Tampilkan postingan dengan label SERANGAN FAJAR / 1981. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SERANGAN FAJAR / 1981. Tampilkan semua postingan

Selasa, 01 Februari 2011

SERANGAN FAJAR / 1981

SERANGAN FAJAR


Mengisahkan tentang 3 bagian drama sejarah yang menetukan nasib bangsa Indonesia di tahun 1945, dimana perang telah berakhir dan Indonesia berusaha meraih kemerdekaannya. Kisah ini mengambil tokoh seorang paman dan keponakannya (Temon), dimana kisah ini menceritakan tentang sang paman yang berusaha untuk mendapatkan cinta dari gadis pujaannya sedangkan keponakannya sendiri lebih dalam usahanya dalam menunggu ayahnya yang berprofesi sebagai tentara kembali dari medan peperangan.
 
Film ini dibuat dengan biaya yang banyak sekali saat itu. Dengan maksud mengawetkan sejarah, pihak pemerintah membuat film ini melalui PPFN (Pusat Produksi Film Negara). Saat Usamr Ismail membuat film Enam Jam Di Jogja, juga Franky Rorimpandey dalam Wolter Monginsidi tidak memakai dana pemerintah.
 
Film Arifin ini yang patut di puji adalah terdiri dari 4 episode. Masing-masing peristiwa bendera di gedung Agung, pertempuran Kota Baru, Penyerbuan lapangan terbang Maguwo, dan Serangan Fajar atas kota-kota yang diduduki Belanda. Empat episode ini terjadi di awal revolusi.
 
Penyobekan bendera Belanda. Pertempuran Kota Baru adalah pertempuran antara pemuda Jogjakarta yang dipimpin oleh Suharto (presiden RI), melawan Jepang yang enggan menyerahkan senjata mereka. Dengan senjata itu mereka menyerbu lapangan terbang Maguwo yang masih di duduki Jepang. Sitaan pesawat di bandara itu diserahkan pada penerbangan Adisucipto. Dengan pesawat itu pemuda AURI menyerang kota SEmarang, Salatiga dan Ambarawa yang masih dikuasi Belanda.Untuk merangkai 4 cerita ini Arifin memakai anak kecil yang bernama Temon. Temon adalah anak tunggal keluarga miskin yang ayahnya dibunuh Jepang. Lewat Temon inilah penonton berkenalan dengan tokoh yang lainnya, salah satunya Romo (Atmoroso Katamsi), seorang bangsawan yang berubah sosial akibat revolusi. Penonton berkenalan dengan tokoh Romo akibat Ragil, paman Temon. yang bekerja sebagai jongos keluarga Romo. Revolusi memecahkan keluarga romo dalam dua golongan. Golongan yang sadar akan perubahan jaman, dipimpin oleh Romo disertai dua anaknya,Danur yang ikut gerlia dan Danur yang mencintai Ragil, bekas pembantunya.Golongan yang menentang perubahan dipimpin istri Romo, disertai oleh Darun salah satu putri keluarga bangsawan tersebut. Ibu dan Darun menentang pacaran Sito dan Ragil. Dan romo berkata: "Saat ini kkita sudah tidak bisa lagi membedakan mana yang abdi dan mana yang ndoro." Sedangkan Danur bermohon agar tidak lagi dipanggil Den (Raden).Arifin menjelaskan tokoh ibu agar konflik keluarga ini tidak sederhana, dan ternyata ibu dari kalangan rendah, dan menjadi bangsawan karena perkawinan dengan Romo. Oleh karebna itu ibu tidak suka Sito kawin dengan Ragil yang akan menurunkan statusnya ke awqal sebagai wanita rendahan. Dan cara yang ditempuh ibu adalah mengusir Ragil, dan menyakitkan hati Danur, hingga ia akhirnya meninggalkan rumahnya dan bergabung dengan para pejuang.
 
SERANGAN FAJAR Pemain: Antonius Yacobus, Dani Marsuni, Amoroso Katamsi, Suwastinah, Suparmi, Nunuk, Chaerul Umam, Skenario & Sutradara: Arifin C. Noor. Film ini memberi kesan lain dari kebanyakan film Indonesia, terutama dari segi sinefotografinya. Sebagian besar adegan terpampang dalam warna tunggal kehijauan atau kecokelatan -- seakan kita membalik kembali album lama. Ini memang kisah masa lalu -- masa perang kemerdekaan -- dan dalam hal itu ide dan emosi berpaut bagus dengan teknik. Agak sayang film ini mengalami kesulitan bercerita. Kisahnya terdiri dari tiga lapis. Lapis pertama kisah bocah Temon, saksi dalam masa yang bergolak hebat. Lapis kedua kisah keluarga (Amoroso Katamsi), para ningrat yang kena angin perubahan di masa republik ditempa. Lapis ketiga sebuah kisah resmi: bagaimana pelbagai angkatan bersenjata tumbuh dan bergerak, dengan tokoh sentral pemuda yang kini jadi Presiden Soeharto. 

KETIKA lapis itu dicoba dipertautkan oleh Arifin, tapi tidak luluh benar. Keberaniannya bereksperimen memang bisa menyebabkan kita berdecakk-ck-ck, tapi sebuah "propaganda patriotisme," seperti dikatakan sendiri oleh sutradaranya tentang film ini, akan lebih menggugah jika penonton tidak disibukkan menyesuaikan diri dengan eksperimen itu. Termasuk eksperimen untuk berkisah dengan cara wayang: ada gunungan, ada goro-goro, bahkan ada semacam suluk. Toh Arifin tetap menunjukkan keunggulannya sebagai sutradara yang lama berpengalaman dengan para pemain pentas: dia bisa membikin seorang yang hampir nol menjadi tujuh angkanya dalam memainkan peran. Terbukti dari permainan Dani Marsuni sebagai Temon, yang baru pertama kali itu berhadapan dengan kamera. Dani berperan dengan mantap, mengimbangi Suparmi yang melakonkan tokoh Mbah, seorang pemain dari dunia ketoprak. Dan Amoroso Katamsi yang berperan amat meyakinkan sebagai tokoh ningrat. Keduanya, Suparmi dan Amoroso Katamsi, tepat dipilih sebagai pemeran pembantu pria dan wanita terbaik tahun ini