Film ini cukup baik, tema besarnya adalah harga diri dan martabat keluarga yang harus di junjung tinggi, apa pun itu. Perkelahian untuk harga diri dan martabat keluarga sangat penting bagi orang madura. Ini adalah cerita tentang orang-orang Madura yang ada di Tanjung Periuk Jakarta dengan komplit profesi mereka, yaitu pengumpul besi bekas.Film ini juga membenturkan hukum negara dengan hukum adat/Madura, yaitu Nyawa di bayar nyawa.
Jamal   (Barry Prima) yang diharapkan ayahnya Markasan (El Manik) untuk jadi   Sarjana Hukum agar bisa jadi orang besar, dihadapkan pada pilihan sulit.   Skripsinya tentang carok sukar diselesaikan karena pengalaman   keluarganya. Ia selalu mengelak desakan ayahnya untuk carok, ketika   adiknya meninggal tertabrak bus waktu tawuran antar pelajar. Juga ketika   kakaknya, Hasan (Joescano Jusuph) mati carok dengan Harun (Advent   Bangun), karena istrinya, Ruminah (Yenny Farida) serong. Harun sengaja   memancing Ruminah untuk menghancurkan keluarga Markasan, saingan dalam   dagang besi tua. Seorang pengadu domba yang selalu membisiki bahwa ayah   Harun dibinasakan oleh Markasan. Pengadu domba ini pula yang memanasi   Jamal, maupun Markasan. Dalam usaha ini Harun mengikat kerjasama dengan   Johny Ireng (Kandar Sinyo), yang juga menginginkan pangkalan besi tua   Markasan. Dalam keraguannya, Jamal tetap mengambil jalan lurus. Ia juga   tidak mau mengikuti cara dagang ayahnya yang agak menyimpang dari  hukum.  Ketika ayahnya meninggal, Jamal seolah tak lagi punya pilihan. 
 Dengan  mendapat dorongan dari ibunya, dihabisinya Johny Ireng dan  kawan-kawan.  Jamal juga menantang Harun untuk berduel. Dalam keadaan  Jamal terdesak,  Harun ditusuk pisau oleh Ruminah, yang merasa hanya  diperalat Harun.  Jamal terpaksa mendekam di penjara, dan minta pada  saudaranya jangan  mengulang lagi perbuatan yang terpaksa dilakukannya.
| YENNY FARIDA BARRY PRIMA NINA ANWAR EL MANIK KANDAR SINYO JOESCANO JUSUPH SYAMSURI KAEMPUAN HASAN DOLLAR LENNY YUDISTRA SUHAIMI SAID AMITH ABIDIN ADVENT BANGUN | 






 
