Film ini tentang pertikaian 2 gang yang dipimpin Anton (Achmad Albar) dan Mahmud ( Parto Tegal). Maulana (Dedy Sutomo) salah seorang sahabat Anton, jatuh cinta kepada Laila (Rini S.Bono), adik Mahmud. Percintaan ini dihalangi oleh Majid (Farouk Afero), tangan kanan Mahmud. Maulana dan Laila tidak memihak salah satu gang itu, bahkan berusaha mendamaikan mereka.
Film ini amat mengingatkan kita pada karya Shakespearec Romeo dan Juliet serta film West Side Story. Dan Sjuman Djaya mengaku kedua sumber itu sebagai verita memberikan inspirasi. Tetapi tidak lantas berarti bahwa hasil inspirasi dua karya besar itu juga ikut-ikutan besar. Tragedi Laila dan Maulana itu dicoba dikisahkan dalam bentuk musikal, suatu keberanian yang patut dipuji.
Film ini mencoba menampilkan tragedi Laila dengan Maulana, dalam bentuk musikal. Memang suatu usaha yang berani, tetapi karakter film tidak jelas. Mungkin Sjuman ingin menggabungkan unsur film Bollywood kedalam karya klasik Eropha Romieo dan Juliet. Tetapi dalam hal Romieo dan Juliet Indonesia memiki cerita klasik tersendiri juga. memang kebiasaan Sjuman adalah mencari sesuatu yang lain, dan tidak mau dengan klise yang sudah ada.
Film ini amat mengingatkan kita pada karya Shakespearec Romeo dan Juliet serta film West Side Story. Dan Sjuman Djaya mengaku kedua sumber itu sebagai verita memberikan inspirasi. Tetapi tidak lantas berarti bahwa hasil inspirasi dua karya besar itu juga ikut-ikutan besar. Tragedi Laila dan Maulana itu dicoba dikisahkan dalam bentuk musikal, suatu keberanian yang patut dipuji.
Film ini mencoba menampilkan tragedi Laila dengan Maulana, dalam bentuk musikal. Memang suatu usaha yang berani, tetapi karakter film tidak jelas. Mungkin Sjuman ingin menggabungkan unsur film Bollywood kedalam karya klasik Eropha Romieo dan Juliet. Tetapi dalam hal Romieo dan Juliet Indonesia memiki cerita klasik tersendiri juga. memang kebiasaan Sjuman adalah mencari sesuatu yang lain, dan tidak mau dengan klise yang sudah ada.
Tetapi pujian itu buat sementara harus berakhir pada keberanian itu saja, bukan pada hasilnya. Film Laila Majenun tidak jelas karakternya, musikal atau drama. Kalau karena nyanyian-nyanyian saja, maka sebuah film disebut film musikal, maka sebagaian besar film buatan Indonesia akhir-akhir ini terpaksa digolongkan sebagai film musikal. Dengan nyanyian-nyanyian serta gerak tari yang dihadirka Sjuman Djaya ini memang terasa aneh. Tetapi dengan perkelahian yang realistis dan keras, pisau, pistol, dan darah yang berhamburan, ilusi musikal yang dicoba bangun oleh Sjuman akhirnyaporak-poranda.
P.T. MATARI FILM
P.T. ARTIS JAYA FILM
P.T. ARTIS JAYA FILM
FAROUK AFERO ACHMAD ALBAR RINI S. BONO DEDDY SUTOMO PARTO TEGAL SOULTAN SALADIN MEIKE SONDAKH AEDY MOWARD KUSNO SUDJARWADI IDA KUSUMAH PONG HARDJATMO SENTOT S |
LAILA MAJENUN Cerita, Skenario dan Sutradara: drs Syuman Djaya Produksi: PT Matari Film & PT Artis Jaya Film. *** FILM ini mengetengahkan suatu pertikaian antara dua kelompok gang yang dipimpin Anton (Achmad Albar) di satu pihak, dan Mahmud (Parto Tegal) di pihak lain. Maulana (Deddy Sutomo) salah seorang sahabat Anton jatuh cinta kepada Laila (Rini S. Bono), adik Mahmud. Percintaan ini dihalangi oleh Majid (Farouk Afero), tangan kanan Mahmud. Maulana dan Laila tidak memihak salah satu gang itu, bahkan berusaha mendamaikan mereka. Tidak salah memang, film ini amat mengingatkan kita pada karya Shakespeare, Romeo dan Juliet serta film West Side Story. Dan Sjuman Djaya mengakui kedua sumber itu sebagai cerita yang memberinya inspirasi. Tapi ini tidak lantas berarti bahwa hasil inspirasi dua karya besar itu juga ikut-ikutan jadi besar. Tragedi Laila dan Maulana itu dicoba dikisahkan dalam bentuk musikal, suatu keberanian yang memang patut juga dipujikan. Tapi pujian itu buat sementara harus berakhir pada keberanian itu saja, bukan pada hasilnya. Film Laila Majenun tidak jelas karakternya, musikal atau drama. Kalau karena nyanyi-nyanyian saja maka sebuah film disebut film musikal, maka sebagian besar film buatan Indonesia akhir-akhir ini terpaksa digolongkan sebagai film musikal. Dengan nyanyian serta gerak tari yang dihadirkan Sjuman dalam karya terbarunya itu, Laiia Majenun memang terasa sedikit aneh tapi dengan perkelahian yang realistis dan keras, darah, pisau, pistol dan darah yang berhamburan, ilusi musikal yang dicoba bangun oleh Sjuman akhirnya porak poranda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar