SUMBER : SUARA KARYA MINGGU, 29 JUNI 1975
Jangan Kompromi Dengan Produser
SIAPAKAH sutradara film komedi yang pantas dikedepankan? Dialah Nya Abbas Acup. Anak asuhan Usmar Ismail ini meskipun pendiam, ternyata mengindap rasa humor yang cukup parah bahkan bisa berubah jadi sinis. Maka bergaul dengan dia jika benar2 sudah “masuk” cukup menyenangkan: anda bisa mentertawakan rekan anda sendiri, tetapi tidak jarang dari dialog2 yang terloncat andapun bisa mentertawakan kebodohan anda sendiri. Menceritakan diri dan kariernya sutradara ini dengan terus terang mengakui, bahwa masuknya ke dunia film sebenarnya sekedar iseng saja. Waktu itu katanya kepada saya sambil mematikan lampu menjelang tidur dalam sebuah hotel di Medan, saya sedang asyik mengikuti kuliah di Fakultas Hukum UI. Saya kepengin jadi pengacara. Tapi pada suatu hari saya dihubungi teman bahwa Perfini mencari orang untuk dididik jadi asisten sutradara. Terdorong oleh jiwa petualangan saya dan juga ikut mencari tambahan uang saku kuliah, saya melamar. Saya diterima kemudian mulailah saya sedikit demi sedikit mengenal dunia film. Begitulah. Nya Abbas yang dilahirkan dari Ibu Jatim dan Ayah Aceh itu lalu mendapat kesempatan meneruskan studi sinematografinya ke Amerika. Dia sudah menikah dan karena itu bersama istrinya belajar selama dua tahun di Negara Uncle Sam itu. Menjadi sutradara film Abbas telah menelorkan banyak film2, ya sekitar 20-30an. Banyak ragam film yang diolahnya, namun yang pantas dicatat adalah film2 yang berjenis komedi itu. Dan menyebut film komedi yang berhasil dari tangannya tidaklah sukar Jendral Kancil, Tiga buronan dan Bing Slamet Koboi cengeng.
Cukong
Nya Abbas Acup ternyata tidak hanya tinggi sosok tubuhnya, tetapi konon tinggi pula honornya. Sudah tentu yang dipakai sebagai perbandingan bukan sutradara2 yang sekaligus merangkap produser macam Wim Umboh atau Syuman Djaya.
- Lantas apa yang menyebabkan anda “berharga” tinggi itu? Tanya saya ingin tahu.
+ Yah, sudah pasti prestasi kerja. Saya bekerja keras dan agak sulit diajak terlalu komproni dengan produser atau cukongnya. (Barangkali dari dialog ini anda teringat ucapan Teguh Karya yang nadanya sama waktu memberikan ceramah di TIM tempo hari: ‘jangan mau didekte cukong’).
- Baiklah tetapi untuk tidak dikompromi itu kan mengandung resiko. Anda bisa kehilangan produser?
+ Ya, sudah tentu. Saya bisa juga kehilangan produser. Tetapi itu pada akhirnya tergantung pada diri kita sendiri. Anda tahu, tahun ini saya sudah ditawari untuk menggarap tiga buah film, tetapi yang pasti sebuah saya tolak saya tidak cocok dengan jalan ceritanya.
- Saya dengar banyak sutradara yang terpaksa harus kompromi dengan produser karena alasan ekonomi?
+ Ya itu bisa dimengerti dan terserah masing2 orang. Tetapi kalau saya lebih cenderung untuk tidak berbuat demikian. Karena film merupakan tanggung jawab sutradara. Dan karena itu tidak bisa berbuat se-tengah2.
- Terima kasih
Cukong
Nya Abbas Acup ternyata tidak hanya tinggi sosok tubuhnya, tetapi konon tinggi pula honornya. Sudah tentu yang dipakai sebagai perbandingan bukan sutradara2 yang sekaligus merangkap produser macam Wim Umboh atau Syuman Djaya.
- Lantas apa yang menyebabkan anda “berharga” tinggi itu? Tanya saya ingin tahu.
+ Yah, sudah pasti prestasi kerja. Saya bekerja keras dan agak sulit diajak terlalu komproni dengan produser atau cukongnya. (Barangkali dari dialog ini anda teringat ucapan Teguh Karya yang nadanya sama waktu memberikan ceramah di TIM tempo hari: ‘jangan mau didekte cukong’).
- Baiklah tetapi untuk tidak dikompromi itu kan mengandung resiko. Anda bisa kehilangan produser?
+ Ya, sudah tentu. Saya bisa juga kehilangan produser. Tetapi itu pada akhirnya tergantung pada diri kita sendiri. Anda tahu, tahun ini saya sudah ditawari untuk menggarap tiga buah film, tetapi yang pasti sebuah saya tolak saya tidak cocok dengan jalan ceritanya.
- Saya dengar banyak sutradara yang terpaksa harus kompromi dengan produser karena alasan ekonomi?
+ Ya itu bisa dimengerti dan terserah masing2 orang. Tetapi kalau saya lebih cenderung untuk tidak berbuat demikian. Karena film merupakan tanggung jawab sutradara. Dan karena itu tidak bisa berbuat se-tengah2.
- Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar