Tampilkan postingan dengan label HASMANAN 1962-1988. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label HASMANAN 1962-1988. Tampilkan semua postingan

Kamis, 03 Februari 2011

ROMI DAN JULI / 1974



Pak Sabar (Soekarno M. Noer) seorang pengusaha dibidang kontraktor mempunyai seorang anak perempuan bernama Juli (Yessy Gusman). Begitu pula dengan Pak Komar seorang Insinyur mempunyai seorang anak laki-laki bernama Romi (Rano Karno).

Persahabatan antara Romi dan Juli terjadi sejak mereka masih kanak-kanak. Pak Sabar yang sudah lama ditinggal oleh istrinya berusaha untuk mendidik Juli agar menjadi anak yang berguna dan harus melanjutkan sekolah di Jakarta seperti yang dipesankan almarhum istrinya kepada Pak Sabar. Tetapi Juli menolak keinginan ayahnya untuk sekolah di Jakarta, nampaknya Juli tidak ingin jauh dari Romi.

Suatu hari Pak Komar yang bekerja sebagai Tim Pemeriksa menolak suatu rancangan yang diajukan oleh ayahnya Juli, Pak Sabar. Mendengar laporan dari karyawannya Pak Sabar sangat marah sekali dan menaruh perasaan dendam terhadap Pak Komar yang hanya menjalankan tugas sebagai seorang karyawan tempat ia bekerja, sehingga Pak Sabar melarang anaknya Juli untuk bergaul dengan Romi lagi.

Juli pergi meninggalkan rumah. Pak Sabar orang tua Juli mendatangi rumah Pak Komar dan menuduh anaknya, Romi, telah melarikan putrinya. Romi pun ternyata demikian, pergi meninggalkan rumah dan memilih untuk pergi bersama Juli.

Orang tua Romi dan Juli pergi mencari anak-anak mereka yang entah kemana. Setelah mereka sibuk mencari kesana-kemari akhirnya Romi dan Juli dapat diketemukan. Tapi sayang, Romi menyangka Juli telah mengkhianati dirinya dan pergi meninggalkannya. Romi menjadi kesal. Akhirnya setelah diberi penjelasan oleh Juli, dia mengerti juga. Tapi malang, mereka berdua lebih memilih untuk terjun dari sebuah tebing yang cukup tinggi. Untunglah Romi dan Juli hanya mengalami luka-luka yang tidak begitu berarti.

Akhirnya Pak Sabar dan Pak Komar sama-sama menyadari atas kekeliruan dan kekerasan mereka berdua yang bisa berakibat fatal terhadap anak-anak mereka yang tidak tahu apa-apa. Sebagai orang tua, mereka pun tidak bisa memisahkan hubungan antara Romi dan Juli yang sudah begitu lama dan abadi.
 
 


News 03 Agustus 1974
Cinta monyet
SUKSES dengan film Rio Anakku, sutradara Hasmanan muncul kembali dengan Romi dam Juli. Mendengar namanya, film terbaru produksi PT Rapi Film ini segera menyeret ingatan kita kepada film Pengantin Remaja karya Wim Umboh. Tidak salah. Nama kedua tokoh utama dalam karya terlaris Wim Umboh itulah yang kini diangkat jadi judul karya terbaru Hasmanan. Bahkan tidak sampai di situ. Kisahnyapun juga tentang cinta meskipun cuma cinta monyet dari sepasang murid SMP. Sedikit lancang untuk dengan cepat mendakwa Hasmanan sebagai baru saja merampungkan sebuah film cinta monyet, Romi dam Juli, juga berkisah tentang hal lain yang menyangkut hubungan orang tua mereka. Kisah film ini justeru mendapatkan bentuknya dalam konflik antara ayah Romi, Ir Komar (Dicky Zulkarnaen) dengan ayah Juli, Sabar (Soekarno M.Noor). Yang pertama orang berpendidikan, anak bungsu dari keturunan priyai, sementara yang terakhir adalah orang kaya yang tidak sempat menikmati bangku sekolah. Konflik yang terungkap melalui dialog Sabar itu muncul ke layar ketika Komar -- sebagai pejabat -- menolak rencana bangunan yang ditawarkan oleh pemborong Sabar. Mungkin penolakan itu karena penawaran memang tidak memenuhi syarat, tapi kecurigaan Sabar -- sebagai orang kurang terdidik yang punya kompleks -- juga bisa benar.

Tapi dari semula Hasmanan sudah mempersiapkan Komar sebagai seorang yang pendiam dam kurang acuh. Penampilan yang demikian tentulah tidak selalu harus mempunyai hubungan dengan latar belakang keluarga dan tinggi-rendah pendidikan. Bisa saja sikap demikian merupakan manifestasi perbedaan nilai yang dianut oleh kedua tokoh. Di satu fihak Sabar -- sebagai lazimnya pemborong zaman sekarang -- terbiasa dengan macam-macam cara untuk memenangkan tender, di fihak lain, Komar menghindari "jalan belakang": Bukan Paku Analisa kejiwaan seperti ini tentu saja akan memperkaya karya terbaru Hasmanan itu dengan sebuah dimensi lain, hal yang jelas akan dihindarinya mengingat niatnya memang hanya akan membuat sebuah film cinta monyet. Untuk maksud utamanya, konflik yang terjadi antara Komar dam Sabar akhirnya hanya mendapatkan tempat sebagai cantelan bagi jalan cerita tentang Romi dan Juli. Sayangnya bahwa manusia mempunyai dinamikanya tersendiri, berbeda jauh dengan sebuah paku yang juga bisa berfungsi baik sebagai cantelan kemeja. Tafsiran Hasmanan terhadap konflik Komar versus Sabar yang dibuat sederhana itu -- sesuai dengan yang tampil dari dialog Sabar -- akhirnya juga hanyut ke dalam alur kisah cinta dua pelajar SMP yang duduk sekelas. Kalau ada penonton yang bakal merasakan kurangnya kedalaman konflik yang dihadapi oleh Romi dam Juli (mereka bersepakat menjatuhkan diri dari puncak bukit), maka soalnya harus dipulangkan pada tafsiran Hasmanan yang sederhana tadi. Meskipun tidak seluruhnya, sebanding, tapi sebagai contoh boleh memetik kisah cinta Romeo dam Juliet.

Ketegangan percintaan kedua remaja dalam kisah karya Shakespeare itu akan selalu terpantul ke publik, lantaran cantelan bagi kisah cinta itu -- konflik keluarga Capuleth dam Montague -- diciptakan dengan sempurna oleh pengarangnya. Kalau soalnya sudah kembali kepada cerita dan skenario, Hasmanan memang tidak seluruhnya bertanggung jawab. Sebagai sotradara, is menerima skenario tadi dari Arifin C.Noer. Perubahan teknis konon dilakukan di sana-sini menjelang shooting, tapi waktu yang terbatas terang tidak bisa membawa perbaikan yang memadai. Kendatipun demikian, Hasmanan, sebagai sutradara, masih tetap menghasilkan tontonan yang menyenangkan untuk dinikmati walaupun Romi dam Juli tidak seutuh Rio Anakku. Bukan Panglima Hasmanan tidak perlu berkecil hati kalau tidak setiap filmnya melebihi karyanya yang terdahulu. Sutradara memang panglima dalam suatu kegiatan pembuatan film, tapi bukan pula rahasia umum bahwa sutradara film Indonesia masih harus menanti untuk menduduki jabatan panglima itu. Dalam lingkup kondisi inilah orang harus melihat kemajuan-kemajuan yang dialami Hasmanan. Berbeda dengan film-film terdahulunya, sutradara dam bekas wartawan ini makin memperlihatkan ketrampilannya dalam bercerita dengan gambar. Kebolehan yang tadinya cuma dimonopoli Wim Umboh, kini telah pula dipunyai Hasmanan.

Hal demikian ini menarik untuk dicatat dalam hubungan keterlibatan orang-orang beride -- macam Hasmanan, Sihombing, Asrul Sani dan sebagainya -- ke dalam dunia film. Biasanya kelemahan orang-orang kelas ini biasanya justeru pada ketrampilan berkisah dengan gambar, kendatipun soal yang ingin mereka kemukakan cukup "bermutu". Karena itulah akan sangat menarik untuk menanti sebuah karya Hasmanan dengan sebuah skenario asli yang utuh, artinya: bukan sebuah kisah buah kompromi, dengan para produser yang dikerjakan secara tergesa-gesa. Meskipun kecil, dalam film Romi dam Juli, kebebasan demikian bukan tidak dimanfaatkan dengan baik oleh sutradara. Tokoh Herman (Muara Surawijaya), saudara sepupu Juli, digarap dengan sangat hidup oleh Hasmanan. Salah satu sebab dari keberhasilan itu -- di samping permainan Muara yang memang baik -- adalah terbebasnya tokoh itu dari beban cantelan sebagai yang menyeret Romi dam Juli.


Di sini Hasmanan leluasa dengan imajinasi serta penafsirannya, dan sebuah bumbu yang amat sedap telah dicampurkan ke dalam kuali yang menggodok dua tokoh utama film ini. Tidak lengkap kiranya kalau Rano Karno sebagai Romi tidak mendapat tanggapan di sini. Anak Soekarno M. Noor ini telah bermain bagus sekali. Meskipun Yessi Gusman sebagai Juli bukan pasangan yang sepadan untuk Rano, tapi toh dengan segala daya upaya, bintang menanjak remaja itu tidak menyia-nyiakan peluang yang didapatnya. Kalau saja suara Yessi tidak ditukardengan suara Titik Qadarsih, entah bagaimana cemplangnya film ini,Keputusan Hasmanan untuk itu, plus kerjasamanya dengan juru kamera Syamsudin dam musikus Idris Sardi, akhirnya berakhir pada sebuah-tontonan yang bisa deh dinikmati.

SELALU DI HATIKU / 1975

SELALU DI HATIKU


Pertemuan antara Lily dan Hendra Cipta hingga mereka berumah tangga hidup bahagia dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Santi.

Hendra menerima ucapan selamat dari teman dan kerabatnya, mereka begitu menyayangi anak mereka. Santi anak yang lucu dan periang, sehingga mereka hidup sangat bahagia.

Suatu hari sepulang dari berlibur, setibanya di rumah Lily jatuh sakit. Lily dan suaminya pergi untuk memeriksakan penyakitnya ke dokter. Dokter menyarankan Lily untuk masuk rumah sakit. Mereka mengikuti saran dokter dan merawat Lily di RS.

Semakin hari keadaan Lily semakin memburuk, Hendra berusaha untuk merawat istrinya sebaik mungkin, dan berharap istrinya sembuh. Banyak sudah pekerjaan yang tertunda akibat tersitanya waktu untuk merawat istrinya

Santi yang semula periang menjadi anak yang pemurung dan suka menyendiri, karena tidak lagi bisa berkumpul dengan kedua orang tuanya.

Suatu hari keadaan Lily yang sudah agak membaik sehingga dokter memperbolehkan ia pulang, Santi sangat bahagia karena mereka bisa berkumpul kembali.

Sampai pada suatu hari, Lily kembali jatuh sakit hingga ia pingsan. Dokter kembali memeriksa keadaaan Lily namun penyakitnya sudah sangat parah sehingga akhirnya maut merenggutnya.



NEWS07 Februari 1976
Membuat film di musim hujan

MUSIM hujan yang seru belakangan ini tak kurang juga bikin gelagapan orang-orang film. Tapi bagi Has Manan -- itu sutradara yang pernah beroleh piala Citra buat film Rio Anakku di FFI Surabaya -- cuaca agaknya tak usah dituding jadi momok. Maka ia pun terbilang satu-satunya sutradara yang berani bikin film pada musim hujan ini.

Tapi seperti diungkapkannya: "Gila, masa iya gua sengaja kerja di musim hujan". Film itu berjudul: Selalu Di Hatiku, kini rampung pengambilannya, yang dibintangi Lenny Marlina, Hendra Cipta dan si cilik Santi Sardi. Lalu apa caranya menghindari usikan cuaca? Ada juga sih main kucing-kucingan menunggu matahari, tapi jalan cerita rupanya memungkinkan "shooting lebih banyak interior" tutur salah seorang awak film tersebut.

Has Manan yang kini berperawakan cukup subur itu lagi merencanakan penggarapan film baru. Kali ini dengan tema komedi, dan pemain utamanya: Ateng dan Iskak. Nampaknya Has Manan orang pertama yang bakal menangani kepingan Kwartet Jaya itu. "He,ini bukan berarti aku termasuk orang ketiga dalam pecahnya Kwartet Jaya katanya cepat. Seraya menghunus sebatang Dunhill ditambahkannya: "Ini hanya spontan saja sebagai orang yang berfikiran komersiil"

ATENG THE GODFATHER / 1976



Don (Ateng) sosok seorang pemimpin yang selalu memperhatikan anak buahnya seperti layaknya seorang Bapak kepada anak-anaknya, Don mempunyai beberapa anak buah. Ia begitu arif dan bijak didalam memimpin kehidupan bersama anak buahnya.

Disatu sisi Kusno seorang pemimpin dari kelompok yang menamakan dirinya orang-orang kribo, mereka selalu berselisih paham dengan Don, yang dikarenakan ingin sekali bisa menguasai air danau.


Suatu hari Don mendapat kabar kalau orang orang kribo menyandera Vivi, anak buah Don, dan temannya. Don marah dan geram, ia memerintahkan anak buahnya untuk mencari tahu keberadaan Vivi. Diam-diam Iskak, anak buah Don, menyusup masuk ke sarang orang orang kribo. Naas bagi Iskak, penyamarannya terbongkar, sehingga ia ikut ditawan.

Don datang bersama anak buahnya untuk membebaskan Vivi. Iskak, Vivi dan temannya akhirnya dibebaskan dengan satu syarat, orang orang kribo diperbolehkan untuk menggunakan air danau untuk kehidupan sehari hari, dan Don juga mengajarkan mereka untuk hidup secara damai.

Orang orang kribo menyambut dengan gembira atas keputusan dan kesepakatan antara kedua pemimpin mereka. Sehingga akhirnya mereka hidup dengan damai.


P.T. RAPI FILM

ATENG
ISKAK
VIVI SUMANTI
KUSNO SUDJARWADI
JOHNY GUDEL
KANG IBING
SUP YUSUP
ENNY HARYONO
ARDI HS
SOES DA
KUMALA DEWI



AKU CINTA PADAMU / 1974



Sofan adalah seorang pemuda yang bekerja sebagai juru potret freelance pada sebuah majalah hiburan. Ketika ia pulang, ia mendapati orang ramai berkerumun di depan gangnya dimana ia tinggal bersama adiknya Mimi. Ternyata ada seorang wanita muda bernama Arni Sulaeman yang hendak bunuh diri dengan menceburkan diri ke kali, ia ditolong oleh warga kampung dan dibawa ke sebuah warung milik ibu Indun yang berada tepat di belakang rumah Sofan. Atas kesepakatan warga, untuk sementara Arni tinggal bersama Bu Indun.Perkenalan singkat Arni dan Sofan semakin baik. Tapi sebelum Sofan mengetahui latar belakang Arni dan mengapa ia nekat bunuh diri, Arni telah menghilang. Usaha Sofan untuk mencari Arni tidak berbuah, kehidupan pun berlalu seperti biasa. Sebagai seorang wartawan foto, Sofan mendapat tugas untuk meliput berita tentang seorang peragawati terkenal Diana dan hubungan cintanya dengan seorang pengusaha muda bernama Iskandar Zulkarnaen. Tidak diduga, malam itu Arni datang menemui Sofan dirumahnya, ia mengatakan bahwa Iskandar itu suaminya. Sofan terkejut mendengarnya, bahwa ternyata Sofan adalah seorang pemuda yang bekerja sebagai juru potret freelance pada sebuah majalah hiburan. Ketika ia pulang, ia mendapati orang ramai berkerumun di depan gangnya dimana ia tinggal bersama adiknya Mimi.

Ternyata ada seorang wanita muda bernama Arni Sulaeman yang hendak bunuh diri dengan menceburkan diri ke kali, ia ditolong oleh warga kampung dan dibawa ke sebuah warung milik ibu Indun yang berada tepat di belakang rumah Sofan. Atas kesepakatan warga, untuk sementara Arni tinggal bersama Bu Indun.Perkenalan singkat Arni dan Sofan semakin baik. Tapi sebelum Sofan mengetahui latar belakang Arni dan mengapa ia nekat bunuh diri, Arni telah menghilang. Usaha Sofan untuk mencari Arni tidak berbuah, kehidupan pun berlalu seperti biasa.

Sebagai seorang wartawan foto, Sofan mendapat tugas untuk meliput berita tentang seorang peragawati terkenal Diana dan hubungan cintanya dengan seorang pengusaha muda bernama Iskandar Zulkarnaen.

Tidak diduga, malam itu Arni datang menemui Sofan dirumahnya, ia mengatakan bahwa Iskandar itu suaminya. Sofan terkejut mendengarnya, bahwa ternyata berita itu ada sangkut pautnya dengan ketidakbahagiaan rumah tangga Arni.

Suatu kesempatan bagi Sofan untuk menulis berita besar bagi majalahnya, ia ingin menolong Arni yang kini telah dicintainya. Sofan mengumpulkan bahan berita dari Iskandar bahwa ia menikahi Arni hanya karena desakan orang tuanya, dan untuk menceraikan Arni tidak mungkin karena martabat keluarga masing masing.

Arni tidak membolehkan Sofan untuk memuat berita itu, ia juga tidak mengindahkan saran Sofan untuk meminta cerai dari Iskandar, Arni mengatakan bahwa ia rela dimadu. Ia menyayangkan pertemuannya dengan Sofan yang terlambat sesudah perkawinannya.

Angan Angan Sofan untuk menulis berita besar dan harapannya untuk bersama dengan Arni pun sirna. Belum lagi kemarahan editor majalahnya karena pembatalan berita itu.

Beberapa waktu berlalu, tiba tiba Arni kembali menemui Sofan, ia memberitahukan bahwa atas desakan Diana, Iskandar pun akhirnya menceraikan Arni.

PEMBERANG / 1972



Film jenis tegang sudah lama diimpikan oleh pembuat film Indonesia. Penonton kita empat menyaksikan dalam film import dari luar. Film semacam ini telah dibuat oleh Lewat Tengah Malam, walaupun cerita Pemberang tidak sebagus Lewat Tengah Malam, tetapi penggarapannya cukup rapi, sehingga lupa untuk mencari kelemahan film ini. Dengan cara Flashback diperlihatkan Barman membunuh Maria, kekasihnya. Tetapi kenapa kemudian ia dendam dengan Johan Arifin? Pertanyaan ini tidak terlalu menonjol. Karena penonton terus diikat dengan mengikuti terus jalan usaha Barman (Dicky Zulkarnaen) menghancurkan keluarga pengacara Johan Arifin SH (Shopan .S). Mula-mula teror melalui telpon, namun Burman dengan cepat memanfaatkan temannya Victor (Soekarno M.Noer) yang menawarkan gula-gulanya Santi (Mila Karmila) untuk memainkan peranan pengganggu keluarga sang Pengacara itu. Ketegangan yang ada pada Johan ketika pulang dari pengunungan, rem mobilnya putus. Tapi adegan ini kurang mendapat perhatian sutradara, walaupun penonton merasakan ketegangannya. Johan datang kerumah Tina Ariffin (Paula Rumokoy) sedang dirundung curiga terhadap suaminya dengan demikian mudah bagi Barman untuk melancarkan aksinya balas dendam terhadap Johan. Sedangkan Tina belum menyadari ancaman terhadap kelanggengan rumah tangganya, suaminya sudah dari lama mencemaskan kehadiran teman lamanya, Barman, sebagai pertanda suatu mala petaka yang akan datang. Rasa cemas itu dengan cara yang sangat plastis dikerjakan oleh sutradara dan dengan sangat intens dirasakan oleh penonton. Pemanfaatan tokoh supir dan pelayan dalam bagian ini cukup efektif. Melalui adegan ketawa, Babu berteriak ketika disergap supir, ketegangan meledak untuk tumbuh kembali. Pemanfaatan unsur-unsur macam ini dilakukan juga pada adegan mimpi dengan memakai kucing yang pada saat itu diasosiasikan dengan kengerian. Perasaan seperti itu bukannya tidak dirasakan ketika bagian-bagian tersebut tersorotkan ke layar putih.

Puncak ketegangan dirasakan saat Tina dan putri tunggalnya (Dewi Rosa) berhasil diculik Barman. Melalui tekpon akhirnya Johan Ariffin tahu semuanya. Dari sini penonton dapat informasi permasalahan yang ada pada mulanya yaitu cinta segita yang berakhir dengan tragis. Barman terpaksa membunuh Maria lantaran kehadiran Johan. Dengan jalan pikiran itulah ia juga merasa harus membalas dendam setelah mendekam dalam penjara. Dendam kesumat itu memang nyaris terlaksana didepan mata keluarga sang pengacara. Tetapi karena Johan cukup modren, tidak lupa ia mengenakan pakaian anti peluru. Sudah pasti Barman mengira Johan sudah mati. Tapi saat Barman mengarahkan pistol pada Tina dan Dewi terikat, letusan terdengar dan Barman Mati, ternyata ditembak oleh Johan yang selamat atas pakaian anti peluru itu. Disini adegan kurang tergarap.

Penyelesaianya memang sederhana, kalau tidak klise, lengkap dengan moril lama tentang kehancuran orang yang salah dan kemenangan bagi yang benar. Dengan dialog yang bertele-tele pada akhir film, sedangkan ketegangan sudah mulai naik dari awal cerita bagaikan antiklimaks dibagian akhir.

Skenario ini ditulis oleh Arifin C.Noer, Hasmanan menyutradarai pertamakali. Ia cukup sukses membawa ketegangan dari awal film hingga akhir, dan penonton tidak mau ketinggalan cerita film berjalan. Juru kamera Syamsudin Yusuf cukup boleh dalam film ini. Di produksi oleh Rafi Film ini juga menjadi film tegang Indonesia terbaik hingga sekarang oleh kerapian editing yang dikerjakan oleh Casim Abbas.

P.T. RAPI FILM

Synopsis
Johan dan Brman sama-sama mencintai seorang gadis cantik bernama Maria, karena barman cemburu sehingga ia lebih memilih untuk membunuh Maria. Dendam tak pernah hilang terhadap Johan, ia terus menteror Johan dan keluarganya yang sudah bahagia bersama isterinya Tina serta anaknya Dewi. Suatu hari isteri Johan mendapat surat kaleng dari seseorang untuk suaminya, karena cemburu sehingga terjadi pertengkaran antara Johan dan isterinya. Santi orang suruhannya Barman datang kerumah Johan yang berpura-pura bahwa ia pernah menjalin hubungan dengan suminya, Johan. Ia bahkan mengatakan ingin sekali bertemu dengan Johan yang sudah beberapa kali datang ke kantornya Johan dan ditolaknya. Isteri Johan bermaksud untuk mempertemukan antara Santi dan Johan, tapi begitu ia selesai menelpon suaminya perempuan itu sudah lenyap dari ruang tamu dimana semula mereka berbicara. Pertengkaran demi pertengkaran terus terjdai antara Johan dan isterinya, Tina memberikan semua surat-surat yang pernah ia baca yang dikirim dari seseorang untuk dirinya. 

Suatu hari Barman datang pura-pura bertamu kerumah Johan dan ia ingin tinggal untuk beberapa hari disana, Tina langsung saja percaya dan mengijinkannya tapi sebaliknya Johan merasa punya firasat lain akan kedatangan Barman kerumahnya. Ternyata Barman yang berada dirumah Johan terus menyelidiki dan mencari kesempatan untuk melakukan niat jahatnya, ia menelpon rekannya Victor untuk mengatur kapan mereka akan beraksi. Johan baru tiba dirumah mendapatkan pembantunya yang sudah dalam keadaan tewas, ia membaca pesan dari Barman yang isinya mengatakan bahwa anak dan isterinya berada bersama Barman dan Victor, Barman mengancam akan membunuh mereka kalau Johan melpaorkan kepada pihak Kepolisian. Johan berusaha datang sendiri memenuhi permintaan Barman untuk menjemput anak dan isterinya. Terjadi tembak-menembak antara Johan dan Barman yang sudah lama menunggunya. Johan terluka kena tembakan Barman, tapa naas Barman tewas tertembak pistol Johan. Akhirnya Johan berhasil menyelamatkan anak dan isterinya dari maut.