Kamis, 14 Mei 2020

RANA ASSAN, dari main film Hollywood hingga majalah PLAYBOY.

RANA ASSAN.


Nama Ratna tengah dipuja berbagai media di AS lantaran perannya sebagai Zoraima dalam film 'Papillon'. Film itu arahan sutradara yang dibintangi aktor papan atas Steve McQueen dan Dustin Hoffman. 'Papillon' (kupu-kupu) bercerita tentang kriminal Prancis yang melarikan diri dari penjara Pulau Setan di Guyana Prancis.

Ratna berperan sebagai wanita suku pedalaman Indian yang bertemu kriminal berjulukan 'Papillon' itu. Penampilannya mengundang decak kagum karena kecantikan dan aktingnya yang mumpuni. Apalagi saat berperan sebagai perempuan Indian di pedalaman, Ratna tampil bertelanjang dada.

"Film ini masuk 10 besar terlaris waktu itu. Tapi sesampainya di Indonesia, bagian Ratna banyak disensor sampai hampir tak ada sama sekali," papar Wimar.

Kesuksesan Ratna tampil di film itu ternyata dilirik majalah Playboy. Ia menjadi salah satu model dalam sebuah edisi Februari 1974. Ia tampil bugil untuk 4 halaman artikel foto.

Bakat seni Ratna menurun dari ibunya, Soetidjah alias Dewi Dja. Ratna Assan lahir pada 16 Desember 1954 di Torance, California, Amerika Serikat. Ayahnya bernama Ali Hasan. Ali dan Dewi Dja hijrah ke Amerika guna mengembangkan kariernya sebagai penari.

Di Amerika, selain melatih tari, Dewi menjadi koreografer yang tampil dalam film-film produksi Hollywood. Dia antara lain terlibat dalam film 'Road to Singapore' (1940), 'Road to Morocco' (1942), 'The Picture of Dorian Gray' (1945), 'Three Came Home' (1950), dan 'Road to Bali' (1952).

Menurut Wimar, bugil di majalah Playboy bukan melulu soal porno. Masyarakat Barat saat itu beranggapan bahwa majalah Playboy merupakan majalah gaya hidup, kehidupan, dan seks. Edisi yang memuat Ratna, menurut Wimar, kabarnya laris dibeli orang Indonesia.

"Ratna sendiri tahu ia memiliki aset tubuh yang bagus dan kecantikan. Dia ingin terkenal," ungkap Wimar, yang pernah menjadi juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid.

Ratna memendam hasrat untuk bertandang dan berkarier di Indonesia. Wimar mengaku dimintai tolong jika punya kenalan produser atau relasi media yang mau mengundangnya. Namun bisnis media di Tanah Air kala itu belum berkembang, hanya ada satu saluran televisi (TVRI) dan media cetak belum mampu mengundang artis Hollywood.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar