Rabu, 26 Januari 2011

SEMBILAN JANDA GENIT / 1977



Dul Jitu (Mansjur Sjah) dicerai oleh istrinya, Murni (Susanna Caecillia), karena tidak punya pekerjaan. Murni lalu pergi ke Jakarta dan bergabung dengan delapan janda yang menghuni sebuah rumah. Mereka ini belajar menjadi foto model, peragawati, dll. Murni menjadi terkenal, karena itu ia diincar oleh banyak lelaki; termasuk Ebat (A. Hamid Arif) yang impoten, dan Broto (Zainal Abidin). Ebat hampir berhasil mendekati Murni, namun Broto membocorkan rahasianya pada istrinya. Murni akhirnya kembali lagi pada Dul Jitu.
P.T. INSANTRA FILM

SEMBILAN JANDA GENIT Sutradara: Iksan Lahardi Skenario: Pietradjaja Burnama Produser: Insantra Film
ALKISAH Dul Jitu (Mansyursyah) yang penganggur, setelah melewati pertengkaran sengit, harus berpisah dengan isterinya yang cakep. Murni namanya (Suzana Cecilia). Murni janda kembang dari Sukabumi ini, seperti halnya banyak orang menaruh harapan, berangkat ke Jakarta kota impian. Di sebuah rumah teman yang dituju, ia ternyata harus bergabung dengan 8 wanita lain-berstatus janda pula. Film drama rumah tangga? Anda keliru. Sebab di dalam film ini anda tidak perlu pusing-pusing mengusut asal usul ke 8 janda yang hot dan genit-genit itu. Itu soal tak terlalu penting di mata penulis skenario. Sementara itu di sebuah rumah tangga yang berkecukupan, pak Ebat (Hamid Arief) dikisahkan bertengkar juga dengan isterinya. Alasannya, supaya film ini tetap licin, anunya pak Ebat sering kehilangan tenaga. Pak Ebat harus berpisah dengan isterinya (Ruth Peloupesy). Dul yang merantau ke Jakarta, pernah menolong memasang ban mobil pak Ebat yang meletus di jalan, ternyata 'harus' bertemu lagi dengan pak Ebat. Ini tentu tidak disengaja Dul. Dan Dul sekali lagi memberikan pertolongan pada pak Ebat lewat jamu kuat lelakinya. Jadilah si miskin dan si kaya bersahabat dalam soal itu. Apa kerja 9 kucing betina ini sehari-harinya? Macam-macam. Dari foto model untuk majalah dan kalender, sampai menerima kencan dengan cukong. Tapi tidak jelas, apakah mereka bisa dibawa atau ada pilihan lain, penulis skenario rupanya agak lupa memberi tambahan informasi ini. Sebab agaknya ia lebih sibuk berurusan dengan senda gurau Si Otong yang cebol, pinggul janda yang bengkak, dan nyanyian abracadabra para janda dari pintu ke pintu kamar. Tapi tentu cerita tidak akan seronok kalau ke dalam kumpulan kucing itu tidak dimasukkan seekor atau beberapa ekor serigala. Pilihan penulis skenario ternyata pas, yang masuk ke tempat itu adalah pak Ebat yang sering loyo, bersaingan dengan pak Broto (Zainal Arifin). Siapa yang diperebutkan? Kalau yang dipertaruhkan janda yang biasa-biasa, dan tak ketahuan KTP-nya jauh sebelum film dimulai, tentu sutradara akan repot menyajikan informasi tambahan.

Pilihan jatuh pada Murni yang bintangnya lagi mencorong di rumah madu itu. Soalnya sih bukan apa-apa. Meski pun datang dari pelosok sana Murni ternyata cepat sekali beradaptasi dengan sikonnya. Dari cara berdandan dan bertutur sapa, tidak kentara lagi kalau dulu kakinya sering berkumuh dengan lumpur sawah. Namun cara bernyanyinya di taman nan bertelaga memang tetap saja macam penyanyi dang dut India asembling Jakarta. Kalau Dul, suaminya, menyanyi dengan polos meski kampungan, Murni tampil dengan lipstik di bibir dan odorono di ketiak. Sirik Pak Ebat hampir saja tampil sebagai pemenang, ketika ia berhasil mengajak rendevous Murni berikut 8 janda genit lainnya ke sebuah pantai. Amboi asoinya. Tapi pak Broto yang sirik, lewat adiknya, segera mengadukan perilaku pak Ebat ini kepada isterinya yang membuka salon. Klimaks terjadi ketika pak Ebat yang tengah fly itu, dipergoki isterinya. Ia pura-pura pingsan dengan kocaknya. Rupanya yang empunya cerita masih kepingin lebih seru lagi menyuguhkan gambar di pantai itu. Dul Jitu, entah naik kendaraan kuda terbang dibantu radar, sampai juga ke tempat itu tak kurang suatu apa. Anda bisa tebak. Pak Broto yang siap mengantongi Murni, kini harus berhadapan dengan Dul Jitu. Eh si Murni yang ternyata tetap berhati murni itu, kembali juga pada lelaki lecek kayak si Dul itu.

Sementara pak Ebat telah kembali ke pangkuan isterinya, 8 janda lainnya, dengan gampang satu-satu digaet seorang pemuda. Lancar to jalan ceritanya? Istimewanya film ini, sejak awal sampai akhir tidak ada cium gaya Melayu yang ngos-ngosan. Adu paha di ranjang juga tidak ada, apalagi sampai buka-bukaan yang menyebabkan jantung berdebar-debur. Bukan film seks, karena bikini yang tampil tidak memanggil-manggil syahwat. Film komedi? Bukan. Ia lebih tepat kalau disebut sebuah cerita seloroh -- yang memompa tragedi rumah tangga dengan urat kendor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar