Kamis, 23 Juli 2020

TASIKMALAYA BIOSCOOP

TASIKMALAYA


Masyarakat Tasikmalaya sudah mengenal film atau sinema sejak tahun 1917. Pada saat itu, terdapat sebuah perusahaan bernama Automobile Cinema Company yang dimpimpin seorang Belanda bernama Mr. Van Belkum. Dengan kretaifitasnya, Mr. Belkum merakit sejumlah perangkat sinema di Bandoengschen Autohandel untuk dijadikan pengangkat daya listrik yang dibutuhkan untuk pencahayaan dan kebutuhan lain yang diperlukan dalam pertunjukan sinema. Pertunjukan film diadakan di lapangan terbuka (layar tancap). Mr. Belkum mengadakan pertunjukan sinema di ruang terbuka juga gedung-gedung, mengelilingi pusat kota, pelosok desa, dan perkebunan di Tasikmalaya, Banjar, Garut dan Ciamis. Perusahaan Mr. Belkum ini terkenal dengan “Een reizende bioscoop” atau “Cinema Keliling”. Biasanya, Mr. Belkum melakukan safari sinema ke pelosok itu pada musim panas. Mr. Belkum dapat disebut sebagai pelopor pementasan sinema di pelosok desa dan gedung-gedung di kota Tasikmalaya, Ciamis dan Garut.

Pada tahun 20-an, openlucht-bioscoop atau sinema terbuka sering diadakan dilapangan pada acara festival Tasikmalaya. Pada tanggal 22 Juli-Agustus 1922, diadakan  “Tasikmalaya Fair” atau “Jaarmarkt te Tasikmalaja”untuk mepromosikan aneka produk perdagangan pertanian, kerajinan, dan barang-barang indutri lainnya untuk tujuan ekspor. Pada rangkaian acara festival ini diadakan pasar malam sekaligus pertunjukan sinema di lapangan terbuka. Maka, pada tahun 20-an, sinema sudah menjadi salah satu hiburan yang melekat dengan masyarakat Tasikmalaya. Pada dekade 20 samapai dengan 30-an, kota Tasikmalaya sudah memiliki tiga gedung bisokop. Ketiga gedung bioskop ini adalah Bioskop Galoenggoeng, Luxor Theater, dan Roxy Theater.

Bioskop Galoenggoeng adalah bioskop yang pertama di Tasikmalaya. Bioskop ini berdiri sejak akhir tahun 20-an. Mulai tahun 1929, bioskop ini aktif mengiklankan pementasan sinema pada koran Sipatahoenan. Bioskop ini mengambil tempat di gedung Galoenggoeng Societiet, yang berdasarkan cerita, sebagai tempat orang-orang eropa mengadakan acara hiburan musik dan dansa. Posisi bioskop sangat strategis, berada di pusat kota, tepatnya di alun-alun Tasikmalaya atau di samping Mesjid Agung Tasikmalaya. Beragam film populer di era 30-an dipertunjukan di bioskop ini, diantaranya,

  • Film produksi Universal Pictures (1930), berjudul Quichotte en Pancha yang dibintangi oleh Montana Bill, yang terkenal dengan adegan-adegan film Cow Boy di masa itu.
  • Film produksi Metro Goldwyn Mayer (MGM) (1930), berjudul The Big City yang dibintangi aktor Lon Chaney dan L. Young.
  • Bahkan pada tahun 1930, memutar Film Java berjudul “Melati van Agam”.
  • Film Produksi Carl Laemmle dengan judul Barnum Was Right yang dibintangi oleh Glenn Tryon dan Merna Kennedy.
  • Film Produksi Universal Pictures yang berjudul Mountain Justice, dibintangi oleh aktor film Cow Boy bernama Ken Maynard.
  • Film produksi Metro Goldwyn Mayer (MGM), berjudul “Rok Pendek”. Film komedi ini di bintangi oleh simbol aktor komedi yang melegenda Sydney Chaplin.
  • Film produksi Metro Goldwyn Mayer (MGM), diputar pada tanggal 3-4 Januari 1931, berjudul “Despionne”. Film yang mengisahkan mata-mata perang dunia kesatu ini dibintangi oleh aktor dan aktris kawakan Greta Garbo dan Conrad Nagel.
Pada Tahun 1931, Bioskop Galoenggoeng mempertunjukan film berbahasa melayu sangat fenomenal pada masa itu dengan judul “Terpaksa Menikah”. Film ini adalah karya pribumi Sunda yang dibuat di kota Bandung. Musik pengiringnya adalah musik keroncong, kacapi suling, dan stamboel yang dinyanyikan oleh penyanyi Indonesia yang sedang populer pada masa itu. Lebih menarik lagi, ekstra dalam film ini adalah biantara Bupati Bandung R.A.A.Wiranata Koesoemah dengan tema “Slamat berpisah dan nasehat pada sekalian rahjat semoea”. Suara dalam film ini tidak menggunakan plaat gramophone, tapi audio yang terintegrasi dalam film.

A.A. Kock adalah pengusaha sinema yang mendirikan dua bioskop di Tasikmalaya pada tahun 1930-an. Awalnya, A.A.Kock mendirikan Luxor Theater yang lokasinya berdekatan dengan Bioskop Galunggung, tepatnya di Alun-Alun Tasikmalaya. Luxor Theater pun banyak memutar film Amerika dan Eropa. Sampai dengan tahun 1940-an, barulah muncul film berbahasa melayu, seiring banyaknya produksi film dalam negeri. Sejak tahun 1937, aktif menginformasikan acara pertunjukannya pada koran lokal. Setelah zaman kemerdekaan, bioskop ini mengalami perubahan nama yaitu Capitol dan Kujang.

Pada tahun 1938, A.A. Kock membuka Roxy Theater yang beralamat di Jalan Gunungsabeulah. Sama halnya dengan dua bioskop sebelumnya, Roxy pun memutar film-film populer dari Eropa dan Amerika. Gedung teater ini tidak hanya digunakan untuk pemutaran film, tetapi juga digunakan untuk pementasan teater. Selain untuk hiburan, gedung Roxy Theater sering digunakan untuk acara-acara pertemuan perhimpunan pergerakan di Tasikmalaya. Pada bulan april tahun 1938, bioskop digunakan sebagai tempat berlangsungnya Kongres J.O.P. yang ke V. J.O.P. adalah salah satu organ kepemudaan Pagoejoeban Pasoendan. Pada masa kemerdekaan bioskop ini mengalami dua kali pergantian nama yaitu, bioskop Trio dan terakhir bernama bioskop Nusantara.

Pada masa kemerdekaan, kota Tasikmalaya semakin bergairah dengan kehadiran bioskop baru. Diantara bioskop yang muncul adalah bioskop Merdeka di jalan Yudanagara, yang berganti nama menjadi bioskop Hegarmanah; bioskop Garuda yang terletak di jalan doktor Soekardjo, yang pada tahun 50-an terkenal sebagai bioskop untuk kelas menengah ke atas.

Pada era 80-an, Tasikmalaya diramaikan bioskop baru. Pada era ini, seorang pengusaha bernama Tuan Nizar menguasai industri pertunjukan di kota Tasikmalaya. Bioskop baru yang muncul pada era ini adalah Tasik Theater yang dibangun di atas komplek Pasar Tasikmalaya; Bioskop Parahyangan di Gunungsinga Jalan Yudanagara, yang pada masa itu merupakan bioskop yang paling nyaman dengan fasilitas yang cukup lengkap dan modern; dan pada tahun 90-an, muncul bioskop Empire yang memiliki 4 studio yang berada di Matahari Dept. Store Gunungpereng, dan terbakar pada tahun 1996. Seiring dengan perkembangan teknologi yang memudahkan akses masyarakat untuk menikmati hiburan perfileman, bioskop-bioskop di kota Tasikmalaya pun secara serentak mengalami kelesuan dan kemunduran. Bioskop tidak lagi menjadi tren gaya hidup masyarakat Tasikmalaya.

BIOSKOP PARAHYANGAN (jl Yudanegara Tasikmalaya)

Ini bioskop yang paling populer waktu itu karena film2 yang diputar film update semua,mulai dari film box office hingga film Indonesia yang sedang booming pasti bioskop ini selalu yang pertama dalam hal penayangan.Bioskop ini sekarang udah gak ada dan sekarang udah berubah menjadi hotel Santika.Terakhir saya nonton di bioskop ini sekitar tahun 2006 yang lalu.

BIOSKOP MERDEKA / HEGARMANAH


Masih berada di Jl Yudanegara Tasikmalaya,bioskop ini dulunya juga pernah berjaya tapi tak sejaya parahyangan karena bioskop ini film2 nya kurang uptodate.Harga tiketpun lebih murah karena menayangkan film2 yang udah di putar di parahyangan.Saat ini biskop Hegarmanah hanya tinggal puing2 nya saja.

BIOSKOP GARUDA


Kalo yang ini bisa dibilang bioskop murah meriah karena tiketnya pun murah sekali pada waktu itu.Bioskop ini kebanyakan memutar film2 India dan juga film Indonesia.Bioskop ini terletak di Jl Dr Sukarjo Tasikmalaya

TASIK THEATRE


Ini yang paling populer menurut saya,karena di bioskop ini kebanyakan muter film2 panas Indonesia,pasti kalo jaman dulu lewat sini terpampang poster2 film panas taun 80-90an.Tak hanya itu,bioskop ini juga kadang muter film2 china seperti kungfu dsb.Bioskop ini terletak di Jl Pasar Baru (Karlis) Tasikmalaya.Pun bioskop ini juga sudah tiada.

Sebenernya masih ada satu lagi bioskop di Tasikmalaya yang udah gak ada yaitu Bioskop Nusantara,cuma saya gak punya fotonya.Bioskop ini terletak di Jl Gunung Sabeulah Tasikmalaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar