Tampilkan postingan dengan label PERTIWI / 1955. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PERTIWI / 1955. Tampilkan semua postingan

Senin, 06 Juli 2020

PERTIWI / 1955


Coba menarik minat publik, yang sedang menggemari film banyak lagu dan tari dari Malaya. Diikutkan juga bintang dari negeri jiran yang kini disebut Malaysia itu, Nurlaila dan Kartinah. Ceritanya sendiri kurang logis, tapi tertutup oleh irama tari dan nyanyi.

Pelawak Malaya (Malaysia) asal Indonesia, Daeng Harris, coba melanjutkan karier di Indonesia.

Lahir di Ujung Pandang (sekarang Makassar), 10 Agustus 1911. Awalnya ia adalah pemain sandiwara. Karir seninya di mulai di panggung sandiwara Moon Light sekitar tahun 30-an. Karirnya di film sendiri bermula saat ia bersama rombongan sandiwara Asmarandana yang di ikutinya tiba di Singapura pada tahun 1939. Ketika itu ia di tawari untuk bermain dalam film Ibu Bidjaksana produksi Chan’s & Christy film, Singapura. Sejak saat itu ia kemudian tinggal di Singapura dan bermain dalam sejumlah judul film diantaranya dalam film One Ninght in Singapore (1947).
 
Selanjutnya ia hijrah ke Kuala Lumpur, Malaysia sebagai aktor film. Karirnya di film terus melesat. Bahkan, di saat film Malaysia sedang berjaya di awal tahun 1950-an, dengan bintang utamanya kala itu P. Ramlee, honornya adalah nomor dua sesudah P. Ramlee. Sampai dengan tahun 1951, ia tercatat telah membintangi 21 judul film dan juga mampu mencetak nama besar sebagai pemeran komedi di Malaysia. Film yg pernah di bintanginya di Malaysia antara lain Pisau Beratjun (1948), Dewi Moerni (1949), Takdir Illahi (1949), Manusia Iblis (1950), Aloha (1950), Pulau Mutiara (1950), Terakhir Radja Sehari (1951), dll.
 
Tahun 1954, ia hijrah ke Jakarta. Ia kemudian bermain dalam film Hang Tuah produksi bersama antara produser Malaysia dan Indonesia, namun produksi film tersebut gagal. Ia kemudian mengisi kekosongan dengan tampil melawak di atas pentas. Penampilan pertamanya dalam film di Indonesia adalah dalam film Radja Karet dari Singapura (1954). Meski karirnya tidak secemerlang di Malaysia, namun ia tetap memilih menetap di Indonesia. Sampai tahun 1984, ia telah menyelesaikan sekitar 20-an film. Tak hanya berperan sebagai pemain, sesekali ia juga menjadi sutradara seperti dalam film Setan Kuburan (1975).
 
Film yang di bintanginya di Indonesia antara lain Bapak Bersalah (1955), Hari Libur (1957), Sesudah Subuh (1958), Desa yang Dilupakan (1960), Pandji Tengkorak (1972), Gitar Tua Oma Irama (1977), Modal Dengkul Kaya Raya (1978), Cubit Cubitan (1979), Goyang Dangdut (1980), Elang Maut (1984), dll.
 
Aktor, sutradara dan komedian Daeng Harris wafat di Jakarta, 12 Desember 1990.
anaknya A. Harris yang juga sutradara film Indonesia