TERANG BOELAN
Kasim (Rd Mochtar) dan Rohaya (Roekiah) berjanji untuk saling cinta dan setia, tapi bapak Rohaya, seorang pendeta (Muhin), menjodohkan anaknya dengan Musa (ET Effendi), seorang penyelundup. Sebelum pernikahan berlangsung, Rohaya lari bersama Kasim dari pulau tempat kediamannya, Sawoba, ke Malaka (Malaysia). Di sana mereka bertemu dengan Dullah (Kartolo). Kebahagiaan mereka tidak lama, karena terlihat oleh Musa, yang sebagai penyelundup candu menyamar jadi orang Arab bernama Syekh Ba' Abul. Datanglah bapak Rohaya yang membawa anaknya pulang. Kasim menyusul ke Sawoba, dan belakangan muncul pula Dullah, membantu. Kasim berhasil melumpuhkan Musa dalam suatu perkelahian seru.
Peredarannya juga ke Singapura dan mendapatkan keuntungan besar selama dua bulan. Sukses komersial yang dicapai film ini ternyata tidak menggembirakan hati pendiri ANIF, karena bertolak belakang ide awalnya yang membuat film dokumentar. Juga mutunya jelek tidak artistik dan jauh beda dengan film Pareh. Terang Boelan mengutamakan hiburan dari pada artistik, karena mutu rendah dan selera rendah untuk memenuhi tuntutan yang ingin bermimpi, bukan berfikir. Maka pemimpin ANIF memutuskan untk berhenti membuat film cerita. Lalu Balink dan Wong keluar dari ANIF, dan Balink meneruskan impiannya itu ke Amerika untuk membuat film yang hebat. Walaupun di Amerika ia gagal hanya menjadi wartawan saja, tetapi semangatnya tetap ada hingga ia mengingal di Amerika 1976 usia 69 tahun.
Dalam selebaran propagandanya, disebutkan Sawoba adalah pulau yang tak kalah indahnya dengan pulau Hawaii. Padahal, pulau itu cuma khayalan yang diambil dari SA(eroen), WO(ng), BA(link). Film laris pertama dan dijual kepada RKO Singapura dan dalam dua bulan peredaraannya menghasilkan S$ 200.000. Lahirlah pasangan romantis pertama, Rd Mochtar - Roekiah. Roekiah adalah istri Kartolo, yang kemudian lahir Rachmat Kartolo, biduan, pemeran dan sutradara. Film laris pada 1938.
News
Film Terang Boelan 1937.
Darah seni Roekiah mengalir dari orang tuanya. Sejak kecil, bahkan ketika baru dilahirkan, Roekiah telah bersentuhan dengan dunia panggung. Dia lahir di Cirebon pada 1916, ketika rombongan komedi bangsawan orang tuanya yang sedang berkeliling singgah di kota tersebut.Ibunya adalah seorang primadona panggung asal Cianjur. Sedangkan ayahnya merupakan seniman asal Belitung, yang pada 1913 mengembara bersama rombongan komedi bangsawan. Sejak kecil Roekiah ikut dalam pengembaraan rombongan komedi bangsawan bersama kedua orang tuanya. Kehidupan sebagai “anak wayang” membuat ia tidak mendapat pendidikan sekolah. Sebenarnya orang tuanya tidak menghendaki Roekiah menjadi seorang sri panggung seperti mereka, tetapi Roekiah bersikeras untuk tetap “hidup” di atas panggung. Kegemarannya waktu kecil adalah bernyanyi. Dan memang bakat nyanyi inilah yang akhirnya membuat namanya dikenal orang. Cita-citanya sedari kecil yaitu dapat bernyanyi di depan umum, tetapi ayahnya selalu melarang ia untuk melakukan hal itu.
Pada suatu ketika, ia meminta izin kepada ibunya untuk tampil bernyanyi di atas panggung. Ibunya memberi izin. Roekiah pun bernyanyi di atas panggung dan mengisi bagian selingan. Di tengah-tengah ia menyanyi, ayahnya tiba-tiba datang dan marah sekali. Namun lama-kelamaan sikap ayahnya melunak dan Roekiah menjadi bagian dalam rombongan komedi bangsawan orang tuanya. Penonton sangat menggemari suaranya yang merdu, ditambah wajahnya yang cantik, ia menjadi buah bibir publik. Sebagaimana pemain-pemain sandiwara pada masa itu, Roekiah pun berpindah-pindah dari satu perkumpulan ke perkumpulan yang lain. Pada 1932, Roekiah masuk ke dalam rombongan tonil Palestina. Di dalam perkumpulan inilah ia bertemu dengan Kartolo, seorang pemain musik yang kemudian menjadi suaminya. Setelah Palestina mengalami krisis di Magelang, akhirnya Roekiah dan Kartolo memutuskan untuk keluar dari perkumpulan tersebut dan kemudian mereka masuk rombongan Faroka Opera di bawah pimpinan Westkin. Pada 1936, Roekiah dan Kartolo yang menetap di Batavia memutuskan untuk keluar dari Faroka dan meninggalkan dunia panggung, setelah Roekiah melahirkan anak kedua. Nasib Roekiah dan Kartolo berubah ke arah yang semakin baik di tahun 1937.
Terang Boelan adalah film yang semata-mata berorientasi pada selera publik pribumi, tidak berpotensi untuk seni atau mengemban idealisme. Untuk itu ia mengajak Joshua dan Othniel Wong. Setingan cerita tentang asmara yang terbataskan oleh wilayah, singapura, malaka dan pulau Sawoba. Gaya penampilan film ini amat dekat dengan gaya film yang dibintangi Dorothy Lamour yang masa itu sedang popular, kehidupan orang primitif yang ada di Hawaii. Perempuan di pulau Sawoba juga sama berpakainannya dengan primitif di Hawai, yaitu mengenakan sarung hingga sampai dada, dan juga keindahan alamnya sama seperti di Hawaii dalam film Dorothy Lamour itu. Dan juga perahu kayu yang panjang juga bentuk rumahnya yang sama seperti di Hawaii. Ceritanya Romantisme, perkelahian, nyanyian dan lawak. Tujuannya adalh untk mengibur dengan baik penonton yang kehidupan sehari-harinya yang penat. Karena ini diambil dari panggung maka pemainnya juga pemain panggung termasuk Roekiah yang artis panggung dan penyanyi keroncong yang cukup terkenal saat itu. Ismail Marzuki juga ikut membantu untuk musik para pemainnya yang bernyanyi termasuk juga Rd Mochtar yang tidak bisa menyanyi. Dan hasilnya film Terang Boelan mendapat sambutan yang luar biasa dari seluruh pelosok.
Kasim (Rd Mochtar) dan Rohaya (Roekiah) berjanji untuk saling cinta dan setia, tapi bapak Rohaya, seorang pendeta (Muhin), menjodohkan anaknya dengan Musa (ET Effendi), seorang penyelundup. Sebelum pernikahan berlangsung, Rohaya lari bersama Kasim dari pulau tempat kediamannya, Sawoba, ke Malaka (Malaysia). Di sana mereka bertemu dengan Dullah (Kartolo). Kebahagiaan mereka tidak lama, karena terlihat oleh Musa, yang sebagai penyelundup candu menyamar jadi orang Arab bernama Syekh Ba' Abul. Datanglah bapak Rohaya yang membawa anaknya pulang. Kasim menyusul ke Sawoba, dan belakangan muncul pula Dullah, membantu. Kasim berhasil melumpuhkan Musa dalam suatu perkelahian seru.
Peredarannya juga ke Singapura dan mendapatkan keuntungan besar selama dua bulan. Sukses komersial yang dicapai film ini ternyata tidak menggembirakan hati pendiri ANIF, karena bertolak belakang ide awalnya yang membuat film dokumentar. Juga mutunya jelek tidak artistik dan jauh beda dengan film Pareh. Terang Boelan mengutamakan hiburan dari pada artistik, karena mutu rendah dan selera rendah untuk memenuhi tuntutan yang ingin bermimpi, bukan berfikir. Maka pemimpin ANIF memutuskan untk berhenti membuat film cerita. Lalu Balink dan Wong keluar dari ANIF, dan Balink meneruskan impiannya itu ke Amerika untuk membuat film yang hebat. Walaupun di Amerika ia gagal hanya menjadi wartawan saja, tetapi semangatnya tetap ada hingga ia mengingal di Amerika 1976 usia 69 tahun.
Dalam selebaran propagandanya, disebutkan Sawoba adalah pulau yang tak kalah indahnya dengan pulau Hawaii. Padahal, pulau itu cuma khayalan yang diambil dari SA(eroen), WO(ng), BA(link). Film laris pertama dan dijual kepada RKO Singapura dan dalam dua bulan peredaraannya menghasilkan S$ 200.000. Lahirlah pasangan romantis pertama, Rd Mochtar - Roekiah. Roekiah adalah istri Kartolo, yang kemudian lahir Rachmat Kartolo, biduan, pemeran dan sutradara. Film laris pada 1938.
ANIF
ROEKIAH RD MOCHTAR EFFENDI E.T. TJITJIH MUHIN KARTOLO |
News
Film Terang Boelan 1937.
Terang Boelan adalah film yang semata-mata berorientasi pada selera publik pribumi, tidak berpotensi untuk seni atau mengemban idealisme. Untuk itu ia mengajak Joshua dan Othniel Wong. Setingan cerita tentang asmara yang terbataskan oleh wilayah, singapura, malaka dan pulau Sawoba. Gaya penampilan film ini amat dekat dengan gaya film yang dibintangi Dorothy Lamour yang masa itu sedang popular, kehidupan orang primitif yang ada di Hawaii. Perempuan di pulau Sawoba juga sama berpakainannya dengan primitif di Hawai, yaitu mengenakan sarung hingga sampai dada, dan juga keindahan alamnya sama seperti di Hawaii dalam film Dorothy Lamour itu. Dan juga perahu kayu yang panjang juga bentuk rumahnya yang sama seperti di Hawaii. Ceritanya Romantisme, perkelahian, nyanyian dan lawak. Tujuannya adalh untk mengibur dengan baik penonton yang kehidupan sehari-harinya yang penat. Karena ini diambil dari panggung maka pemainnya juga pemain panggung termasuk Roekiah yang artis panggung dan penyanyi keroncong yang cukup terkenal saat itu. Ismail Marzuki juga ikut membantu untuk musik para pemainnya yang bernyanyi termasuk juga Rd Mochtar yang tidak bisa menyanyi.
Dan hasilnya film Terang Boelan mendapat sambutan yang luar biasa dari seluruh pelosok. Kasim (Rd Mochtar) dan Rohaya (Roekiah) berjanji untuk saling cinta dan setia, tapi bapak Rohaya, seorang pendeta (Muhin), menjodohkan anaknya dengan Musa (ET Effendi), seorang penyelundup. Sebelum pernikahan berlangsung, Rohaya lari bersama Kasim dari pulau tempat kediamannya, Sawoba, ke Malaka (Malaysia). Di sana mereka bertemu dengan Dullah (Kartolo). Kebahagiaan mereka tidak lama, karena terlihat oleh Musa, yang sebagai penyelundup candu menyamar jadi orang Arab bernama Syekh Ba' Abul. Datanglah bapak Rohaya yang membawa anaknya pulang. Kasim menyusul ke Sawoba, dan belakangan muncul pula Dullah, membantu. Kasim berhasil melumpuhkan Musa dalam suatu perkelahian seru.
Sukses komersial yang dicapai film ini ternyata tidak menggembirakan hati pendiri ANIF, karena bertolak belakang ide awalnya yang membuat film dokumentar. Juga mutunya jelek tidak artistik dan jauh beda dengan film Pareh. Terang Boelan mengutamakan hiburan dari pada artistik, karena mutu rendah dan selera rendah untuk memenuhi tuntutan yang ingin bermimpi, bukan berfikir. Maka pemimpin ANIF memutuskan untk berhenti membuat film cerita. Lalu Balink dan Wong keluar dari ANIF, dan Balink meneruskan impiannya itu ke Amerika untuk membuat film yang hebat. Walaupun di Amerika ia gagal hanya menjadi wartawan saja, tetapi semangatnya tetap ada hingga ia mengingal di Amerika 1976 usia 69 tahun.
Dalam selebaran propagandanya, disebutkan Sawoba adalah pulau yang tak kalah indahnya dengan pulau Hawaii. Padahal, pulau itu cuma khayalan yang diambil dari SA(eroen), WO(ng), BA(link). Film laris pertama dan dijual kepada RKO Singapura dan dalam dua bulan peredaraannya menghasilkan S$ 200.000. Lahirlah pasangan romantis pertama, Rd Mochtar - Roekiah. Roekiah adalah istri Kartolo, yang kemudian lahir Rachmat Kartolo, biduan, pemeran dan sutradara. Film laris pada Foto koleksi Sinematek Indonesia memperlihatkan adegan Film Terang Boelan produksi 1937, yang dalam Belanda bernama Het Eilan der Droomen. Film ini disutradarai Albert Balink dan skenario Saeroen, wartawan 1930-an. Terang Boelan merupakan film Indonesia pertama meledak di pasaran, hingga dibeli perusahaan film RKO Singapura, dan dapat sambutan luas ketika diedarkan di Semenanjung Malaya. Film drama ini dibintangi oleh Roekiah (berada di tengah dalam foto), ketika sedang memancing bersama para artis pembantu.
Dalam film inilah Roekiah menyanyikan lagu Terang Bulan yang kini jadi lagu kebangsaan Malaysia Negaraku. Setelah mengklaim berbagai budaya Indonesia sebagai miliknya, muncul polemik asal muasal lagu kebangsaan negeri jiran itu. Mantan ketua Sinematek Indonesia, Misbach Yusa Biran, berpendapat lagu Terang Bulan adalah jenis musik stabul 2 (irama keroncong). Lagu ini berasal dari imigran keturunan Portugis yang tinggal di Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
Kemudian, berkembang melalui pertunjukan opera stambul tahun 1900 di Surabaya. Nama stambul dari kata Istambul di Turki kemudian berubah menjadi tonil. Pada masa Jepang karena tonil berasal dari Belanda diganti menjadi sandiwara.
Misbach membantah, klaim Malaysia terhadap lagu yang kini menjadi lagu kebangsaannya. Karena, di Malaysia tidak dikenal lagu irama keroncong, tapi Melayu. Keroncong hanya dikenal di Pulau Jawa. Meski demikian, lagu Terang Boelan kemudian sangat dikenal di Malaya (belum bernama Malaysia) karena filmnya diputar di Semenanjung Malaya. Lagu itu di Malaya kemudian menjadi lagu rakyat.
Ketika merdeka dari Inggris tahun 1957, lagu tersebut mereka jadikan lagu kebangsaan. Lagu ini menjadi sangat populer sejak dibawakan oleh orkes ‘Live of Java’ dan dinyanyikan oleh Ismail Marzuki. Sejak dijadikan lagu kebangsaan Malaya, lagu Terang Bulan terlarang dinyanyikan di Indonesia guna menghormati negara tetangga kita. Sampai-sampai film Terang Bulan produksi 1957 yang disutradarai Wim Umboh dilarang beredar.
Kenapa di era sebelum Perang Dunia II Terang Boelan dipilih sebagai judul film? Karena lagunya sangat digemari masyarakat menyebabkan mendapatkan sukses besar di pasaran. Di antara lirik lagu tersebut adalah:
Dan hasilnya film Terang Boelan mendapat sambutan yang luar biasa dari seluruh pelosok. Kasim (Rd Mochtar) dan Rohaya (Roekiah) berjanji untuk saling cinta dan setia, tapi bapak Rohaya, seorang pendeta (Muhin), menjodohkan anaknya dengan Musa (ET Effendi), seorang penyelundup. Sebelum pernikahan berlangsung, Rohaya lari bersama Kasim dari pulau tempat kediamannya, Sawoba, ke Malaka (Malaysia). Di sana mereka bertemu dengan Dullah (Kartolo). Kebahagiaan mereka tidak lama, karena terlihat oleh Musa, yang sebagai penyelundup candu menyamar jadi orang Arab bernama Syekh Ba' Abul. Datanglah bapak Rohaya yang membawa anaknya pulang. Kasim menyusul ke Sawoba, dan belakangan muncul pula Dullah, membantu. Kasim berhasil melumpuhkan Musa dalam suatu perkelahian seru.
Sukses komersial yang dicapai film ini ternyata tidak menggembirakan hati pendiri ANIF, karena bertolak belakang ide awalnya yang membuat film dokumentar. Juga mutunya jelek tidak artistik dan jauh beda dengan film Pareh. Terang Boelan mengutamakan hiburan dari pada artistik, karena mutu rendah dan selera rendah untuk memenuhi tuntutan yang ingin bermimpi, bukan berfikir. Maka pemimpin ANIF memutuskan untk berhenti membuat film cerita. Lalu Balink dan Wong keluar dari ANIF, dan Balink meneruskan impiannya itu ke Amerika untuk membuat film yang hebat. Walaupun di Amerika ia gagal hanya menjadi wartawan saja, tetapi semangatnya tetap ada hingga ia mengingal di Amerika 1976 usia 69 tahun.
Dalam selebaran propagandanya, disebutkan Sawoba adalah pulau yang tak kalah indahnya dengan pulau Hawaii. Padahal, pulau itu cuma khayalan yang diambil dari SA(eroen), WO(ng), BA(link). Film laris pertama dan dijual kepada RKO Singapura dan dalam dua bulan peredaraannya menghasilkan S$ 200.000. Lahirlah pasangan romantis pertama, Rd Mochtar - Roekiah. Roekiah adalah istri Kartolo, yang kemudian lahir Rachmat Kartolo, biduan, pemeran dan sutradara. Film laris pada Foto koleksi Sinematek Indonesia memperlihatkan adegan Film Terang Boelan produksi 1937, yang dalam Belanda bernama Het Eilan der Droomen. Film ini disutradarai Albert Balink dan skenario Saeroen, wartawan 1930-an. Terang Boelan merupakan film Indonesia pertama meledak di pasaran, hingga dibeli perusahaan film RKO Singapura, dan dapat sambutan luas ketika diedarkan di Semenanjung Malaya. Film drama ini dibintangi oleh Roekiah (berada di tengah dalam foto), ketika sedang memancing bersama para artis pembantu.
Dalam film inilah Roekiah menyanyikan lagu Terang Bulan yang kini jadi lagu kebangsaan Malaysia Negaraku. Setelah mengklaim berbagai budaya Indonesia sebagai miliknya, muncul polemik asal muasal lagu kebangsaan negeri jiran itu. Mantan ketua Sinematek Indonesia, Misbach Yusa Biran, berpendapat lagu Terang Bulan adalah jenis musik stabul 2 (irama keroncong). Lagu ini berasal dari imigran keturunan Portugis yang tinggal di Tugu, Cilincing, Jakarta Utara.
Kemudian, berkembang melalui pertunjukan opera stambul tahun 1900 di Surabaya. Nama stambul dari kata Istambul di Turki kemudian berubah menjadi tonil. Pada masa Jepang karena tonil berasal dari Belanda diganti menjadi sandiwara.
Misbach membantah, klaim Malaysia terhadap lagu yang kini menjadi lagu kebangsaannya. Karena, di Malaysia tidak dikenal lagu irama keroncong, tapi Melayu. Keroncong hanya dikenal di Pulau Jawa. Meski demikian, lagu Terang Boelan kemudian sangat dikenal di Malaya (belum bernama Malaysia) karena filmnya diputar di Semenanjung Malaya. Lagu itu di Malaya kemudian menjadi lagu rakyat.
Ketika merdeka dari Inggris tahun 1957, lagu tersebut mereka jadikan lagu kebangsaan. Lagu ini menjadi sangat populer sejak dibawakan oleh orkes ‘Live of Java’ dan dinyanyikan oleh Ismail Marzuki. Sejak dijadikan lagu kebangsaan Malaya, lagu Terang Bulan terlarang dinyanyikan di Indonesia guna menghormati negara tetangga kita. Sampai-sampai film Terang Bulan produksi 1957 yang disutradarai Wim Umboh dilarang beredar.
Kenapa di era sebelum Perang Dunia II Terang Boelan dipilih sebagai judul film? Karena lagunya sangat digemari masyarakat menyebabkan mendapatkan sukses besar di pasaran. Di antara lirik lagu tersebut adalah:
Terang Bulan Terang
Di kali Jangan Percaya Mulut Lelaki
Berani Sumpah Tapi Takut Mati
Berani Sumpah Tapi Takut Mati
Roekiah, artis idola tahun 1930-an adalah ibu dari penyanyi Rachmat Kartolo, penyanyi dan pemain film tahun 1980-an. Roekiah yang kawin dengan aktor Kartolo, meninggal dunia tahun 1945 dalam usia 28 tahun. Kala itu, Rachmat Kartolo masih balita.
Bagi Misbach, tidak menjadi persoalan Terang Bulan dijadikan lagu kebangsaan Malaysia. Tapi, jangan mengklaim sebagai pemiliknya. Kita sendiri mengakui bahwa keroncong berasal dari Portugis dan dangdut dari India.
SELEBRITIS MISS ROEKIAH
Bagi Misbach, tidak menjadi persoalan Terang Bulan dijadikan lagu kebangsaan Malaysia. Tapi, jangan mengklaim sebagai pemiliknya. Kita sendiri mengakui bahwa keroncong berasal dari Portugis dan dangdut dari India.
SELEBRITIS MISS ROEKIAH
Darah seni Roekiah mengalir dari orang tuanya. Sejak kecil, bahkan ketika baru dilahirkan, Roekiah telah bersentuhan dengan dunia panggung. Dia lahir di Cirebon pada 1916, ketika rombongan komedi bangsawan orang tuanya yang sedang berkeliling singgah di kota tersebut.Ibunya adalah seorang primadona panggung asal Cianjur. Sedangkan ayahnya merupakan seniman asal Belitung, yang pada 1913 mengembara bersama rombongan komedi bangsawan. Sejak kecil Roekiah ikut dalam pengembaraan rombongan komedi bangsawan bersama kedua orang tuanya. Kehidupan sebagai “anak wayang” membuat ia tidak mendapat pendidikan sekolah. Sebenarnya orang tuanya tidak menghendaki Roekiah menjadi seorang sri panggung seperti mereka, tetapi Roekiah bersikeras untuk tetap “hidup” di atas panggung. Kegemarannya waktu kecil adalah bernyanyi. Dan memang bakat nyanyi inilah yang akhirnya membuat namanya dikenal orang. Cita-citanya sedari kecil yaitu dapat bernyanyi di depan umum, tetapi ayahnya selalu melarang ia untuk melakukan hal itu.
Pada suatu ketika, ia meminta izin kepada ibunya untuk tampil bernyanyi di atas panggung. Ibunya memberi izin. Roekiah pun bernyanyi di atas panggung dan mengisi bagian selingan. Di tengah-tengah ia menyanyi, ayahnya tiba-tiba datang dan marah sekali. Namun lama-kelamaan sikap ayahnya melunak dan Roekiah menjadi bagian dalam rombongan komedi bangsawan orang tuanya. Penonton sangat menggemari suaranya yang merdu, ditambah wajahnya yang cantik, ia menjadi buah bibir publik. Sebagaimana pemain-pemain sandiwara pada masa itu, Roekiah pun berpindah-pindah dari satu perkumpulan ke perkumpulan yang lain. Pada 1932, Roekiah masuk ke dalam rombongan tonil Palestina. Di dalam perkumpulan inilah ia bertemu dengan Kartolo, seorang pemain musik yang kemudian menjadi suaminya. Setelah Palestina mengalami krisis di Magelang, akhirnya Roekiah dan Kartolo memutuskan untuk keluar dari perkumpulan tersebut dan kemudian mereka masuk rombongan Faroka Opera di bawah pimpinan Westkin. Pada 1936, Roekiah dan Kartolo yang menetap di Batavia memutuskan untuk keluar dari Faroka dan meninggalkan dunia panggung, setelah Roekiah melahirkan anak kedua. Nasib Roekiah dan Kartolo berubah ke arah yang semakin baik di tahun 1937.
Saat itu, Roekiah ditawari menjadi pemain dalam film yang akan dibuat oleh Albert Balink di bawah perusahaan ANIF (Algemeen Nederlandsch Indisch Filmsyndicaat). Film Terang Boelan buatan Balink ini yang kemudian mengangkat namanya menjadi sangat terkenal. Film ini meledak di pasaran. Kesuksesannya bahkan sampai ke Singapura, dengan menghasilkan 200.000 Dollar dalam dua bulan. Duetnya bersama Raden Mochtar mencetuskan model sistem bintang (daya tarik bintang film) yang lalu ditiru oleh perusahaan film lain. Pasca kesuksesan mereka membintangi film Terang Boelan, banyak perusahaan film mengambil pemain sandiwara untuk bermain dalam film-film produksi masing-masing. Tren perpindahan pemain sandiwara ke film ini membuat dunia panggung sempat sepi di akhir masa kolonial.
Setelah sukses dengan film Terang Boelan, Roekiah dan Kartolo membentuk rombongan sandiwara Terang Boelan Troep dan melakukan pertunjukan keliling hingga mendapat sukses di Singapura. Kemudian mereka kembali ke Batavia. Di Batavia, Roekiah dan Kartolo adalah penyanyi orkes keroncong Lief Java yang sangat dikenal, terutama oleh para pendengar radio. Lagu-lagu mereka yang terkenal yaitu Terang Boelan, Boenga Mawar, dan Krontjong Fatima.
Pada 1939 Roekiah dan Kartolo ditarik menjadi pemain di perusahaan film Tan’s Film Company. Film pertama yang dibintanginya pada perusahaan ini adalah Fatima. Roekiah dalam film ini tetap dipasangkan dengan Raden Mochtar. Pada masa itu mereka adalah pasangan yang paling romantis di layar lebar. Film tersebut meraih sukses besar.
Dalam waktu enam bulan, f 200.000 dihasilkan. Sebagai seorang primadona di Tan’s Film, Roekiah mendapat honor sebesar f 150 dan Kartolo f 50, jauh dari penghasilan mereka ketika membintangi film Terang Boelan. Selain itu, mereka juga mendapat sebuah rumah di Tanah Rendah Batavia.
Seluruh film yang diperankan oleh Roekiah laku di pasaran, walaupun pasangannya, yaitu Raden Mochtar, telah keluar dan kemudian digantikan oleh Djoemala.
Ketika namanya semakin populer, wajah Roekiah terpampang di hampir semua majalah dan koran kala itu, sebagai seorang model iklan sandal Tjap Matjan dan mesin Singer. Sepanjang karirnya di layar lebar, Roekiah membintangi film-film seperti Terang Boelan, Fatima, Gagak Item, Siti Akbari, Roekihati, Sorga Ka Toedjoe, Koeda Sembrani, Poesaka Terpendam, dan Keseberang. Film yang disebut paling akhir adalah film propaganda buatan pemerintah pendudukan Jepang yang diproduksi pada 1944. Film tersebut merupakan film terakhir yang dimainkannya. Pada 1945 ibu dari aktor kawakan Rachmat Kartolo ini meninggal dunia, tetapi filmnya masih terus diputar dan tetap digemari. Perempuan multi-talenta ini akan terus tercatat dalam lembaran sejarah. Boleh dibilang, Miss Roekiah merupakan perempuan pertama yang menyandang gelar sebagai seorang selebritis Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar