Jumat, 04 Februari 2011

NJAI DASIMA (I) / 1929



Tragedi ini selalu menyedot penonton bila ditampilkan oleh Tonnel Melayu, dan cerita ini akan dipentaskan pada akhir sebagai Gong. Selalu banyak penontonnya. Cerita ini juga dimainkan bila penonton sepi atau karena hujan agar bisa menembus kerugian. Dalam film ada yang dihilangkan yaitu menakut-nakutinya akan dosa itu sesuai dengan ajaran Islam, karena takut menghina islam. Karangan G.Francis (Batavia 1896), cerita ini sangat populer sekali dikalangan penduduk. Kisahnya berdasarkan kejadian sebenarnya tahun 1813 di Batavia.

Ceritanya adalah: Dasima adalh istri priaraan dari Edward William, seorang Inggris. Mereka memiliki putri kecil, Nancy hidup di rumah Gedong berhadapan dengan lapangan Gambir dan dibelakang rumah sungai Pejambon. Samiun adalah tukang delman langganan Dasima, jatuh cinta pada perempuan muda, kaya dan cantik ini, sedangkan Samiun sudah beristri Hayati. Samiun menggunakan lewat 2 jalan untuk mendapatkan Dasima. Yaitu dengan guna-guna, dan kedua dengan menakut-nakutinya karena sudah berzinah dan melakukan dosa besar menurut ajaran agama Islam. Tugas menakut-nakuti ini dilakukan Mak Buyung, yang bisa menyusup ke dalam rumah gedongan itu sebagi penjual telor dan berlaku sebagai ibu yang baik dan bijak. Akhirnya Dasima bersedia lari ke rumah Samiun dengan membawa sebahagian hartanya. Ia menjadi istri muda Samiun, sedangkan Hayati istri Samiun tidak keberatan karena ia melihat harta Dasima. Istrinya ini suka main judi dan selalu menghabiskan uang. Tetapi semakin lama perlakukan terhadap Dasima semakin kejam karena tidak mendapatkan hartanya itu. Sedang Dasima mulai menyadari hal ini sehingga menjaga baik-baik harta benda berharganya itu. Sehingga Samiun meminta bantuan sahabatnya Bang Puasa untuk melancarkan intrik perampokan terhadap diri Dasima. Suatu malam dalam perjalanan Dasima ke kampung ketapang untuk mendengarkan pembacaan cerita Amir Hamzah. Ketika menyeberangi jembatan di kali Kwitang yang mengalir sampai ke pejambon. Muncul Bang Puasa, Dasima berteriak ketakutan, Bang Puasa menjadi panik dan membunuhnya, lalu mayatnya dibuang ke sungai, dan nyangkut tepat dibelakang rumah Willian bekas suami Dasima. Bang Puasa dan Samiun di tangkap dan dihukum gantung.



Dalam pemutarannya di Batavia November 1929, selalu dibanjiri penonton dan banyak yang tidak kebagian karcis, orang Eropa tidak terlihat sama sekali, tapi dikalangan Cina Peranakan yang sangat banyak sekali, karena dikalangan mereka juga ada Nyai. Kritikus memujinya pemain Dasima (Nurhani) dan Nancy (pemain dari panggung padangsce Opera) baik, dan film ini menggunakan teks yang sedikit tidak seperti film kebanyakan saat itu yang selalu menggunakan teks yang menerangkan segala sesuatu hal. Gambarnya terang, dan A.Loepias mendapat pujian dari pers karena gambarnya lebih baik dari sebelumnya. Tetapi pemilihan pemain, kemampuan bermain, set dekor, tata rias dan sebagainya banyak di kecam. Contohnya pemain Samiun lebih mirip jongos, Edward William terlalu muda dan leluconnya tengik, Mak Buyung lebih mirip orang setengah gila, dan banyak lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar