Giman pincang sejak lahir. Sebenarnya ia anak keluarga petani yang tergolong cukup, tetapi perang memporak-porandakan keluarganya. Ayah dan abangnya di romusha kan tentara pendudukan Jepang. Indonesia merdeka pada tahun 1945, tetapi Belanda berusaha menjajah lagi. Dalam suatu serangan udara, nenek Giman meninggal dunia. Si Pincang terlunta-lunta, tetapi tetap berdikari dalam mencari sesuap nasi. Di kota Yogya ia hidup bersama pengemis dan pencopet cilik. Persatuan mengikat anak-anak gelandangan itu. Seorang penolong datang membantu dan menampung mereka dalam.
PFN |
HUDIONO SUNARTO DJONO KUSUMA DEWI SUHARDJO PANUT HARDJONO BENTJE DJAJUSMAN SATRIA WIBOWO MARLIA HARDI BASUKI EFFENDI |
film ‘Si Pincang’ produksi PFN arahan Kotot Sukardi yang merupakan film Indonesia pertama yang mendapat penghargaan tinggi di festival film internasional di Praha tahun 1951
Film ini dianggap karya terbaik Kotot, tidak lagi bicara besar tentang harapan yang bisa diperoleh dari kemerdekaan. Setelah para bekas pejuang sendiri sudah mulai menikmati cita-cita mereka, yang diminta Kotot cumalah agar anak-anak yang terlantar akibat revolusi juga mendapat perhatian. Karena saat itu semua sibuk membuat film tentang penyesuaian para bekas pejuang selepas revolusi ke dalam masyarakat. Tetapi Kotot kali ini tampil beda ceritanya.
“Si Pintjang” merupakan film Indonesia pertama yang diputar pada Festival Film Internasional di Cekoslavia (Festival Film Karlovy-Vary, Ceko) pada tahun 1951. Film anak–anak ini pun menjadi catatan penting dalam sejarah perfilman Indonesia. Film ini menceritakan Giman yang pincang sejak lahir. Ia anak keluarga petani yang berkecukupan, tetapi karena situasi pada saat itu perang, keluarganya pun porak-poranda. Giman terlunta–lunta, namun dengan keterbatasannya ia tetap berusaha mencari sesuap nasi. Dalam cerita tersebut digambarkan pula ayah dan kakaknya yang ternyata masih hidup, dan berhasil menemukan Giman, Si Pincang yang tinggal di asrama anak–anak telantar. Meski “Si Pintjang” adalah film anak–anak, namun di dalamnya menggambarkan perjuangan yang sarat dengan nilai–nilai ideologis, dengan genre “oldies drama” dan berdurasi 67 menit.
“Si Pintjang” merupakan film Indonesia pertama yang diputar pada Festival Film Internasional di Cekoslavia (Festival Film Karlovy-Vary, Ceko) pada tahun 1951. Film anak–anak ini pun menjadi catatan penting dalam sejarah perfilman Indonesia. Film ini menceritakan Giman yang pincang sejak lahir. Ia anak keluarga petani yang berkecukupan, tetapi karena situasi pada saat itu perang, keluarganya pun porak-poranda. Giman terlunta–lunta, namun dengan keterbatasannya ia tetap berusaha mencari sesuap nasi. Dalam cerita tersebut digambarkan pula ayah dan kakaknya yang ternyata masih hidup, dan berhasil menemukan Giman, Si Pincang yang tinggal di asrama anak–anak telantar. Meski “Si Pintjang” adalah film anak–anak, namun di dalamnya menggambarkan perjuangan yang sarat dengan nilai–nilai ideologis, dengan genre “oldies drama” dan berdurasi 67 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar