang diwawancarai reporter Radio Elshinta, sejak sebulan lalu Dono menderita kanker paru-paru. "Kami tahu dia mengidap penyakit ini satu bulan yang lalu, ketika diketahui sudah stadium akhir,"ujarnya.


Reni melanjutkan, rencananya almarhum akan disemayamkan di jalan Raya Lenteng Agung nomor 131 Jakarta Selatan. Setelah itu, Minggu pagi pukul 09.00 WIB akan langsung dibawa ke Solo untuk dimakamkan di makam keluarga. "Saat ini jenazah sedang dibersihkan, setelah selesai akan langsung kita bawa," kata Reni dengan sedih.


Berita meninggalnya Dono mendapat simpati yang luas dari pencintanya. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya ucapan belasungkawa yang datang dari pendengar yang masuk ke berbagai stasiun radio di Jakarta. Mulai dari yang mengatasnamakan perorangan hingga yang mewakili senat mahasiswa.



10 Januari 1987
BANYAK penonton televisi terkecoh di malam Tahun Baru: beberapa koran sebelumnya memberitakan, paket acara malam itu dikerjakan Warkop Prambors. Yang muncul, ternyata, bukan Dono, Kasino, dan Indro. Tapi grup lawak baru, yang namanya memang mirip: Sersan Prambors. Koran-koran keliru. "Grup Warung Kopi tak boleh lagi memakai nama Prambors," kata Sys Ns, satu dari lima personel si Sersan, yang juga seorang pengasuh Radio Prambors. Sebabnya: ketiga pelucu Warkop itu tak pernah lagi mengisi kegiatan di radio yang terletak di Jalan Borobudur, Jakarta, itu. Bersama dengan itu, Radio Prambors juga sudah melahirkan kawanan pelucu baru.

Bahwa gerombolan yang belakangan itu disebut Sersan, riwayatnya sama dengan riwayat nama Warkop. Seperti juga Warung Kopi, Sersan adalah nama sebuah mata acara di radio itu - dengan kepanjangan Serius tapi Santai. Nah. Sejak tiga bulan lalu, Sersan - mengikuti Warkop menjadi grup komersial yang tidak melulu mengisi acara di radio. Pengelola radio pun mengambil keputusan: Warkop copot. "PT Radio Prambors akan menuntut kalau Warkop masih memakai nama Prambors. Tapi saya percaya, Warkop akan menaatinya. Mereka 'kan sarjana semua," kata Sys (cukup dibaca Sis). Di pihak Warkop, ada pengakuan tentang tidak mengisi acara dl Radio Prambors itu - karena "tak ada waktu lagi", seperti dikatakan Indro. Tapi karena mereka lahir dan besar di radio itu, sebenarnya ada perjanjian: 5%-10% penghasilan Warkop diserahkan ke Radio Prambors. Entah berapa jumlah yang sudah mereka setor. Yang jelas, pihak Sersan menyatakan "siap bertarung" dengan abangnya itu. Sersan juga sudah menghasilkan sebuah film yang kini sedang diproses di lab Hong Kong, Anunya Kamu. "Pelarangan memakai nama Prambors itu tak akan berakibat apa-apa," kata Indro, juru bicara Warkop. Lho, nantang? "Bukan begitu. Soalnya, sudah lama juga kami menanggalkan nama Prambors. Sekarang namanya Warkop DKI". Tidak, tak ada hubungannya dengan pemerintah DKI Jakarta. DKI Warkop adalah Dono, Kasino, Indro.



14 Januari 1989
PERKARA dua buah lagu Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro), berjudul Makin Tipis Makin Asyik dan Nggak Janji Deh Ya, Senin pekan lalu, mentah di Pengadilan Negeri Jakarta Barat. Majelis hakim diketuai Made Puspa Aryana memvonis bebas dua orang produser kaset itu Ong Eng Kiat, 32 tahun, dan Waiyanto Gemilang, 39 tahun, masing-masing pimpinan PT Union Artis dan PT Purnama Record, dari tuntutan hukum (ontslag).

Semula mereka dituduh menipu dan menggelapkan hak cipta kedua lagu, yang sudah menjadi milik orang lain, Harwiyono dari PT Dwi Eka Mekar (DEM). Majelis hakim dalam persidangan, yang di luar kebiasaan -- berlangsung sampai malam -- menganggap kasus itu semata-mata perkara perdata murni. Sebab, "Sebelumnya sudah ada perjanjian jual beli master rekaman kedua lagu itu antara Ong Eng Kiat dan Harwiyono -- salah seorang pimpinan PT DEM," kata Hakim Made Puspa Aryana. Semula, 25 April 1987, Ong Eng Kiat selaku produser rekaman album Warkop DKI -- yang berisi lawak dan lagu Makin Tipis Makin Asyik serta Nggak Janji Deh Ya -- mengikat perjanjian jual beli master dan cover kaset album itu dengan distributornya, Harwiyono. Dijanjikan pula bahwa Ong, dalam waktu delapan bulan, dilarang menjual lawak dan lagu dalam album itu kepada pihak lain.

Untuk itu Ong menerima pembayaran dari PT DEM sebesar Rp30 juta. Sekitar September 1987, menurut dakwaan Jaksa Nyonya S.T. Wardha Tori, Ong membujuk dan meminjam master album Warkop DKI dari karyawan PT DEM, Darma Halim dengan alasan akan mencocokkan kembali isi album tersebut. Ternyata, Ong menjual lagi kedua lagu tadi kepada produser lain, Waiyanto, dengan harga Rp500 ribu. Waiyanto, kemudian, mengedarkan sekitar 5.000 kaset hasil rekaman kedua lagu itu bersama lagu-lagu lama. Berdasarkan itu Jaksa Wardha menuduh Ong dan Waiyanto melakukan penipuan, penggelapan, penadahan, dan persaingan curang. Tapi jaksa tak mengaitkan kasus itu dengan Undang-Undang Hak Cipta. Dalam tuntutannya, Wardha bahkan hanya menuntut Ong dengan pasal penipuan, sementara Waiyanto terbukti menadah.

Karena itu, kedua terdakwa dituntut jaksa masing-masing 1 tahun dan 6 bulan penjara. Sebaliknya, Pengacara Otto Hasibuan menganggap perkara itu perdata murni. Sebabnya, ya, perjanjian jual beli tadi itu. Majelis hakim, sependapat dengan pembela, dan memvonis bebas kedua terdakwa. Atas putusan itu jaksa langsung kasasi. Terlepas dari tepat tidaknya vonis hakim, yang lebih menarik adalah proses persidangan perkara itu. Kendati perkara itu tak terbilang besar, majelis menyelenggarakan persidangan itu secara maraton. Bahkan, pada sidang Senin pekan lalu itu, acara tuntutan jaksa langsung dilanjutkan dengan pleidoi pembela, replik, plus duplik.

Bahkan malam hari itu juga, selepas beduk magrib, majelis hakim membacakan vonisnya. Menurut Hakim Made Puspa Aryana, sidang maraton itu ditempuh untuk mengejar batas waktu kepindahannya ke Singaraja, Bali. Jaksa, katanya, yang sudah diberi waktu selama dua minggu, baru bisa menyampaikan tuntutannya pada Senin itu. Padahal, keesokan harinya ia harus berangkat untuk dilantik, Rabu pekan lalu, sebagai Ketua Pengadilan Negeri Singaraja. Untuk menunda sidang dan mengganti majelis hakim, katanya, jelas tak mungkin. Sebab, "Bisa-bisa pemeriksaan mulai dari nol lagi. Padahal tahap pembuktian sudah selesai, majelis sudah punya gambaran vonisnya, dan ketua pengadilan berharap perkara itu segera diputus," tutur Aryana. Untunglah, hari itu juga, pembela bersedia menyampaikan pleidoinya secara lisan. Begitu juga replik jaksa dan duplik pembela. Yang penting, "Semua prosedur sudah dijalani, sidang maraton itu tak menyalahi hukum acara," ujar Aryana.



LUPA ATURAN MAIN                             1990TJUT DJALIL
                 Actor
GENGSI DONG                                         1980NAWI ISMAIL
          Actor
I.Q. JONGKOK                                          1981 IKSAN LAHARDI
          Actor
MANA TAHAN                                          1979 NAWI ISMAIL
          Actor
GE...ER 
                                         1980 NAWI ISMAIL
          Actor
SALAH MASUK 1992 ARIZAL Actor
MANUSIA ENAM JUTA DOLLAR 1981 ALI SHAHAB Actor
PINTAR-PINTAR BODOH 1980 ARIZAL Actor
BEBAS ATURAN MAIN 1993 TJUT DJALIL Actor
MALU-MALU MAU 1988 SISWORO GAUTAMA Actor
KESEMPATAN DALAM KESEMPITAN 1985 ARIZAL Actor
GODAIN KITA DONG 1989 HADI POERNOMO Actor
DEPAN BISA BELAKANG BISA 1987 TJUT DJALIL Actor
MAKIN LAMA, MAKIN ASYIK 1987 A. RACHMAN Actor
DONGKRAK ANTIK 1982 ARIZAL Actor
SUDAH PASTI TAHAN 1991 ARIZAL Actor
MAJU KENA MUNDUR KENA 1983 ARIZAL Actor
SAYA DULUAN DONG 1994 ARIZAL Actor
SAYA SUKA KAMU PUNYA 1987 TOMMY BURNAMA Actor
MASUK KENA KELUAR KENA 1992 ARIZAL Actor
SABAR DULU DONG...! 1989 IDA FARIDA Actor
TAHU DIRI DONG 1984 ARIZAL Actor
ATAS BOLEH BAWAH BOLEH 1986 TJUT DJALIL Actor
GANTIAN DONG 1985 ARIZAL Actor
BISA NAIK BISA TURUN 1991 ARIZAL Actor
SETAN KREDIT 1982 IKSAN LAHARDI Actor
C.H.I.P.S. 1982 IKSAN LAHARDI Actor
JODOH BOLEH DIATUR 1988 AMI PRIJONO Actor
ITU BISA DIATUR 1984 ARIZAL Actor
MANA BISA TAHAN 1990 ARIZAL Actor
POKOKNYA BERES 1983 ARIZAL Actor
PENCET SANA PENCET SINI 1994 ARIZAL Actor
BAGI-BAGI DONG 1993 TJUT DJALIL Actor
SAMA JUGA BOHONG 1986 CHAERUL UMAM Actor.