DUO KRIBO
Difilm ini dibuat setelah Ambisi diputar yang bercerita tentang lagu-lagu pop yang hits melalui Bing Slamet penyiar radio, disutradarai Nyaa Abbas 1973, salah satu bentuk film musikal yang beda lagi muncul di musik Rock, film Duo Kribo ini 1977. Dan seterusnya muncul Dangdut dengn Rhoma Irama hingga ke film-film anak-anak seperti Ira Maya Sofa dan Kakek Ateng. Hampir membanjiri film musikal saat itu.
Duo Kribo adalah grup musik yang beranggotakan Ahmad Albar dan Ucok Harahap (vokalis AKA Band) yang tenar pada akhir tahun 1970-an. Pemberian nama grup ini menunjuk pada penampilan kedua penyanyi yang sama-sama berambut kribo. Selain itu duo ini pernah membuat film dengan nama yang sama dengan nama duo ini melalui film Duo Kribo pada tahun 1977.
Film ini dibintangi antara lain oleh Ucok Harahap dan Achmad Albar.Film ini mengisahkan persaingan dua rocker yang mengadu nasib di Jakarta. Achmad Albar kembali ke Indonesia setelah lulus dengan cum laude dari sebuah konservatori di Eropa, dan kemudian bermain musik rock. Sementara Ucok berasal dari kampung berhasrat menjadi penyanyi rock di Jakarta. Mereka berdua bersaing mengadu nasib di Jakarta untuk menggapai impiannya sebagai penyanyi tenar dengan mobil mewah. Meskipun demikian, akhirnya mereka bergabung dalam sebuah pertunjukan besar.
Difilm ini dibuat setelah Ambisi diputar yang bercerita tentang lagu-lagu pop yang hits melalui Bing Slamet penyiar radio, disutradarai Nyaa Abbas 1973, salah satu bentuk film musikal yang beda lagi muncul di musik Rock, film Duo Kribo ini 1977. Dan seterusnya muncul Dangdut dengn Rhoma Irama hingga ke film-film anak-anak seperti Ira Maya Sofa dan Kakek Ateng. Hampir membanjiri film musikal saat itu.
Duo Kribo adalah grup musik yang beranggotakan Ahmad Albar dan Ucok Harahap (vokalis AKA Band) yang tenar pada akhir tahun 1970-an. Pemberian nama grup ini menunjuk pada penampilan kedua penyanyi yang sama-sama berambut kribo. Selain itu duo ini pernah membuat film dengan nama yang sama dengan nama duo ini melalui film Duo Kribo pada tahun 1977.
Kolaborasi ini muncul ketika AKA dengan vokalis Ucok Harahap pecah dan Achmad Albar dengan God Bless mulai sepi order. Duet ini memang sangat berhasil apalagi album-album Duo Kribo meledak di pasaran sampai terjual 100.000 kaset. Selain itu duo ini pernah membuat film dengan nama yang sama dengan nama duo ini melalui film Duo Kribo pada tahun 1977. Kesuksesan Duo Kribo tidak hanya di Indonesia akan tetapi merambah ke Malaysia dan Singapura.
NEWS DUO
Sensasi Achmad Albar-Ucok Harahap dalam Duo Kribo oleh Agustino / KPMI
Era tahun 1970-an banyak sekali bermunculan grup-grup rock top tanah air, antara lain AKA, Rollies, Giant Step, Freedom of Rhapsodia, Barong's Band, SAS, Super Kid, dan God Bless. Band-band tersebut memiliki performa yang begitu spektakuler dan menggebrak panggung rock nusantara.
Namun sayang penjualan dari album-album grup tersebut kurang begitu bagus, kecuali God Bless, lewat album Huma di Atas Bukit (1975). Namun, ketika pentas rock nasional mulai dirundung paceklik dan grup-grup rock tersebut mulai sepi order, tiba-tiba dunia permusikkan nasional terutama rock dihebohkan dengan hadirnya duet maut antara Achmad Albar (God Bless) dengan Ucok Harahap (AKA). Mereka berdua bersekutu dalam Duo Kribo di tahun 1977.
Kolaborasi ini tentu saja menyita perhatian dari para fans keduanya serta para pecinta musik rock tanah air. Karena pada kenyataannya kedua rocker itu saling bersaingan apalagi mereka sama-sama mengusung musik cadas. Namun bagi produser mereka tidak memandang dari sisi itu, akan tetapi mereka melihat persamaan fisik yaitu sama-sama berambut kribo yang memang pada waktu itu menjadi tren bagi kawula muda.
Penasaran pecinta rock Kolaborasi ini muncul ketika AKA alias Apotik Kali Asin pimpinan Ucok pecah dan Achmad dengan God Bless-nya mulai sepi order manggung. Duet ini memang sangat berhasil apalagi album-album Duo Kribo meledak di pasaran sampai terjual 100.000 kaset. Angka tersebut di era 1970-an sudah sangat fenomenal bagi ukuran musik rock yang memang waktu itu pasar jenis musik ini sangat kecil.
Keberhasilan album-album mereka didasarkan pada rasa penasaran para pecinta musik rock. Mereka ingin tahu seperti apa sih kalau duo superstar bersatu dalam satu album rekaman. Koki musik dari album-album Duo Kribo ditangani oleh gitaris God Bless, Ian Antono, yang dibayar Rp 300 ribu - untuk satu album. Duo Kribo memiliki 4 buah album yang semuanya meraih sukses besar. Album pertama bertajuk Duo Kribo Volume 1 (Irama Tara, 1977) terdiri dari 8 lagu yaitu 'Monalisa', 'Neraka Jahanam', 'Rahmat dan Cinta', 'Cukong Tua', 'Discotique', 'Wadam', 'Kenangan' dan 'Kami Datang'.
Album tersebut menghasilkan hits legendaris seperti 'Neraka Jahanam', 'Rahmat dan Cinta', dan 'Monalisa'. Lagu 'Neraka Jaahanam' kemudian dipopulerkan kembali oleh penyanyi rock, Pungki Deaz, di era 1980-an yang termuat dalam Album 20 karya arranger, Ian Antono, (Musica Studio, 1999) serta oleh grup rock top saat ini, Boomerang dalam album Segitiga (Logiss Record, 1998). Sementara itu, lagu 'Cukong Tua' dinyanyikan kembali oleh mantan penyanyi rock grup Dara Puspita, Titiek Hamzah, dalam album Tragedi (Jackson Record, 1982).
Sukses album pertama membuat Duo Kribo merilis Volume II (Irama Tara, 1978). Album ini terdiri dari 9 lagu, yaitu 'Pelacur Tua', 'Hidup Sederhana', 'Penari Jalang', 'Pacaran', 'Menunggu', 'Tertipu Lagi', 'Rumah Hantu', 'Fajar Menikam', dan Hujan. Ian Antono dalam album kedua ini mengajak sesama rekannya di God Bless, Yockie Suryoprayogo, untuk mempermanis lagu-lagu slow lewat sentuhan jarinya pada piranti keyboard.
Album kedua ini melahirkan hits legendaris seperti 'Penari Jalang' dan 'Pelacur Tua'. Lagu 'Fajar Menikam' dan 'Hujan' kembali dinyanyikan oleh Grace Simon dalam album Grace Simon 1979 (Musica Studio, 1979). Lagu 'Hujan' dan 'Tertipu Lagi' juga didaurulang oleh Achmad Albar, Nicky Astria, dan Ian Antono, dalam bentuk akustik yang tertuang dalam album Jangan Ada Luka (HP Record, 1996).
Pada tahun 2004, grup top era ini, GIGI, juga mendaur-ulang lagu 'Tertipu Lagi' yang tertuang dalam album Tribute To Ian Antono (Sony Music Indonesia, 2004). Album kedua Duo Kribo ini sempat menimbulkan kontroversi dalam spot iklan di TVRI terutama lagu 'Penari Jalang' dan 'Pelacur Tua'. Duo Kribo kembali meluncurkan Volume III Special Edition (Irama Tara, 1978) yang menghadirkan 8 lagu baru di side A. Yaitu 'Terkekang', 'Indahnya Cinta', 'Selamat Tidur Raja', 'Rayuan Harta, 'Penjual Jamu', 'Pantai Sunyi', 'Kenyataan', dan 'Nenek Antri Permen'. Di side B terdapat 8 lagu lama yaitu 'Tertipu Lagi', 'Pelacur Tua', 'Fajar Menikam', 'Penari Jalang', 'Monalisa', 'Neraka Jahanam', 'Rahmat & Cinta', dan 'Discotique'.
Sensasi Achmad Albar-Ucok Harahap dalam Duo Kribo oleh Agustino / KPMI
Era tahun 1970-an banyak sekali bermunculan grup-grup rock top tanah air, antara lain AKA, Rollies, Giant Step, Freedom of Rhapsodia, Barong's Band, SAS, Super Kid, dan God Bless. Band-band tersebut memiliki performa yang begitu spektakuler dan menggebrak panggung rock nusantara.
Namun sayang penjualan dari album-album grup tersebut kurang begitu bagus, kecuali God Bless, lewat album Huma di Atas Bukit (1975). Namun, ketika pentas rock nasional mulai dirundung paceklik dan grup-grup rock tersebut mulai sepi order, tiba-tiba dunia permusikkan nasional terutama rock dihebohkan dengan hadirnya duet maut antara Achmad Albar (God Bless) dengan Ucok Harahap (AKA). Mereka berdua bersekutu dalam Duo Kribo di tahun 1977.
Kolaborasi ini tentu saja menyita perhatian dari para fans keduanya serta para pecinta musik rock tanah air. Karena pada kenyataannya kedua rocker itu saling bersaingan apalagi mereka sama-sama mengusung musik cadas. Namun bagi produser mereka tidak memandang dari sisi itu, akan tetapi mereka melihat persamaan fisik yaitu sama-sama berambut kribo yang memang pada waktu itu menjadi tren bagi kawula muda.
Penasaran pecinta rock Kolaborasi ini muncul ketika AKA alias Apotik Kali Asin pimpinan Ucok pecah dan Achmad dengan God Bless-nya mulai sepi order manggung. Duet ini memang sangat berhasil apalagi album-album Duo Kribo meledak di pasaran sampai terjual 100.000 kaset. Angka tersebut di era 1970-an sudah sangat fenomenal bagi ukuran musik rock yang memang waktu itu pasar jenis musik ini sangat kecil.
Keberhasilan album-album mereka didasarkan pada rasa penasaran para pecinta musik rock. Mereka ingin tahu seperti apa sih kalau duo superstar bersatu dalam satu album rekaman. Koki musik dari album-album Duo Kribo ditangani oleh gitaris God Bless, Ian Antono, yang dibayar Rp 300 ribu - untuk satu album. Duo Kribo memiliki 4 buah album yang semuanya meraih sukses besar. Album pertama bertajuk Duo Kribo Volume 1 (Irama Tara, 1977) terdiri dari 8 lagu yaitu 'Monalisa', 'Neraka Jahanam', 'Rahmat dan Cinta', 'Cukong Tua', 'Discotique', 'Wadam', 'Kenangan' dan 'Kami Datang'.
Album tersebut menghasilkan hits legendaris seperti 'Neraka Jahanam', 'Rahmat dan Cinta', dan 'Monalisa'. Lagu 'Neraka Jaahanam' kemudian dipopulerkan kembali oleh penyanyi rock, Pungki Deaz, di era 1980-an yang termuat dalam Album 20 karya arranger, Ian Antono, (Musica Studio, 1999) serta oleh grup rock top saat ini, Boomerang dalam album Segitiga (Logiss Record, 1998). Sementara itu, lagu 'Cukong Tua' dinyanyikan kembali oleh mantan penyanyi rock grup Dara Puspita, Titiek Hamzah, dalam album Tragedi (Jackson Record, 1982).
Sukses album pertama membuat Duo Kribo merilis Volume II (Irama Tara, 1978). Album ini terdiri dari 9 lagu, yaitu 'Pelacur Tua', 'Hidup Sederhana', 'Penari Jalang', 'Pacaran', 'Menunggu', 'Tertipu Lagi', 'Rumah Hantu', 'Fajar Menikam', dan Hujan. Ian Antono dalam album kedua ini mengajak sesama rekannya di God Bless, Yockie Suryoprayogo, untuk mempermanis lagu-lagu slow lewat sentuhan jarinya pada piranti keyboard.
Album kedua ini melahirkan hits legendaris seperti 'Penari Jalang' dan 'Pelacur Tua'. Lagu 'Fajar Menikam' dan 'Hujan' kembali dinyanyikan oleh Grace Simon dalam album Grace Simon 1979 (Musica Studio, 1979). Lagu 'Hujan' dan 'Tertipu Lagi' juga didaurulang oleh Achmad Albar, Nicky Astria, dan Ian Antono, dalam bentuk akustik yang tertuang dalam album Jangan Ada Luka (HP Record, 1996).
Pada tahun 2004, grup top era ini, GIGI, juga mendaur-ulang lagu 'Tertipu Lagi' yang tertuang dalam album Tribute To Ian Antono (Sony Music Indonesia, 2004). Album kedua Duo Kribo ini sempat menimbulkan kontroversi dalam spot iklan di TVRI terutama lagu 'Penari Jalang' dan 'Pelacur Tua'. Duo Kribo kembali meluncurkan Volume III Special Edition (Irama Tara, 1978) yang menghadirkan 8 lagu baru di side A. Yaitu 'Terkekang', 'Indahnya Cinta', 'Selamat Tidur Raja', 'Rayuan Harta, 'Penjual Jamu', 'Pantai Sunyi', 'Kenyataan', dan 'Nenek Antri Permen'. Di side B terdapat 8 lagu lama yaitu 'Tertipu Lagi', 'Pelacur Tua', 'Fajar Menikam', 'Penari Jalang', 'Monalisa', 'Neraka Jahanam', 'Rahmat & Cinta', dan 'Discotique'.
Film Duo Kribo
Sukses dengan 3 album membuat mereka dilirik oleh Perusahaan Film Intercine untuk membuat film Duo Kribo yang dirilis tahun 1978 dan disutradarai oleh Edward Sirait yang menampilkan Achmad Albar, Ucok Harahap, Grace Simon, dan Eva Arnaz. Film ini mengisahkan tentang dua saudara kembar yaitu Albar dan Ucok. Keduanya sama-sama berkecimpung dalam dunia musik.
Ucok yang diasuh dan dibesarkan di Medan merupakan penyanyi lagu-lagu melankolis sementara Albar yang dibesarkan di Jakarta dan sempat belajar serta bermain musik di Eropa adalah penyanyi lagu-lagu berirama cadas dan kembali ke Indonesia menebar ancaman bagi Ucok. Mereka akhirnya bertemu dan sama-sama memiliki banyak penggemar yang kemudian diduetkan oleh cukong musik di Indonesia.
Ketika film tersebut dikerjakan, mereka bersama Ian Antono juga membuat album keempat bertajuk Dunia Panggung Sandiwara (Musica, 1978). Album tersebut terdiri dari 11 lagu, yaitu 'Aku Harus Jadi Superstar', 'Duo Kribo', 'Uang', 'Panggung Sandiwara', 'Kenangan Elvis', 'Sang Cinta, 'Mencarter Roket', 'Ibu', 'Semut', 'Superstar', dan 'Anak Muda' (menampilkan Grace Simon) plus 2 buah instrumen yaitu insrumentalia 'Di Pantai Bina Ria' dan 'Air Port Halim'.
Album ini menghasilkan hits legendaris dan sangat terkenal sampai ke dataran ASEAN. Lagu tersebut adalah 'Dunia Panggung Sandiwara' yang liriknya ditulis oleh penyair tersohor Indonesia, Taufik Ismail. Lagu ini dijadikan sebagai salah satu master piece milik 'dewa gitar ASEAN', julukan bagi Ian Antono. God Bless sering membawakan lagu tersebut di setiap kali pementasan mereka.
Lagu tersebut juga pernah dipopulerkan kembali oleh Grace Simon, Nicky Astria, (alm) Nike Ardilla, Ramli Syarif (rocker Singapura), dan Sheila On 7. Lirik yang ditulis oleh Taufik Ismail begitu sederhana, tapi maknanya sangat dalam dan mampu diberikan sentuhan musik yang sangat indah oleh Ian Antono.
Rambah ke negara jiran
Keberhasilan album-album Duo Kribo tidak hanya di Indonesia akan tetapi merambah ke Malaysia dan Singapura. Album mereka sukses, karena musik Duo Kribo memang lebih simpel dan mudah dicerna apalagi lirik yang sebagian besar ditulis oleh Achmad Albar sangat pas untuk kawula muda era 70-an. Lagu-lagu Duo Kribo dianggap sebagai model lagu rock Indonesia. Namun sayang dari 4 album yang diluncurkan tidak ada kolaborasi yang istimewa. Vokal lebih banyak diisi oleh Achmad Albar (God Bless) sedangkan Ucok hanya menyesuaikan saja apalagi waktu itu Ucok harus bolak-balik Jakarta-Surabaya.
Proyek Duo Kribo hanya sebatas pada unsur persamaan fisik yaitu kedua-duanya sama-sama berambut kribo. Apabila mereka diduetkan secara serius oleh sang produser mungkin hasilnya akan lebih dahsyat. Sementara Achmad Albar, Ucok Harahap, dan Ian Antono, nampaknya juga terbentur masalah waktu. Seharusnya mereka tidak harus berpikir jauhnya jarak antara Jakarta - Surabaya. Memang betul apa yang pernah diutarakan oleh Achmad Albar bahwa suksesnya album-album Duo Kribo karena para fans Ucok 'AKA' Harahap dan Achmad Albar di samping faktor musik yang mudah dicerna.
Dominannya vokal Iyek (panggilan akrab Achmad Albar) memang menonjol sekali, namun tetap mampu membuat Duo Kribo berkibar di era 70-an. Proyek Duo Kribo mampu menggodok uang banyak, karena lebih komersil dan lebih diterima oleh para pecinta musik tanah air ketimbang album God Bless, AKA atau The Rollies.
Hal ini diakui oleh Albar dari God Bless dan Ucok dari AKA. Tahun 2001, duet ini sempat nongol lagi mengisi acara di salah satu stasiun televisi swasta bahkan pernah menyatakan akan rekaman lagi. Namun sayang itu semua hanya khayalan karena Iyek lebih mengutamakan God Bless ketimbang Duo Kribo.
Diskografi Duo Kribo 1977 : Duo Kribo Vol 1 (Irama Tara) 1978 : Duo Kribo Vol 2 (Irama Tara) 1978 : Duo Kribo Vol 3 (Irama Tara) 1978 : Panggung Sandiwara (Musica)
Sukses dengan 3 album membuat mereka dilirik oleh Perusahaan Film Intercine untuk membuat film Duo Kribo yang dirilis tahun 1978 dan disutradarai oleh Edward Sirait yang menampilkan Achmad Albar, Ucok Harahap, Grace Simon, dan Eva Arnaz. Film ini mengisahkan tentang dua saudara kembar yaitu Albar dan Ucok. Keduanya sama-sama berkecimpung dalam dunia musik.
Ucok yang diasuh dan dibesarkan di Medan merupakan penyanyi lagu-lagu melankolis sementara Albar yang dibesarkan di Jakarta dan sempat belajar serta bermain musik di Eropa adalah penyanyi lagu-lagu berirama cadas dan kembali ke Indonesia menebar ancaman bagi Ucok. Mereka akhirnya bertemu dan sama-sama memiliki banyak penggemar yang kemudian diduetkan oleh cukong musik di Indonesia.
Ketika film tersebut dikerjakan, mereka bersama Ian Antono juga membuat album keempat bertajuk Dunia Panggung Sandiwara (Musica, 1978). Album tersebut terdiri dari 11 lagu, yaitu 'Aku Harus Jadi Superstar', 'Duo Kribo', 'Uang', 'Panggung Sandiwara', 'Kenangan Elvis', 'Sang Cinta, 'Mencarter Roket', 'Ibu', 'Semut', 'Superstar', dan 'Anak Muda' (menampilkan Grace Simon) plus 2 buah instrumen yaitu insrumentalia 'Di Pantai Bina Ria' dan 'Air Port Halim'.
Album ini menghasilkan hits legendaris dan sangat terkenal sampai ke dataran ASEAN. Lagu tersebut adalah 'Dunia Panggung Sandiwara' yang liriknya ditulis oleh penyair tersohor Indonesia, Taufik Ismail. Lagu ini dijadikan sebagai salah satu master piece milik 'dewa gitar ASEAN', julukan bagi Ian Antono. God Bless sering membawakan lagu tersebut di setiap kali pementasan mereka.
Lagu tersebut juga pernah dipopulerkan kembali oleh Grace Simon, Nicky Astria, (alm) Nike Ardilla, Ramli Syarif (rocker Singapura), dan Sheila On 7. Lirik yang ditulis oleh Taufik Ismail begitu sederhana, tapi maknanya sangat dalam dan mampu diberikan sentuhan musik yang sangat indah oleh Ian Antono.
Rambah ke negara jiran
Keberhasilan album-album Duo Kribo tidak hanya di Indonesia akan tetapi merambah ke Malaysia dan Singapura. Album mereka sukses, karena musik Duo Kribo memang lebih simpel dan mudah dicerna apalagi lirik yang sebagian besar ditulis oleh Achmad Albar sangat pas untuk kawula muda era 70-an. Lagu-lagu Duo Kribo dianggap sebagai model lagu rock Indonesia. Namun sayang dari 4 album yang diluncurkan tidak ada kolaborasi yang istimewa. Vokal lebih banyak diisi oleh Achmad Albar (God Bless) sedangkan Ucok hanya menyesuaikan saja apalagi waktu itu Ucok harus bolak-balik Jakarta-Surabaya.
Proyek Duo Kribo hanya sebatas pada unsur persamaan fisik yaitu kedua-duanya sama-sama berambut kribo. Apabila mereka diduetkan secara serius oleh sang produser mungkin hasilnya akan lebih dahsyat. Sementara Achmad Albar, Ucok Harahap, dan Ian Antono, nampaknya juga terbentur masalah waktu. Seharusnya mereka tidak harus berpikir jauhnya jarak antara Jakarta - Surabaya. Memang betul apa yang pernah diutarakan oleh Achmad Albar bahwa suksesnya album-album Duo Kribo karena para fans Ucok 'AKA' Harahap dan Achmad Albar di samping faktor musik yang mudah dicerna.
Dominannya vokal Iyek (panggilan akrab Achmad Albar) memang menonjol sekali, namun tetap mampu membuat Duo Kribo berkibar di era 70-an. Proyek Duo Kribo mampu menggodok uang banyak, karena lebih komersil dan lebih diterima oleh para pecinta musik tanah air ketimbang album God Bless, AKA atau The Rollies.
Hal ini diakui oleh Albar dari God Bless dan Ucok dari AKA. Tahun 2001, duet ini sempat nongol lagi mengisi acara di salah satu stasiun televisi swasta bahkan pernah menyatakan akan rekaman lagi. Namun sayang itu semua hanya khayalan karena Iyek lebih mengutamakan God Bless ketimbang Duo Kribo.
Diskografi Duo Kribo 1977 : Duo Kribo Vol 1 (Irama Tara) 1978 : Duo Kribo Vol 2 (Irama Tara) 1978 : Duo Kribo Vol 3 (Irama Tara) 1978 : Panggung Sandiwara (Musica)
News For Film35mm.
Pemutaran film produksi 1978 yang skenarionya ditulis Remy Sylado itu untuk merayakan ditemukannya kembali kopi film tersebut dalam format 35 milimeter di Inter Studio, Jakarta.
Sejak diputar di sejumlah bisokop di seluruh Indonesia sekitar 32 tahun silam, master film itu kemudian menghilang begitu saja, tanpa ada kejelasan musababnya. Sekitar tiga bulan lalu, saat Ucok AKA Harahap sakit keras, tim dari Kineforum mencoba menelusuri kembali keberadaan film klasik tersebut. Beruntung, saat ditemukan, sekitar 80 persen kondisi film itu masih cukup baik, masih bisa diputar.
Boleh dibilang Duo Kribo arahan sutradara Eduard Pesta Sirait merupakan film musikal terbaik yang pernah diproduksi sineas Indonesia. Film legendaris tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah musik rock di Tanah Air.
Kita tahu, Duo Kribo sendiri adalah proyek kolaborasi musikal sukses antara vokalis grup rock God Bless, Ahmad Albar, dan vokalis grup AKA, Ucok Harahap, pada 1977. Duo itu telah merilis sekitar empat album dan rata-rata albumnya meledak di pasar. Bahkan popularitas mereka merambah hingga ke Singapura dan Malaysia. Ucok AKA meninggal pada Desember 2009.
Setelah Duo Kribo, sejumlah sineas kita mencoba mengikuti jejak membuat film musikal atau film yang mengambil tema musik. Tahun lalu, misalnya, Garin Nugroho merilis film Generasi Biru, yang berkisah tentang band Slank. Sebelumnya, ada pula sineas yang mencoba membumbui filmnya dengan musik, seperti Punk in Love, Realita Cinta dan Rock n Roll, dan Garasi.
Sebagai film musikal, Generasi Biru boleh dibilang cukup berhasil. Film yang dibintangi para personel grup rock Slank itu mengidentitaskan musik sebagai bentuk perlawanan. Dalam film itu, lewat lagu-lagu yang dibawakannya, Slank mengkritik pemerintah yang korup dan menyuarakan antikemapanan terhadap norma sosial yang membelenggu.
Dalam film Punk in Love, musik lebih tergambar sebagai identitas komunitas. Misalnya, dalam adegan ketika anak-anak punk terpaksa mengamen di lampu merah dengan membawakan lagu-lagu dangdut. Ada ironi yang disodorkan, komunitas punk yang biasanya mengusung musik rock metal terpaksa mendendangkan dangdut demi sesuap nasi.
Ya, bila dibandingkan dengan Duo Kribo, substansi cerita sejumlah film musikal yang hadir belakangan cukup jauh berbeda. Duo Kribo benar-benar berhasil menyuguhkan realitas yang mewarnai kondisi musik di Tanah Air, khususnya rock, lengkap dengan segala macam konflik yang masih relevan hingga sekarang.
Misalnya, adegan ketika Ucok AKA akan mengikat kontrak dengan sebuah label rekaman. Di situ digambarkan bagaimana berkuasanya seorang bos rekaman. Atau, adegan ketika penabuh drum band Ahmad Albar yang hengkang dan pindah ke grup Ucok karena perbedaan pandangan. Konflik seperti itu masih banyak ditemui pada band sekarang.
Film Duo Kribo diakui sejumlah kritikus sebagai tolok ukur perjalanan musik rock di Indonesia. Lewat musik rock yang diusungnya, film tersebut menggambarkan kondisi realitas industri musik di Tanah Air yang masih acap ditemui hingga kini.
Pemutaran film produksi 1978 yang skenarionya ditulis Remy Sylado itu untuk merayakan ditemukannya kembali kopi film tersebut dalam format 35 milimeter di Inter Studio, Jakarta.
Sejak diputar di sejumlah bisokop di seluruh Indonesia sekitar 32 tahun silam, master film itu kemudian menghilang begitu saja, tanpa ada kejelasan musababnya. Sekitar tiga bulan lalu, saat Ucok AKA Harahap sakit keras, tim dari Kineforum mencoba menelusuri kembali keberadaan film klasik tersebut. Beruntung, saat ditemukan, sekitar 80 persen kondisi film itu masih cukup baik, masih bisa diputar.
Boleh dibilang Duo Kribo arahan sutradara Eduard Pesta Sirait merupakan film musikal terbaik yang pernah diproduksi sineas Indonesia. Film legendaris tersebut menjadi bagian penting dalam sejarah musik rock di Tanah Air.
Kita tahu, Duo Kribo sendiri adalah proyek kolaborasi musikal sukses antara vokalis grup rock God Bless, Ahmad Albar, dan vokalis grup AKA, Ucok Harahap, pada 1977. Duo itu telah merilis sekitar empat album dan rata-rata albumnya meledak di pasar. Bahkan popularitas mereka merambah hingga ke Singapura dan Malaysia. Ucok AKA meninggal pada Desember 2009.
Setelah Duo Kribo, sejumlah sineas kita mencoba mengikuti jejak membuat film musikal atau film yang mengambil tema musik. Tahun lalu, misalnya, Garin Nugroho merilis film Generasi Biru, yang berkisah tentang band Slank. Sebelumnya, ada pula sineas yang mencoba membumbui filmnya dengan musik, seperti Punk in Love, Realita Cinta dan Rock n Roll, dan Garasi.
Sebagai film musikal, Generasi Biru boleh dibilang cukup berhasil. Film yang dibintangi para personel grup rock Slank itu mengidentitaskan musik sebagai bentuk perlawanan. Dalam film itu, lewat lagu-lagu yang dibawakannya, Slank mengkritik pemerintah yang korup dan menyuarakan antikemapanan terhadap norma sosial yang membelenggu.
Dalam film Punk in Love, musik lebih tergambar sebagai identitas komunitas. Misalnya, dalam adegan ketika anak-anak punk terpaksa mengamen di lampu merah dengan membawakan lagu-lagu dangdut. Ada ironi yang disodorkan, komunitas punk yang biasanya mengusung musik rock metal terpaksa mendendangkan dangdut demi sesuap nasi.
Ya, bila dibandingkan dengan Duo Kribo, substansi cerita sejumlah film musikal yang hadir belakangan cukup jauh berbeda. Duo Kribo benar-benar berhasil menyuguhkan realitas yang mewarnai kondisi musik di Tanah Air, khususnya rock, lengkap dengan segala macam konflik yang masih relevan hingga sekarang.
Misalnya, adegan ketika Ucok AKA akan mengikat kontrak dengan sebuah label rekaman. Di situ digambarkan bagaimana berkuasanya seorang bos rekaman. Atau, adegan ketika penabuh drum band Ahmad Albar yang hengkang dan pindah ke grup Ucok karena perbedaan pandangan. Konflik seperti itu masih banyak ditemui pada band sekarang.
Film Duo Kribo diakui sejumlah kritikus sebagai tolok ukur perjalanan musik rock di Indonesia. Lewat musik rock yang diusungnya, film tersebut menggambarkan kondisi realitas industri musik di Tanah Air yang masih acap ditemui hingga kini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar