Senin, 07 Februari 2011

GARA-GARA GILA BUNTUT / 1977

GARA-GARA GILA BUNTUT

Merupakan sebuah sketsa tentang masyarakat yang tengah keranjingan judi buntut, yaitu judi liar yang dikembangkan berdasarkan dua nomor akhir dari undian resmi. Karena harapan yang berlebihan untuk menang, mereka menjadi tidak rasional,percaya pada mimpi dan takhyul, bahkan orang gila dianggap dapat memberi petunjuk tentang nomor yang akan keluar. Akhirnya datang pihak berwajib menangkap bandar judi itu.
 P.T. TATY & SONS

FARADILLA SANDY
RAHAYU EFFENDI
SARI NARULITA
RACHMAT HIDAYAT
SANDY SUWARDI HASSAN
FARIDA UCOK
UCOK HARAHAP
HARUN S


KOMEDI TANPA PELAWAK PROFESIONAL
DALAM Festival Film Indonesia (FFI) 1978 jumlah film komedi yang ikut berlomba kurang lebih seperlima dari keseluruhan. Dewan Juri menyatakan dalam penilaiannya: "Dalam komedi, hendaknya ada usaha untuk mengatasi jenis farce dan burlesque, menuju ke komedi yang lebih wajar dan halus. Maka kini telah mulai dihasilkan komedi baik yaitu tanpa menggunakan juru-juru lawak professional, suatu kemajuan dalam film Indonesia. Namun yang tergolong "konyol" tetap ada juga yaitu film komedi slapstick yang memuakkan." Adapun farce dan burleque, begitu juga slapstick termasuk jenis-jenis komedi yang jelas ciri-cirinya. Istilah farce berasal dari bahasa Latin farcire yang berarti: menyumpel mengisi penuh. Jadi farce ialah cerita yang disumpel dengan pelaku-pelaku komis, situasi-situasi dan ucapan-ucapan lucu.

Dalam farce banyak digunakan unsur slapstick. Yang dituju ialah membangkitkan ketawa orang sebesar-besarnya. Umumnya farce dianggap sebagai komedi rendah. Begitu juga burlesque merupakan bentuk paling rendah dari komedi. Segala sesuatu disajikan secara menertawakan, berlebih-lebihan karikatural. Gaya permainan sama dilebih-lebihkan. Di Hollywood dulu pernah dikenal tiga pelawak Three Stooges yang saling tonjok muka, pukul batok kepala, agar lucu tampaknya. Dalam burlesque pemain-pemainnya saling lempar dengan kuwe tarcis, saling semprot dengan air botol. Jenis komedi yang tidak termasuk golongan tadi ialah komedi romantis dan sentimental. Dalam komedi ini penting sekali artinya alur cerita. Titik berat jatuh pada watak dan situasi. Aktor Cary Grant terkenal karena kebolehannya mendukung jenis komedi romantis. Ada jenis komedi lain yang halus sifatnya. Titikberatnya ialah pada dialoog yang diucapkan. Humornya terletak pada kelucuan dalam kata-kata, pada cara sebuah ungkapan diputar dengan cerdik. Watak dan situasi kurang begitu penting pada jenis komedi ini yang disebut comedy of manners, komedi tatakrama.

Pengarang-pengarang Inggeris yang terkenal sebagai penggubah komedi tatakrama ialah misalnya Oscar Wilde, Somerset Maugham, Noel Coward. Dalam FFI 1978 Dewan Juri melihat tiga judul seri Ateng yaitu yang "sok aksi", yang "bikin pusing" dan yang "pendekar aneh". Seperti biasa Ateng berkawan dengan Iskak. Kelompok pelawak professional lain yaitu Surya Group bermain dalam film Karminem yang disutradarai oleh Nya Abbas Acup. Pelawak Suroto, S. Kardjo AC-DC dan Mang Udel tampil dalam film Arwah komersil dalam kampus yang skenarionya ditulis oleh Syuman Djaya. Suroto bersama Benyamin S juga muncul dalam film Pinangan yang disutradarai oleh Syuman Djaya. Pelawak Ibing menggundulkan kepalanya dan bermain sebagai Bang Kojak yang skenarionya ditulis oleh Arifin C. Noor. Pelawak Pak Kuncung bermain sebagai Cak Atmo dalam film yang disutradarai oleh Arifin C. Noor Suci Sang Primadonna. Eddy Sud menjadi boss bandit dalam Bandit Pungli, dan Tuti Mutia yang tadinya produser film menjelma sebagai aktris dalam Tante Sun. Jadi rupa-rupa film komedi dan pelawak yang dilihat oleh Dewan Juri. Ada yang lucu, yang setengah lucu, yang tiada lucu.

Berkata seorang anggota Dewan Juri: "Saya telah berusaha betul untuk ketawa, tetapi tidak bisa juga." Kalau begitu di manakah letak sebabnya? Mungkin sekali karena dalam film yang dimaksud oleh anggota Dewan Juri tadi penonton tidak diberitahu pada awalnya dia akan menyaksikan sebuah komedi. Penulis skenario tidak tegas sejak semula menyatakan niat-niat komisnya, dan kemudian sutradara lalai mengoreksi kelemahan ini. Apakah yang menimbulkan ketawa? Buku teks menjawab dasar komedi ialah incongruity atau keganjilan, keanehan, kejanggalan. Keganjilan tersebut bisa terletak dalam kata-kata gagasan-gagasan atau asosiasi pikiran. Penonton ketawa melihat keganjilan seorang yang gemuk dengan seorang yang kurus, yang jangkung dengan yang kate. Kalau Ateng yang gemuk pendek itu disuruh bermain sebagai bocah yang kolokan, maka timbul suatu incongruity, dan orang ketawa. Anak kecil akan ketawa melihat keganjilan yang luar biasa. Keganjilan situasi dapat ditingkatkan melalui pernyataan yang dibesar-besarkan. Karena itu tidak mengherankan, apabila exaggeration merupakan senjata paling kuat dari seorang pelawak. Dapat diperkirakan mengapa anggota Dewan Juri tadi tidak bisa ketawa lagi, kendati dia telah berusaha keras untuk ketawa. Ia telah mencapai titik kejenuhan. Film komedi itu dianggapnya serba konyol. Ia menjadi muak dibuatnya. Sudah barang tentu ada kecualinya.

Dewan Juri memberikan penghargaan khusus kepada sebuah film komedi Gara-gara gila buntut. Dalam citation Dewan Juri disebutkan: "Film komedi yang mempunyai relevansi sosial dan memberikan dimensi baru." Film ini yang cerita dan skenarionya ditulis oleh Sandy Suwardi Hasan, sekaligus jadi pemain dan sutradaranya, mempersoalkan tentang rakyat kecil yang sudah keranjingan akan judi buntut. Pak Baun dengan empoknya, Ujang dan isterinya, Atun, Udin, dan lain-lain, semuanya kena demam judi buntut. Siapa saja yang disinggahi penyakit ini tidak ketolongan lagi. Kepercayaan pada diri menjadi hilang, digantikan oleh percaya pada mimpi, takhyul, benda yang dianggap keramat, termasuk kuburan, pohon-pohon. Sampai-sampai orang yang gila dianggap lebih sempurna dari orang-orang yang masih waras. Dikira uang bisa datang dengan mudah dengan berjudi. Tapi kenyataannya tidak demikian. Inilah film komedi yang ceritanya digali dari kehidupan sehari-hari, jadi mempunyai relevansi sosial benar-benar. Ia memberikan dimensi baru, karena mengandung nilai moral yang positif yaitu bertobatlah dan janganlah lagi gila berjudi. Sandy Suwardy Hasan sebagai empuya cerita dan penulis skenario tidak mempunyai pretensi berlaku sebagai "literator besar" dia hanya mau jadi tukang kisah, menceritakan kisah rakyat.

Dimensi baru lain yang dibawakan ialah Gara-gara gila buntut sama sekali tidak diperankan oleh juru-juru lawak professional. Tidak ada Ateng, Johnny Gudel, Benny Gaok, Bagio dan lain-lain di situ. Aktor-aktris pendukung film komedi ini ialah: Rachmat Hidayat, Rahayu Effendi, Sandy Suwardi Hasan, Harun Syarif, H. Fakri Amrullah, Ucok A.K., Sari Narulita, Farida Ucok. Kembali kepada buku teks, maka disebutkan: "Komedi lebih sulit menyutradarainya daripada drama serius, karena sifatnya lebih tehnis. Penyutradaraan tergantung kepada suatu pemahaman yang jelas tentang apa yang komis/lucu mengapa dia lucu, dan bagaimana yang bukan lucu itu dapat dijelmakan menjadi lucu. Beberapa sutradara mempunyai suatu perasaan wajar terhadap humor. Sutradara lain tidak mempunyai rasa demikian." Saya pribadi mempunyai dugaan kuat, setelah melihat film Gara-gara gila buntut, bahwa Sandy Suwardi Hasan punya bakat sebetulnya untuk membuat film komedi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar