Kamis, 03 Februari 2011

PEMBERANG / 1972



Film jenis tegang sudah lama diimpikan oleh pembuat film Indonesia. Penonton kita empat menyaksikan dalam film import dari luar. Film semacam ini telah dibuat oleh Lewat Tengah Malam, walaupun cerita Pemberang tidak sebagus Lewat Tengah Malam, tetapi penggarapannya cukup rapi, sehingga lupa untuk mencari kelemahan film ini. Dengan cara Flashback diperlihatkan Barman membunuh Maria, kekasihnya. Tetapi kenapa kemudian ia dendam dengan Johan Arifin? Pertanyaan ini tidak terlalu menonjol. Karena penonton terus diikat dengan mengikuti terus jalan usaha Barman (Dicky Zulkarnaen) menghancurkan keluarga pengacara Johan Arifin SH (Shopan .S). Mula-mula teror melalui telpon, namun Burman dengan cepat memanfaatkan temannya Victor (Soekarno M.Noer) yang menawarkan gula-gulanya Santi (Mila Karmila) untuk memainkan peranan pengganggu keluarga sang Pengacara itu. Ketegangan yang ada pada Johan ketika pulang dari pengunungan, rem mobilnya putus. Tapi adegan ini kurang mendapat perhatian sutradara, walaupun penonton merasakan ketegangannya. Johan datang kerumah Tina Ariffin (Paula Rumokoy) sedang dirundung curiga terhadap suaminya dengan demikian mudah bagi Barman untuk melancarkan aksinya balas dendam terhadap Johan. Sedangkan Tina belum menyadari ancaman terhadap kelanggengan rumah tangganya, suaminya sudah dari lama mencemaskan kehadiran teman lamanya, Barman, sebagai pertanda suatu mala petaka yang akan datang. Rasa cemas itu dengan cara yang sangat plastis dikerjakan oleh sutradara dan dengan sangat intens dirasakan oleh penonton. Pemanfaatan tokoh supir dan pelayan dalam bagian ini cukup efektif. Melalui adegan ketawa, Babu berteriak ketika disergap supir, ketegangan meledak untuk tumbuh kembali. Pemanfaatan unsur-unsur macam ini dilakukan juga pada adegan mimpi dengan memakai kucing yang pada saat itu diasosiasikan dengan kengerian. Perasaan seperti itu bukannya tidak dirasakan ketika bagian-bagian tersebut tersorotkan ke layar putih.

Puncak ketegangan dirasakan saat Tina dan putri tunggalnya (Dewi Rosa) berhasil diculik Barman. Melalui tekpon akhirnya Johan Ariffin tahu semuanya. Dari sini penonton dapat informasi permasalahan yang ada pada mulanya yaitu cinta segita yang berakhir dengan tragis. Barman terpaksa membunuh Maria lantaran kehadiran Johan. Dengan jalan pikiran itulah ia juga merasa harus membalas dendam setelah mendekam dalam penjara. Dendam kesumat itu memang nyaris terlaksana didepan mata keluarga sang pengacara. Tetapi karena Johan cukup modren, tidak lupa ia mengenakan pakaian anti peluru. Sudah pasti Barman mengira Johan sudah mati. Tapi saat Barman mengarahkan pistol pada Tina dan Dewi terikat, letusan terdengar dan Barman Mati, ternyata ditembak oleh Johan yang selamat atas pakaian anti peluru itu. Disini adegan kurang tergarap.

Penyelesaianya memang sederhana, kalau tidak klise, lengkap dengan moril lama tentang kehancuran orang yang salah dan kemenangan bagi yang benar. Dengan dialog yang bertele-tele pada akhir film, sedangkan ketegangan sudah mulai naik dari awal cerita bagaikan antiklimaks dibagian akhir.

Skenario ini ditulis oleh Arifin C.Noer, Hasmanan menyutradarai pertamakali. Ia cukup sukses membawa ketegangan dari awal film hingga akhir, dan penonton tidak mau ketinggalan cerita film berjalan. Juru kamera Syamsudin Yusuf cukup boleh dalam film ini. Di produksi oleh Rafi Film ini juga menjadi film tegang Indonesia terbaik hingga sekarang oleh kerapian editing yang dikerjakan oleh Casim Abbas.

P.T. RAPI FILM

Synopsis
Johan dan Brman sama-sama mencintai seorang gadis cantik bernama Maria, karena barman cemburu sehingga ia lebih memilih untuk membunuh Maria. Dendam tak pernah hilang terhadap Johan, ia terus menteror Johan dan keluarganya yang sudah bahagia bersama isterinya Tina serta anaknya Dewi. Suatu hari isteri Johan mendapat surat kaleng dari seseorang untuk suaminya, karena cemburu sehingga terjadi pertengkaran antara Johan dan isterinya. Santi orang suruhannya Barman datang kerumah Johan yang berpura-pura bahwa ia pernah menjalin hubungan dengan suminya, Johan. Ia bahkan mengatakan ingin sekali bertemu dengan Johan yang sudah beberapa kali datang ke kantornya Johan dan ditolaknya. Isteri Johan bermaksud untuk mempertemukan antara Santi dan Johan, tapi begitu ia selesai menelpon suaminya perempuan itu sudah lenyap dari ruang tamu dimana semula mereka berbicara. Pertengkaran demi pertengkaran terus terjdai antara Johan dan isterinya, Tina memberikan semua surat-surat yang pernah ia baca yang dikirim dari seseorang untuk dirinya. 

Suatu hari Barman datang pura-pura bertamu kerumah Johan dan ia ingin tinggal untuk beberapa hari disana, Tina langsung saja percaya dan mengijinkannya tapi sebaliknya Johan merasa punya firasat lain akan kedatangan Barman kerumahnya. Ternyata Barman yang berada dirumah Johan terus menyelidiki dan mencari kesempatan untuk melakukan niat jahatnya, ia menelpon rekannya Victor untuk mengatur kapan mereka akan beraksi. Johan baru tiba dirumah mendapatkan pembantunya yang sudah dalam keadaan tewas, ia membaca pesan dari Barman yang isinya mengatakan bahwa anak dan isterinya berada bersama Barman dan Victor, Barman mengancam akan membunuh mereka kalau Johan melpaorkan kepada pihak Kepolisian. Johan berusaha datang sendiri memenuhi permintaan Barman untuk menjemput anak dan isterinya. Terjadi tembak-menembak antara Johan dan Barman yang sudah lama menunggunya. Johan terluka kena tembakan Barman, tapa naas Barman tewas tertembak pistol Johan. Akhirnya Johan berhasil menyelamatkan anak dan isterinya dari maut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar