NELSON WONG
Ia adalah kakak tertua dari Wong Bersaudara, Joshua dan Othniel, setalah ia sakit-sakitan ia tidak aktif lagi, tetapi diteruskan oleh adik-adiknya. Oleh karena itu tertulis film yang dikerjakan Joshua dan Onthniel.
Ia imigran dari Shanghai ke Jawa, lahir 1895. Pada tahun 1927 ia bekerja sebagai kasir di perkumpulan sandiwara Miss Riboet Orion pimpinan Tio Tek Djin. Saat itu sandiwara ini lagi jayanya, hingga saat m,ereka main di Bali, Nelson membuat rekaman film mengenai penari dan sebagainya. Ia menggunakan kamera filmnya yang sederhana, model kuno dengan kotak kayu yang diputar. Tio Tek Djin terperangah melihat anak buahnya yang kasir itu bisa membuat film.
Tadinya ia adalah produser film di Shanghai, karena perusahaannya bangkrut karena saingan dengan film Amerika, ia cari makan ke Jawa. Lalu Tio Tek Djin memutuskan untuk melangkah ke dalam pembuatan film cerita. Nelson setuju, asalkan Tio Tek Djin mau mendatangkan peralatannya dari Shanghai serta juga memboyong keluarganya yang ada di Shanghai ke Jawa, termasuk 2 adiknya, Joshua dan Othniel. Dan hal ini di setujui, Tio mengeluarkan uang banyak untuk itu, dan juga membeli bangunan bekas pabrik tepung tapioka daerah bojong loa Bandung. Untuk tempat tinggal wong dan juga studio.
Kelompok sandiwara ini selalu ramai, sehingga Tio memiliki dana yang kuat. Ia memiliki pengalaman dalam sandiwara dan juga memiliki sejumlah tokoh dalam sandiwaranya seperti Miss Riboet. Ternyata waktu diadakan tes kamera terhadap Miss Riboet wajahnya tidak tampak baik di kamera (camera face), sehingga hubungan mereka bubar dan Nelson mencari patner baru. Yaitu David Wong (bukan saudara dalam wong).
Meski bikin film tidak jadi Tapi niat Tio untuk memperkenalkan bisnis, pembuatan film ini untuk kalangan cina sukup disalutkan banyak orang atas keberaniannya, suatu bisnis modern, yang menuntut kreatifitas dan kecanggihan tehnologi.
Ia imigran dari Shanghai ke Jawa, lahir 1895. Pada tahun 1927 ia bekerja sebagai kasir di perkumpulan sandiwara Miss Riboet Orion pimpinan Tio Tek Djin. Saat itu sandiwara ini lagi jayanya, hingga saat m,ereka main di Bali, Nelson membuat rekaman film mengenai penari dan sebagainya. Ia menggunakan kamera filmnya yang sederhana, model kuno dengan kotak kayu yang diputar. Tio Tek Djin terperangah melihat anak buahnya yang kasir itu bisa membuat film.
Tadinya ia adalah produser film di Shanghai, karena perusahaannya bangkrut karena saingan dengan film Amerika, ia cari makan ke Jawa. Lalu Tio Tek Djin memutuskan untuk melangkah ke dalam pembuatan film cerita. Nelson setuju, asalkan Tio Tek Djin mau mendatangkan peralatannya dari Shanghai serta juga memboyong keluarganya yang ada di Shanghai ke Jawa, termasuk 2 adiknya, Joshua dan Othniel. Dan hal ini di setujui, Tio mengeluarkan uang banyak untuk itu, dan juga membeli bangunan bekas pabrik tepung tapioka daerah bojong loa Bandung. Untuk tempat tinggal wong dan juga studio.
Kelompok sandiwara ini selalu ramai, sehingga Tio memiliki dana yang kuat. Ia memiliki pengalaman dalam sandiwara dan juga memiliki sejumlah tokoh dalam sandiwaranya seperti Miss Riboet. Ternyata waktu diadakan tes kamera terhadap Miss Riboet wajahnya tidak tampak baik di kamera (camera face), sehingga hubungan mereka bubar dan Nelson mencari patner baru. Yaitu David Wong (bukan saudara dalam wong).
Meski bikin film tidak jadi Tapi niat Tio untuk memperkenalkan bisnis, pembuatan film ini untuk kalangan cina sukup disalutkan banyak orang atas keberaniannya, suatu bisnis modern, yang menuntut kreatifitas dan kecanggihan tehnologi.
LILY VAN JAVA | 1928 | NELSON WONG | Director Of Photography Director | |
RAMPOK PREANGER | 1929 | NELSON WONG | Director Of Photography Director | |
SI TJONAT | 1929 | NELSON WONG | Director |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar