Sabtu, 20 Agustus 2011

CHA LIANG YONG (Chin Yung)

KEHEBATAN DRAMA SERI CHINA.
Chin Yung, yang memiliki nama asli Cha Liang Yong atau dikenal sebagai Louis Cha di kalangan internasional, dilahirkan di Zhejian China pada tahun 1924. Ketimbang menjadi diplomat selesai pelajarannya Chin Yung memilih mengejar karir di bidang jurnalistik. Bosan hanya menulis berita, Chin Yung mulai mencoba menulis resensi film, menulis skenario film, sampai pada akhirnya menulis novel. Menulis novel inilah rupanya kekuatan utama dari Chin Yung.

Novel pertama Chin Yung ditulis pada tahun 1955 dengan judul Pedang dan Kitab Suci (Shu Jian En Chou Lu). Novel ini diterbitkan secara berseri di suratkabar Xin Wan Bao, Hong Kong, dan mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Chin Yung kemudian mendirikan suratkabarnya sendiri, dengan nama harian Ming Pao Daily, dan menerbitkan novel-novelnya secara berkala di surat kabarnya tersebut.
Mungkin Anda masih ingat dengan serial televisi Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali yang dua versinya pernah ditayangkan di layar Indosiar. Di tanah air kisah cinta Yo Ko - Siaw Lionglie yang diperankan Andy Lau dan Idy Chan sempat membuat jalan-jalan raya hingga gang-gang sempit lengang setiap serial televisi produksi TVB-HK itu diputar.


Walau tidak sebeken versi tahun '80, versi tahun '90 serial berjudul sama yang diperankan oleh Louis Koo dan Carmen Lee juga cukup diminati orang. Belakangan kisah itu kembali mendunia lewat bentuk komik karya komikus asal Singapura Wee Tian Beng (Huang Chanwu).

Kisah Pemanah Burung Rajawali (Siatiaw Enghiong/Xiadiao Yingxiong Zhuan) dan Kembalinya Pendekar Pemanah Rajawali (Sintiaw Hiaplu/Shendiao Xialü) hanya dua kisah dari 15 kisah lain yang lahir dari goresan pena Chin Yung yang lantas begitu populer di seluruh dunia.

Bukan Jagoan Kungfu Chin Yung memang bukan ahli kungfu, namun jurus-jurus maut macam "Jurus Kodok" (Ha Mo Kang) milik tokoh rekaan Auwyang Hong (Ouyang Feng) atau "Jurus Delapan Belas Telapak Naga" (Hanliong Sipat Chiang) andalan tokoh rekaan Kwee Ceng (Guo Qing) merupakan dua dari sekian banyak jurus kungfu rekaannya, yang menurut keterangan beberapa orang ahli bela diri memang memiliki akar yang kuat dari ilmu kungfu itu sendiri.
Keistimewaan lain dari kisah laga Chin Yung bersumber dari gaya penceritaannya mengenai ilmu kungfu. Kungfu di tangan Chin Yung tidak sekadar dilukiskan sebagai ilmu yang sakti mandraguna dan tidak terkalahkan. Dalam trilogi Siatiaw Enghiong, Sintiaw Hiaplu, dan To Liong To (selanjutnya disebut trilogi SSY) seperti dilambangkan oleh Kiuim Simkeng (Kitab Sembilan Bulan) dan Kiuyang Simkeng (Kitab Sembilan Matahari), ilmu kungfu dilambangkan sebagai ilmu yang memadukan kekuatan dan kelemahan, gelap dan terang, rembulan dan matahari.



 Hal itu selaras dengan konsep yin - yang yang menjabarkan di dalam kegelapan ada setitik terang, di dalam terang ada setitik kegelapan, namun manakala kedua unsur ini bersatu, maka yang akan lahir adalah suatu ilmu yang tidak akan terkalahkan.

Lebih Romantis Ketimbang Shakespeare 
Kepopuleran novel-novel Chin Yung itu membuatnya menjadi novel yang paling sering dibajak, selain novel-novel roman karya Chiung Yao. Unsur lain yang membuat kelima belas novelnya digandrungi orang adalah keromantisan. Jika sebagian pembaca pria tertarik dengan kehebatan aneka jurus kungfu rekaan Chin Yung, pembaca (juga pemirsa) wanita umumnya terpikat dengan jalinan kisah cinta para tokoh utama yang terasa begitu menyentuh.

Kisah cinta Tan Keelok dan Putri Hianghiang mungkin masih terkenang dalam ingatan sebagian pemirsa TPI yang pernah menyaksikan serial Pedang dan Kitab Suci. Perjuangan Oey Yong dalam memperoleh restu ayahnya untuk menjalin hubungan dengan Kwee Ceng yang pintar-pintar bodoh juga masih belum hilang dari ingatan.
Namun kisah yang paling mengharukan adalah kisah cinta Yo Ko dan Bibi Lung. Perpisahan dengan Bibi Lung membuat rambut di kening Yo Ko memutih seketika. Keduanya harus berpisah selama 16 tahun sebelum dapat bersatu kembali. Adegan Yo Ko mengejar matahari terbenam agar janji bertemu setelah berpisah 16 tahun dapat terwujud dalam serial Sintiaw Hiaplu produksi tahun '80-an hingga kini masih disebut sebagai adegan paling romantis di televisi. Tak heran bila pernah ada sekelompok orang yang menyebut roman Chin Yung sebagai kisah yang jauh lebih romantis ketimbang kisah-kisah karya Shakespeare.

Mendobrak Tradisi 
Barangkali tidak banyak yang tahu kalau kisah cinta Yo Ko dan Siaw Liongli dalam Sintiaw Hiaplu merupakan karya yang lahir dari pena Chin Yung lantaran dia "beradu jago" dengan penulis kisah laga petualangan lain, Liang Yisheng. Liang menulis kisah percintaan yang tidak kalah menyentuh, tentang seorang bernama Kim Saiyu yang harus berpisah puluhan tahun dan mengalami berbagai gejolak sebelum dapat bersatu kembali dengan tunangannya dalam kisah Perjodohan Busur Kemala.


Sedangkan Chin menulis kisah Yo Ko (Yang Guo) yang menjalin cinta dengan gurunya Siaw Lionglie. Hebatnya unsur roman dalam karya Chin Yung tidak sekadar bercerita tentang cinta secara enteng, namun juga menyiratkan kebesaran cinta yang dapat mengatasi berbagai masalah besar. Chin juga kerap mengangkat topik pendobrakan terhadap tradisi, yang diarahkan kepada tradisi yang terlalu kolot, dan bukan dalam pengertian harus menghapuskan seluruh tradisi yang sudah ada.

Pendobrakan lain yang pernah dituliskannya adalah mengenai percintaan antara guru dengan murid yang diwakili oleh Yo Ko dan Siaw Lionglie. Masa klasik Cina menabukan hubungan semacam ini, namun Chin dengan berani mengangkatnya ke permukaan. Dia bahkan berhasil membuat pembaca bersimpati mendukung percintaan terlarang itu dan ikut terhanyut dalam kepedihan hati Yo Ko dan Bibi Lung. Kisah ini bahkan diberi ending yang tidak kalah berani, yakni mengawinkan Yo Ko (si murid) dengan Siaw Liongli (sang guru) yang berusia dua kali lipat dari Yo Ko.

Suka Bikin Kejutan 
Unsur misteri dan kejutan juga banyak mewarnai karyanya. Kaum wanita dibuat tergelitik akan misteri tempat tidur dari batu giok yang bisa membuat Siaw Lionglie awet muda. Chin juga pernah membuat surprise saat menulis tentang seorang jagoan yang memiliki jantung di sebelah kanan dan oleh karena itu memiliki kekuatan yang luar biasa. Semua ini mengungkapkan betapa banyaknya hal penuh misteri yang tidak kita ketahui di dalam kehidupan ini.
Chin Yung, yang memiliki nama asli Cha Liang Yong atau dikenal sebagai Louis Cha di kalangan internasional, dilahirkan di Zhejian China pada tahun 1924. Ketimbang menjadi diplomat selesai pelajarannya Chin Yung memilih mengejar karir di bidang jurnalistik. Bosan hanya menulis berita, Chin Yung mulai mencoba menulis resensi film, menulis skenario film, sampai pada akhirnya menulis novel. Menulis novel inilah rupanya kekuatan utama dari Chin Yung.

Novel pertama Chin Yung ditulis pada tahun 1955 dengan judul Pedang dan Kitab Suci (Shu Jian En Chou Lu). Novel ini diterbitkan secara berseri di suratkabar Xin Wan Bao, Hong Kong, dan mendapat sambutan yang luar biasa dari masyarakat. Chin Yung kemudian mendirikan suratkabarnya sendiri, dengan nama harian Ming Pao Daily, dan menerbitkan novel-novelnya secara berkala di surat kabarnya tersebut. 

Secara resmi terdapat 13 novel (12 novel panjang dan 1 novel pendek) dan 2 cerita pendek yang ditulis Chin Yung dalam selang waktu 17 tahun, dari tahun 1955 sampai 1972.
Judul buku dan dibuat ditahun 

1. Pedang dan Kitab Suci Shu Jian En Chou Lu 1955 
2. Pedang Ular Emas Bi Xue Jian 1956 
3. Legenda Pendekar Rajawali She Diao Ying Xiong Zhuan 1957 
4. Kembalinya Sang Pendekar Rajawali Shen Diao Xia Lu 1959 
5. Rase Terbang dari Pegunungan Salju Xue Shan Fei Hu 1959 
6. Si Rase Terbang Fei Hu Wai Zhuan 1960 
7. Pedang Langit & Golok Naga Yi Tian Tu Long Ji 1961 
8. Sepasang Golok Mustika Yuan Yang Dao 1961 
9. Kuda Putih Menghimbau Angin Barat Bai Ma Xiao Xi Feng 1961 
10. Pedang Hati Suci Lian Cheng Que 1963 
11. Pendekar-Pendekar dari Negeri Tayli Tian Long Ba Bu 1963 
12. Medali Wasiat Xia Ke Xing 1965 
13. Hina Kelana Xiao Ao Jiang Hu 1967 
14. Kaki Tiga Menjangan Lu Ding Ji 1969 
15. Pedang Puteri Yue Yue Nu Jian 1970 

Tahun 1972 Chin Yung menyelesaikan penulisan novelnya yang terakhir, Kaki Tiga Menjangan (Lu Ding Ji), yang telah dimulainya sejak 1969 dan berikrar untuk tidak menulis novel lagi. Sampai hari ini ikrarnya masih tetap dipegang, namun nama besarnya terus hidup.
Kaki Tiga Menjangan (Duke Of Moon Deer-Pangeran Menjangan) (Lu Ding Ji)

Sejak masa purbakala, kota Yang-ciu sudah terkenal sebagai daerah istimewa. Apalagi sekarang, sepanjang hari kota Yang-ciu selalu ramai, Berbagai toko memenuhi sepanjang jalan. Tahun pertama kedudukan kaisar Kong Hi dari dinasti Ceng, Di samping telaga Siu Sai, Yang-ciu, ada sebuah bangunan besar tempat hiburan. Saat ini baru masuk musim semi, lentera-lentera tergantung menerangi seluruh tempat itu. Bangunan yang bernama Li Cun Goan mengumandangkan berbagai jenis suara. Ada ketukan bambu, ada suara teriakan para laki-Iaki yang sedang bertaruh kepalan tangan. Ada pula suara tertawa cekikikan. Maklumlah, Li Cun Goan memang menyediakan banyak wanita penghibur. Ada juga yang sudah setengah mabuk sehingga bernyanyi-nyanyi dengan suara sumbang, Pokoknya suasana bising sekali sampai di taman pun terdengar jelas. Tiba-tiba, dari arah utara dan selatan terdengar suara bentakan serentak. “Para sahabat yang ada di dalam gedung, para nona-nona cantik dan teman-teman yang sedang menghamburkan uang, harap dengarkan: Kami ingin mencari seseorang! Tidak ada urusannya dengan kalian semua. Siapa pun tak boleh berkoar-koar atau ribut-ribut, siapa yang tidak mendengar perintah kami, jangan salahkan apabila kami mengambil tindakan keras!” Suasana hening seketika. Tetapi sesaat kemudian terdengarlah suara jeritan beberapa orang wanita dan suara teriakan laki-Iaki yang keras. Keadaan di tempat itu jadi kacau tidak karuan. Di tengah-tengah ruangan Li Cun Goan itu ada belasan laki-laki yang duduk mengitari tiga buah meja, Di samping masing-masing ditemani seorang wanita penghibur. Mendengar suara bentakan tadi, wajah mereka semuanya berubah. “Ada apa?” “Siapa?” “Apakah ada pemeriksaan dari pihak kerajaan?” Berbagai pertanyaan tercetus serentak. Dalam waktu yang bersamaan terdengar suara ketukan keras di pintu, para pelayan dan wanita penghibur jadi bingung. Untuk sesaat mereka tidak tahu apa yang sebaiknya dilakukan. Apakah harus membuka pintu atau membiarkannya saja? Terdengar suara benturan yang keras, rupanya pintu ruangan itu sudah didobrak sehingga terbuka. Disusul dengan masuknya belasan laki-laki bertubuh kekar. Para laki-laki itu mengenakan pakaian yang ringkas, kepala diikat dengan selendang putih. Tangan masing-masing membawa golok yang berkilauan menandakan tajamnya. Ada pula beberapa orang yang membawa pentungan besi.

Si Racun Dari Barat See Tok Ouw Yang Hong Tay Toan
Karya Jin Yong (Chin Yung)



Orang selalu berlalu lalang dari Selatan ke Utara, buku merupakan harta yang tak ternilai, jalanan berliku-liku penuh bahaya. Konon pada Dinasti Tay Song, ketika Siauw Cong naik tahta, terjadi peperangan di perbatasan. Pasukan Kini (Tatar) menyerbu ke dalam perbatasan Kerajaan Tay Song, sehingga menduduki beberapa wilayah kerajaan Song, menimbulkan kesengsaraan para rakyat jelata. Di daerah Selatan panorama sangat indah. Di sana terdapat tempat pelesiran dan rumah makan mewah, maka tidak heran daerah itu amat ramai. Di kotaraja, para pejabat dan hartawan hidup bersenang dengan minuman keras serta makanan leza t, sedangkan di jalanan justru terdapat begitu banyak mkyat jelata yang menderita, menahan lapar dan kedinginan. Konon ketika Kaisar Kauw Cong melalui sebuah sungai di daerah selatan, pernah mencetuskan sumpah akan menghancurkan pasukan Kim (Tatar). Maka rakyat pun bersatu hati menghancurkan pasukan Kim yang menyerbu ke dalam perbatasan Kerajaan Tay Song. Memang tidak begitu sulit melaksanakan itu, sebab di dalam istana terdapat seorang menteri bernama Lie Kang yang amat setia, sedangkan di perbatasan terdapat seorang jenderal yang amat gagah berani bernama Gak Hui. Kalau mereka bersungguh hati untuk menghancurkan pasukan Kim, bukankah pasukan Kim yang menduduki beberapa wilayah Kerajaan Tay Song dapat diusir sekaligus dihancurkannya? Akan tetapi, di dalam istana justru terdapat seorang menteri dorna, sehingga membuat Kerajaan Tay Song menjadi berantakan. Sedangkan kaisar hanya tahu bersenang-senang dengan para selir yang cantik jelita. Sudah barang tentu Kerajaan Tay Song menjadi bobrok tidak karuan, rakyat jelata sengsara dan menderita. Secara tidak langsung, kotaraja telah berubah menjadi kota pelesiran.


Harpa Iblis Jari Sakti Karya Yin Yong

Kong Sin Cinya seakan membentur sesuatu yang amat licin, sehingga tenaga jari saktinya meleset kesamping, “Bum!” Sebuah kursi kayu yang ada di belakang Kou Hun Siu hancur berantakan terhantam tenaga Kim Kong Sin Ci itu! sedangkan Kou Hun Siu masih berdiri di tempat, wajahnya kelihatan berseri seakan tidak pernah terjadi apa-apa! Menyaksikan itu, Lu Leng terkejut bukan main! Sejak berhasil menguasai ilmu Kim Kong Sin Ci dan setiap kali melancarkan serangan, tidak pernah Lu Leng mengalami hal seperti ini, bahkan Si Setan-Seng Ling pun tidak dapat menahan satu kali serangannya.
Saat ini dia telah menggunakan sembilan bagian tenaga Kim Kong Sin Ci, mengeluarkan jurus It Ci Keng Thian (Satu Jari Mengejutkan Langit), akan tetapi tidak dapat berbuat apa-apa terhadap Kou Hun Siu! Lu Lengpun menjadi tidak tahu, apakah harus melancarkan serangan ke dua atau tidak? Di saat bersamaan, Kou Hun Siu justru tertawa, “Lu Siauhiap, kau masih muda tapi Lweekangmu sudah begitu tinggi, sungguh luarbiasa! Namun kalau dibandingkan denganku, kau masih kalah jauh!” Sedangkan Tam Goat Hua yang berdiri tak jauh dari situ, juga melihat jelas akan kejadian tadi, Kejadian itu membuat tanda tanya dalam hatinya, karena betapa dahsyatnya tenaga Kim Kong Sin Ci yang dimiliki Lu Leng, sudah diketahui oleh Tam Goat Hua.
Walau Kou Hun Siu memiliki Lweekang yang amat tinggi sebagai pelindung badan, namun tidak mungkin dapat menahan terjangan tenaga Kim Kong Sin Ci! Berdasarkan kejadian itu, Tam Goat Hua berkesimpulan bahwa Kou Hun Siu pasti memakai suatu benda pusaka untuk melindungi badan, sehingga dapat membuat tenaga Kim Kong Sin Ci meleset! Setelah berpikir Tam Goat Hua segera berseru. “Adik Leng, jangan dengar dia! Mari kita maju!” Ketika berseru, Tam Goat Hua sudah memegang sebuah rantai besi, kemudian mendadak menyerang Kou Hun Siu dengan jurus Hai Kou Ciok Lan (Laut Lapuk Batu Berlubang), badannya berkelebat ke depan menerjang orang tua itu. Begitu melihat Tam Goat Hua sudah menerjang, Lu Lengpun ikut bergerak cepat menyerang Kou Hun Siu dengan Thian Hou Sam Sek (Tiga Jurus Harimau Langit)! seketika tampak golok pusaka Su Yang To berkelebat-kelebat, sedangkan rantai besi di tangan Tam Goat Hua menderu-deru, yang lain begitu melihat serangan-serangan yang amat dahsyat itu langsung menyingkir Kou Hun Siu sedikit membungkukkan badannya, kemudian menjulurkan jari tangannya yang bagaikan cakar besi menerobos serangan-serangan itu. Lu Leng dan Tam Goat Hua merasa ada tenaga yang amat kuat menerobos ke arah mereka. Karena itu, Tam Goat Hua segera berseru. “Adik Leng, mari kita ke geladak perahu!” Usai berseru, Tam Goat Huapun melancarkan sebuah pukulan! pukulan yang dilancarkannya itu menimbulkan suara yang menderu-deru dan diarahkan pada dinding ruang perahu, “Blam!” Saat itu juga dinding ruang perahu berlubang, Lu Leng cepat-cepat berseru, “Kau keluar duluan!” Tam Goat Hua mengangguk, langsung melesat keluar! Lu Leng juga melesat keluar mengikuti Tam Goat Hua, namun terdengar suara “Ser! Ser!” Lu Leng terbelalak ternyata Kou Hun Siu sudah melesat kehadapannya, bahkan kelima jarinya yang bagaikan cakar besi mengarah dada Lu Leng, sepertinya ingin menembus dada itu! Bukan main terkejutnya Lu Leng, cepat-cepat dia mengayunkan golok pusaka Su Yang To membabat lengan Kou Hun Siu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar