Tampilkan postingan dengan label NAWI ISMAIL 1951-1986. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NAWI ISMAIL 1951-1986. Tampilkan semua postingan

Minggu, 30 Januari 2011

BANTENG BETAWI / 1971

BANTENG BETAWAI / SI PITUNG II

Karena si Pitung Sukses, maka ini lanjutan Si Pitung/ Si Pitung I



Si Pitung (Dicky Zulkarnaen) bersama Aisah (Paula Rumokoy), pacarnya, bersembunyi di rumah Bang Miun (Benyamin S). Ia berhasil kawin. Berita ini didengar Demang Meester (Mansjur Sjah), yang ingin memperistri Aisah, dan Heyne Scott (A. Hamid Arief), opsir Belanda. Rumah orangtua Aisah diancam dibeslah oleh Demang Meester, karena ia sudah memberi panjer pada orangtua Aisah untuk biaya perkawinannya. Pencarian terhadap Aisah dilakukan dan berhasil berkat anak buah Demang, Dadap (WD Mochtar) dan Japat (Jeffry Sani), yang juga melakukan perampokan atas nama Pitung. Pitung sendiri repot, karena harus pula membasmi perampok yang mengatasnamakan dirinya. Aisah berhasil disekap di rumah istri muda Dadap dan ayahnya dibunuh. Setelah digagahi Demang, Aisah gantung diri. Pitung makin kalap dan merajalela tanpa bisa dicegah, sampai ada orang yang memberi tahu nahasnya Pitung, yaitu antara lohor dan magrib, jimatnya harus dicuri, dan ditembak dengan peluru emas. Yang memberi tahu syarat itu adalah Somad, orang seperguruan Pitung. Syarat ini dipenuhi Heyne dan berhasil. Heyne memberi hormat saat Pitung meninggal.

P.T. DEWI FILM

PEMBALASAN SI PITUNG / JIIH / 1977



 
Setelah si Pitung tewas, muncullah Jiih yang sepak terjangnya tak jauh beda dengan si Pitung,merepotkan Kompeni, sebagai pendekar baru yang menuntut balas. Untuk bisa menangkap Jiih, Kompeni menangkap Siti (Rina Hassim), pacar Jiih. Jiih tak kehabisan akal. Ia culik juga istri Scott Heyne (A. Hamid Arief). Terjadilah pertukaran tawanan. Kesempatan ini dipakai Jiih untuk menghabisi nyawa Demang Mester (Muni Cader) dan kaki tangannya, sementara Scott Heyne melarikan diri.

Tambahan judul "Jiih", karena Dicky Zulkarnaen yang menjadi si Pitung dalam film sebelumnya, tidak cocok honor. Karena itu cerita pun menjadikan Jiih sebagai tokoh utama.

News
Ini tjerita boekan resia lagi. Sekali waktoe Dicky Zoelkarnaen jang djadi bintang boeat gambar idoep atawa film “Si Pitoeng” tiada tjotjok dengen honorarioem boeat landjoetan itoe film. Achirnja cineast poeter mereka poenja otak biar itoe film bisa tetep diboeat.

Perdjoangan Pitoeng berachir setelah ianja mati ditembak peloeroe emas di film sebelumnja. Maka, dimoentjoelken djagoan baroe: Dji’ih. Ini djago ditjeritaken ianja satoe pergoeroean dengen Pitoeng.

Dji’ih (Sandy Suwardi Hassan) laloe melakoeken pembalesan boeat kematian Pitoeng.

Jang menarik, Dji’ih moentjoel dengen kamera njorot dia poenja kaki doeloe, baru ke badan. Ini gambar di loear kelaziman, teroetama dalem gambar idoep kita poenja kebiasaan. Kaloe ada orang disorot kaki doeloan, itoe orang biasanja boekan tokoh baek-baek.

Hm, apa setjara tidak sadar, ini cineast kena pengaroeh Belanda kalo Dji’ih di mata pendjadjah boekanlah orang baek, tapi rampok dan toekang boenoeh? Wallahoe a’lam.

Jang pasti gambar idoep ini isinja orang kelahi meloeloe. Belanda kerdjanya sikse bangsa kita. Soedah begitoe ada djuga tauke hoa-kiau jang djahat. Selaen tentoenja ada hoa-kiau jang baek matjam baba A Hong. Tapi baba ini mati kagak tahan disikse Belanda.

Dari sini, anaknja bernama Peng-ji noentoet bales. Kebetoelan ini anak si baba bisa koen-tau. Maka, film ini boekan hanja berisi berkelahi dengan ilmoe silat matjem film-film Pitoeng sebeloemnja. Di film ini djoega banjak entjek ngamoek. Segala matjam silat Tiongkok ada. Tiada oebahnja film silat aseli tanah Amoy.

Bisa djadi ini film maoe bersaing dengen jang sedjenis dari Hong Kong djadjahan Inggris Raja, jang di itoe taoen lagi rame ditonton orang Indonesier. Ibarat kata, kita lagi nonton gambar idoep Tiongkok boeatan bangsa sendiri. Lihat sadja itoe Willy Dozan jang masi moeda pamerin dia poenja kebolehan koen-tao mirip betoel gaja Bruce Lee.

Di loear kelahi jang banjak itoe, ini film bikin djemoe penonton jang ada poenja pengertian. Acting pemainnja serba kakoe. Belanda tukang tereaklah; jang baek, baek benerlah; jang djahat keliwatan. Item-poetih betoel peranannja. Kameranja djoega dipake sebatas njorot, tidak poenja emotie. Kesalahan oetamanja musti ditimpaken sama itoe joeroe keker dan toekang potong gambar alias department editing.

Tapi kaloe orang menimbang dengan inget maksoednja finansir atawa produser, jaitoe boeat film jang ditoedjoeken teroetama boeat golongan klas moerah, maka orang bole maafken kaloe terdapat apa-apa jang koerang sempoerna.

Jang bikin heiran, pada taoen 1981 moentjoel film laen tentang Pitoeng berjoedoel “Si Pitoeng Beractie Kembali”. Ini kali Dicky Zoelkarnaen idoep lagi dari koeboer djadi Pitoeng. Roepanja, hal ichwal honorarioem soedah kelar di taoen itoe gambar idoep keloear.***

BENYAMIN TUKANG NGIBUL / 1975



Benny (Benyamin S) pergi ke kota untuk mengadu nasib, tapi nasib buruk yang datang lebih dulu. Ia kalah berjudi hingga uang hampir ludas. Dengan sisa uang yang ada, ia bertekad menggandakannya dengan jalan apapun. Maka mulailah ia berjualan obat palsu. Keberhasilan ini tidak berlanjut, karena setelah uang terkumpul, ia cekcok dengan kawan-kawannya. Peristiwa itu berlanjut sampai ke tangan polisi. Nasib sial di kota ini terus-menerus menimpa Benny. Dan dari nasib demikian ini kelucuan diharap bisa menarik ketawa penonton.
P.T. ADHI YASA FILM
P.T. DARA MEGA FILM

AKIBAT / 1951

AKIBAT

 
Kehidupan Anwar (Awaludin) berubah ketika diangkat sebagai kasir. Meski demikian, isterinya, Juju (Sukarsih), tetap hidup sederhana, dan mementingkan pendidikan anaknya yang masih kecil. Suatu ketika Anwar terbawa main judi, dan menang besar. Sang isteri tidak senang, malah memperingatkan agar meninggalkan perbuatan yang tak baik itu. Karena terkena bius judi, Anwar tetap melakukan hal yang dilarang agama maupun hukum negara itu. Lama-kelamaan bukan saja uang perusahaan terpakai, tapi Anwar malah mencuri dan jadi pembunuh. Polisi berhasil menangkapnya, lalu menjebloskannya ke penjara.

SOLO DI WAKTU MALAM / 1952

SOLO DI WAKTU MALAM



Marno (Chatir Haro) patah hati setelah kekasihnya Hermin (RAS Sumarni) dipaksa menikah dengan pria yang lebih tua, dr. Hardi (Astaman). Diperlukan waktu yang cukup lama, dan cerita yang agak berbelit, untuk mengembalikan Marno ke jalan yang lurus. Antara lain dengan bantuan gadis yang cantik pula, Aminah (Komalasari), yang mencintai dan dicintainya.

PILIHLAH AKU / 1956



Film ini "mencatat" peristiwa bersejarah pemilihan umum pertama 1955. Peristiwa diambil sisi lucunya: para calon menuju mimbar untuk pidato, naik kuda lumping. Meski terkadang konyol, namun ada juga maksud untuk mengejek.

SERODJA / 1958


Menampilkan Said Effendy adalah Biduan terkenal saat itu.
Effendy bekerja di rumah Sulastri yang cerewet. Dalam usaha meningkatkan keterampilannya menyanyi, Effendy memperoleh simpati, namun tak urung diusir oleh Sulastri. Nekat jadi penyanyi, dan setelah melewati berbagai hambatan, akhirnya Effendy menggapai apa yang dicita-citakannya.
ANOM PICTURES

S. EFFENDI
LIES INDRIANI SALEH
RD ISMAIL
WOLLY SUTINAH
SULASTRI
AUSMAN MUSCAR
JUSMAN
ISKANDAR
DIANA FIANLISCA

KEJAYAAN lagu Seroja menarik minat sutradara, Nawi Ismail untuk mengambil Effendi ke layar perak dengan judul yang sama. Selepas itu, seorang lagi sutradara Asrul Sani juga mengambil untuk menjadi salah seorang pelakon dalam filem Titian Serambut Dibelah Tujuh. Langkah ini jelas makin mengukuhkan kedudukan Effendi di sini dan di negeri jiran. Sama seperti halnya tatkala Ramlee menjadi pujaan di Indonesia pada waktu itu. Sayembara "Mirip Bintang" yang diadakan di Singapura dan Malaysia untuk mencari mereka yang mempunyai suara seperti Effendi. Akhirnya muncul Ridwan Amin. Seorang lagi individu yang dikatakan mempunyai vokal seperti S Effendi ialah Ahmad Jais (di Indonesia dieja Achmad Jais atau Achmad Zais). Ahmad Jais dikatakan bertuah kerana sempat berduet dengan Effendi ketika penyanyi ini berkunjung ke Malaysia dan mereka menyanyikan lagu Jumpa Mesra. Penampilan terakhir Effendi di layar perak adalah menerusi filem Pesta Musik Lobana karya Misbah Yusa Biran. Selain filem, S Effendi aktif dengan kumpulan bangsawan. Beliau pernah menyertai kumpulan bangsawan Dewi Mada, pimpinan Said Kelana. Namun, kumpulan ini ditangkap oleh pihak berkuasa Belanda. Selepas itu, beliau kemudian meneruskan kegiatannya secara senyap dengan tumpuan diberikan pada bidang muzik.
 
Allahyarham S Effendi ini, nama sebenar penyanyi dan pencipta lagu ini ialah Said Effendi, dilahirkan pada 6 Ogos 1923 di Besuki, Jawa Timur, Indonesia. Beliau berketurunan Madura, tidak pernah mendapat pendidikan secara formal disebabkan kesibukan ayahnya sebagai pedagang. Pada 1936, ketika berusia 13 tahun, S Effendi mula menjadi penyanyi lagu keroncong. Setahun kemudian, beliau menuntut di Madrasah Al-Irsyad, Bondowoso. Pada waktu inilah, beliau mula beralih menyanyikan lagu gambus apabila menjadi penyanyi utama Orkes Gambus al-Wardah. Suaranya kemudian sering kedengaran menerusi Radio Republik Indonesia (RRI) Jakarta. Dengan iringan Orkes Studio Jakarta pimpinan Syaiful Bahri, namanya mulai terkenal dengan lagu ciptaannya sendiri seperti Dewi Rindu, Bahtera Laju, Timang Timang dan Fatwa Pujangga. Popularitinya semakin berkembang menerusi lagu Semalam di Malaya (ciptaan Syaiful Bahri) dan Di Ambang Sore (ciptaan Ismail Marzuki).

Selepas Orkes Gambus Al Wardah, Effendi menubuhkan Orkes Melayu Irama Agung. Menerusi orkesnya sendiri, nama Effendi semakin terkenal terutama menerusi nyanyian Seroja ciptaan Husein Bawafie. Effendi juga pernah memimpin rombongan muzik ke Pontianak, Kalimantan. Sekembali dari sana, beliau menyertai pemilihan penyanyi yang dilakukan oleh RRI menjadi menganggotai Orkes Studio Jakarta. Beliau terpilih bersama seorang lagi yang dikenali sebagai Sal Saulius. Daripada Sal, Efffendi belajar membaca nota lagu. Lagu pertama ciptaan beliau berjudul Asmara Dewi pada tahun 1948. Sejak itulah beliau aktif mencipta lagu dan sepanjang riwayatnya dikatakan mencipta kira-kira 40 lagu. Effendi meninggal dunia pada 25 April 1983 di Jakarta kerana sakit tua.

Memecahkan pengaruh P Ramlee
PADA suatu ketika, dunia muzik Malaysia dan Indonesia mempunyai hubungan yang sangat akrab. Banyak karya muzik yang dihasilkan oleh tokoh muzik Indonesia dinyanyikan oleh penyanyi Malaysia dan popular hingga sekarang. Antaranya ialah S Effendi, seorang komposer yang menghasilkan lagu Fatwa Pujangga. S Effendi pada dekad tahun 1960-an dikatakan berjaya mengembalikan kekuasaan irama Melayu dari Malaysia ke Indonesia. Lagu ciptaannya, Bahtera Laju menempatkan dirinya sebagai pemangkin irama Melayu nombor satu di Indonesia. Bahkan, S Effendi dianggap berjaya mengurangkan pengaruh muzik P Ramlee di Indonesia. Tatkala itu, P Ramlee mempunyai pengaruh besar dalam perkembangan muzik Melayu dan filem di Indonesia. Lagu nyanyiannya seperti Engkau Laksana Bulan dan Azizah memberi kesan amat besar kepada rakyat Indonesia hingga menyebabkan sentimen penduduk di negara itu beberapa tahun berkiblatkan muzik Malaysia.

FATWA Pujangga adalah antara lagu klasik yang pernah dinyanyikan sama ada penyanyi lama atau angkatan baru. Datuk Ahmad Jais, Datuk Sharifah Aini dan Aishah adalah antara penyanyi yang pernah merakam lagu ini dan dimuatkan dalam album mereka. Di Indonesia, lagu ini pernah dirakamkan oleh Eddy Silitongga. Walaupun ia lagu lama tetap apabila sesekali dimainkan di radio, lagu itu memberi kesan mendalam kepada peminatnya. Malah, lagu itu disenaraikan sebagai salah satu lagu patriotik. Begitulah istimewanya lagu dan seni kata ciptaan

GEMBIRA RIA / 1959

GEMBIRA RIA

Penampilan perdana Pelawak UsUs


Ayah (Ali Yugo), menginginkan anaknya (Us Us) jadi pedagang, sedang ibunya (Sulastri) menginginkannya jadi dokter, tapi sang anak lebih suka musik daripada pelajaran sekolah. Atas nasehat guru, Us Us diasramakan. Di asrama dia malah bikin "kacau". Kawan-kawannya diajak main musik, hingga dia diangkat jadi pemimpin band asrama yang keluar sebagai juara dalam sebuah festival.

BERABE / 1960

BERABE


Cespleng (Us Us) dan Kardun (S. Bagio) yang sering berkelahi karena orangtuanya saling bermusuhan, akhirnya bisa bersahabat berkat jasa tiga serangkai Nani (Ratih Puspa), Nini (Mathilda Silalahi) dan Dewi (Dewi). Orangtua mereka pun akhirnya berbaik kembali. Dalam kisah sederhana ini masuk unsur nyanyian, pertandingan gulat dan banyolan. Pada hakekatnya film ini merupakan serangkaian banyolan.
 
Di kala pelawak Holywood, Jerry Lewis, terkenal di Indonesia pada tahun 50-an, muncul seorang pelawak muda bernama Us-Us yang lalu diberi gelar ?Jerry Lewis Indonesia? karena gayanya mirip pelawak Amerika itu. Salah satu filmnya adalah ?Berabe? (1960). Cerita film ini sederhana, dan banyak memasukkan unsur banyolan dan nyanyian serta gulat. Disutradarai oleh Nawi Ismail oleh perusahaan Dewi Film.

KARENA DASTER / 1961

KARENA DASTER

 
Di "musim komedi" saat itu, perusahaan Harapan Film (Bandung) ini tak mau ketinggalan.

Penampilan perdana Mila Karmila. Dan ditampilkan pelawak Mang Topo dan Us-us, serta wajah baru "rupawan" Noortje Supandi, Mila Karmila dll. Ditambah lagu riang dan merdu. 
Setelah itu Mila Karmila kebanjiran job shooting.

PANON HIDEUNG / 1961

PANON HIDEUNG

 
Produksi kedua setelah "Karena Daster", Harapan Film tetap berpegang pada pelawak Us-us, si rupawan Noortje Supandi dan lagu penyedap. Sifat film tetap komedi. "Panon Hideung" (lagu Sunda yang diadaptasi dari lagu asing) sedang populer saat itu.

MARINA / 1961

MARINA


Karena dimanja, Taufik (Us-us) jadi bodoh. Orangtuanya (Rasjid Subadi-Mariani Sjafei) menitipkan anaknya ke keluarga Sjarif (M Panji Anom), yang memiliki tiga putri, termasuk Marina (Dewi), dan seorang sopir (Eddy Sud). Taufik mendapat pelajaran antara lain bahwa sopir itu sebetulnya calon insinyur.

MANUSIA DAN PERISTIWA / 1968

MANUSIA DAN PERISTIWA

 
Ayah (Awaludin) kawin lagi dengan wanita muda (Connie Sutedja). Akibatnya rumah tangganya retak. Istrinya (Tina Melinda) melacur, sedang anak gadisnya, Diana (Liliana Chasanah) kesulitan dalam hubungan cintanya dengan pacarnya, Hendro (Harry Hermawan). Ibu Hendro (Sulastri) melarang anaknya untuk meneruskan hubungannya dengan Diana. Diana semakin kalut dan tertabrak mobil, hingga dilarikan ke rumah sakit. Di sinilah ayah-ibunya kembali bertemu dan sadar setelah bertengkar dulu sebelumnya. Mereka minta maaf pada Diana.

KUTUKAN (DEWATA) / 1970

KUTUKAN (DEWATA)


Tapa Nyoman Regeg (WD Mochtar) kurang sehari seperti yang dianjurkan gurunya. Karena itu, sang guru mengutus murid lain, Sugriwa (Dicky Zulkarnaen) untuk mencari dan membujuk Regeg menggenapkan tapanya. Regeg tampaknya memang berniat lain. Ia bertapa dan mencari kesaktian hanya untuk membalas dendam terhadap orang-orang yang telah mencemooh dirinya, apalagi ketika sampai di kampungnya, dilihatnya rumahnya telah roboh. Maka dicarinya musuhnya dan dibinasakan satu per satu. Penduduk khawatir dan kemudian berdamai dengan syarat menyediakan makan tiap hari. Regeg kemudian memeras penduduk karena bujukan bajingan lain yang bergabung dengannya. Sugriwa datang dan duel tak terhindarkan. Duel berlangsung tanpa ada yang kalah sampai kilat menyambar Regeg.

BAJINGAN TENGIK / JAGOAN TENGIK / 1974

BAJINGAN TENGIK
JAGOAN TENGIK


Meski Karto (Kris Biantoro) seorang jagoan yang ditakuti, namun bila di rumah ia sangat takut pada istrinya (Connie Sutedja). Di rumah ia sering disuruh mencuci, ngepel, menanak nasi dll. Karto bekerja pada Gerard Vd Brink (A. Hamid Arief). Kerjanya antara lain mencarikan perempuan. Ia sempat menghubungi Isah (Yatni Ardi) untuk disodorkan pada Brink, tapi ternyata Isah sudah bersuami, apalagi ia punya ibu galak. Lalu ia hubungi Odah (Ellya Khadam). Setelah setuju, tiba-tiba datang suami Odah yang marah-marah. Gagal lagi. Maka Karto pun kena marah tuannya. Dalam keadaan demikian itu, istri Karto datang. Brink terpesona pada istri Karto, tapi ia langsung lemas saat tahu siapa perempuan itu. Maka istri Karto gantian memarahi Karto karena kerjanya cuma mencarikan perempuan.

PILIH MENANTU / 1974

 
 
Akibat perbedaan pilihan antara Pak Lurah (A.Hamid Arief) dan isterinya (Connie Sutedja), nasib anak mereka Romlah (Emilia Contessa) jadi terkatung-katung. Romlah saling mengasihi dengan Kris (Biantoro), yang disetujui Bu Lurah. Pak Lurah lebih menyukai Samsu yang katanya kerja di Pertamina. Lalu diambil jalan tengah. Dipilihlah Mustapa (Eddy Gombloh). Ternyata Mustapa punya penyakit sinting yang "pergi-datang". Penyakitnya muncul ketika hendak dilangsungkan pernikahan. Segalanya jadi kacau.

BENYAMIN KOBOI NGUNGSI / 1975



Film ini dibuat lucu-lucuan disaat kondisi kota Jakarta banyaknya terjadi penggusuran.

Koboi di sini tak sampai jadi parodi, tapi sekadar jadi gantungan tempat banyolan bisa digali. Kisahnya ranch koboi Billy Ball (Benyamin S) kena gusur. Ia protes ke pejabat yang berwenang. Dalam perjalanan untuk mengajukan protes itu banyak kejadian lucu terjadi. Semua dalam suasana "koboi". Yang khas dari Benyamin dalam film ini antara lain nama-nama seperti The Goblocks, Bodong City, The Bounthouse.

P.T. JIUNG FILM

 
Tahun 1974, Nya Abbas sudah membuat Koboi Cengeng, sukses membawakan Kwartet Jaya Ateng-Iskak-Eddy Sud dan Bing Slamet dalam film mereka itu, dengan kritik sosial yang di parodikan. Hanpir sama dengan yang di lakukan Nawi Ismail dalam film ini. Benyamin dan Edyy Gombloh di harapkan bisa membuat penonton tertawa.

Perbedaan Komedi Nya Abbas, dan Nawi, walaupun mereka pakai sama-sama setting Koboi dan parodi untuk meledek situasi yang ada saat itu. Nya Abbas membalikan itu semua, seorang Koboi yang cengeng, seharusnya hebat. Sedangkan Jagoan benerannya Eddy Sud, di bar malah minum Beras kencur. Ateng sebagai sherif, yang postur tubuhnya tidak pantes. Kuda yang menabrak ayam, lalu di ukur garis bekas remnya,..mirip tabrakan. Artinya Nya Abbas masih memanfaatkan setting Koboi dan Indian untuk bahan Jokenya. Sedang Nawi Ismail, settingan Koboinya tetap ada tetapi tidak dominan, Nawi Ismail lebih ke pada kedalaman masing-masing set, seolah koboi itu ada di Indonesia, Benyamin naik kuda besi alias sepeda motor.

Sabtu, 29 Januari 2011

TIGA JANGGO / 1976

Banyolan dari Benyamin S dan Nawi Ismail dengan menggunakan parodi Jango, tokoh film koboi "spagethi" cukup populer di Indonesia. Tengok saja nama Bero City yang membutuhkan sheriff baru. Maka datanglah tiga janggo, Benny (Benyamin S), Man (Mansjur Sjah), dan Gommy (Eddy Gombloh). Mereka diharap bisa menumpas gerombolan Don Lego (Muni Cader). dieksploitir dalam tulang cerita itu. Contohnya: setelah Don Lego kalah, ternyata tidak satu janggo pun mau jadi sheriff, dengan alasan masing-masing. Ada yang diajak pulang kampung istrinya umpamanya. Sementara Benny yang terakhir berhasil juga tidak mau. Alasannya: mau naik haji.

DIANA / 1977

DIANA


Pada awalnya kehidupan Rachman (Doddy Sukma) bersama istri dan anaknya, Diana (Dina Papilaya) berkecukupan dari usahanya. Sebaliknya dengan Hasan (A. Hamid Arief) bersama anaknya, Yuni (Yuni Sahupala), yang menderita karena ulahnya sendiri sebagai pemabuk dan penjudi akibat kematian istri. Kemudian musibah menimpa Diana. Karena usahanya bangkrut, ayahnya terkena serangan jantung dan meninggal. Usaha dan warisannya jatuh ke tangan Hasan. Karena Hasan tidak juga sembuh dari penyakit judinya, perusahaan itu terkena perkara. Hasan masuk penjara. Diana dan ibunya pindah ke desa dan hidup dari berjualan pisang goreng. Dalam sebuah pesta yang diadakan oleh camat setempat, Diana sempat menyumbang lagu. Ia mendapat sambutan meriah. Para pemusik yang mengiringinya kemudian membawa Diana ke Jakarta untuk masuk studio rekaman dan sukses.

P.T. KOMEDIA JAKARTA FILM CORP.
 

ISTRI DULU ISTRI SEKARANG / 1978

ISTRI DULU ISTRI SEKARANG

 
Sebuah sketsa sosial tentang betapa sulitnya bagi orang miskin untuk menyesuaikan adat kebiasaan yang ada pada kaum kaya. Dikisahkan, seorang pemuda gembrot dari keluarga kaya baru pulang dari luar negeri dengan membawa gelar Insinyur (Jalal). Karena dianggap tetap bermasa depan cerah, banyak para ibu yang ingin menjodohkan anak gadisnya dengan sang insinyur itu. Tetapi tak satupun dari antara anak-anak gadis mereka menjadi pilihannya. Malah pada sebuah kunjungannya ke sebuah desa, ia terpikat dengan gadis cantik yang polos bernama Mimin (Tanty Josepha). Konsekuensinya sebagai suami gadis desa yang lugu, ia harus selalu sabar dan telaten mengajari cara-cara hidup orang kaya di kota. Bahkan Mimin perlu kursus kecantikan maupun bahasa Inggris. Setelah Mimin banyak tahu dan pintar sebagai orang kota, Mimin berbalik menuntut suaminya agar mengubah potongan tubuhnya, dengan banyak melakukan senam atau olahraga hingga tersengal-sengal.