Sabtu, 29 Januari 2011

SANGKURIANG / 1982

SANGKURIANG


















Kehamilan Dayang Sumbi ( Suzana) akibat perbuatan tidak senonoh dengan Lengser ( S. Parya) orang dekat dan kepercayaan istana, membuat murka sang ayah, Prabu Sungging Purbangkara ( Ratno Timoer). Raja yang sangat terhina dengan perbuatan itu menjatuhkan kutukannya atas Lengser menjadi seekor anjing hitam yang buruk. Hanya kebijakan Ibu Suri (Ade Irawan ) lah yang menghindarkan mereka berdua dari kematian ditangan algojo istana. Mereka diusir dari kehidupan istana. Dua belas tahun kemudian Di hutan belantara Dayang Sumbi bersma putranya bernama Jaka Sona, ditemani oleh anjing hitam yang bernama Tumang.

Mereka hidup rukun dan bahagia, terlebih Tumang setia menemani Jaka Sona (Ryan Hidayat) pergi berburu. Bagi Jaka Sona, Tumang adalah pembantu yang paling dekat namun Jaka Sona tidak mengetahui siapa sebenarnya Tumang. Jaka Sona tumbuh menjadai anak yang lincah dan gesit. Ketika Jaka Sona berburu untuk mendapatkan hati menjangan permintaan ibunya, tanpa sengaja Jaka Sona telah membunuh si Tumang, ketika sebuah anak panah menancap ditubuh anjing yang setia itu. Tiba-tiba tubuh anjing yang terluka itu berubah kembali menjadi Lengser, yang kemudian meminta Jaka Sona mengambil hatinya. Mendengar kematian Tumang, Dayang Sumbi murka, dia memukuli anaknya hingga terluka dikepalanya lalu mengusirnya. Jaka Sona terdampar disebuah Goa angker yang dihuni oleh makhluk yang tak terlihat. Dalam goa itulah Jaka Sona hidup dalam binaan dan bentukan tenaga alam gaib yang memberikannya macam-macam ilmu persilatan dan kesaktian. Berangkat dewasa Jaka Sona telah menjelma menjadi seorang pendekar yang tangguh, gagah dan tampan.Setelah ilmunya cukup Jaka Sona menyandang nama Sangkuriang yang memiliki kedigjayaan yang sempurna. Jaka Sona yang telah berubah nama menjadi Sangkuriang (Clift Sangra) dengan penuh percaya diri meninggalkan goa dan berjuang menentang kezaliman.

Dibawah ancaman Adipati Arya Panjalu (Baun Ghazali ) dan Arya Medang (I.M. Damsyik ) bersama ponggawa kerajaan yang sangat kejam, rakyat hidup dalam ketakutan. Harta mereka dirampas dan gadis-gadis dipersembahkan untuk sang raja, Prabu Sungging Purbangkara. Keberanian Sangkuriang melawan kerajaan menjadikannya musuh yang harus dimusnahkan. Sangkuriang yang sedang dicari-cari pihak kerajaan disembunyikan oleh gadis cantik bernama Larasati. Ketika Arya Panjalu melihat Larasati (Suzana), merasakan kalau wanita itu adalah Dayang Sumbi yang telah lama hilang lantas memberikan hormatnya. Larasati menolak keinginan Arya Panjalu dan mengatakan dirinya bukan Dayang Sumbi. Larasati mengingatkan Sangkuriang adalah anaknya Jaka Sona yang telah diusirnya, namun Sangkuriang membantah ucapan Larasati, walaupun luka di kepala Sangkuriang memperkuat dugaan Larasati. Larasati menolak keinginan Sangkuriang untuk menjadikannya isteri. Prabu Sungging Purbangkara berhasil dikalahkan oleh Sangkuriang dan juga kedua Adipatinya. Larasati tidak berhasil meyakinkan Sangkuriang tentang jati dirinya. Larasati takut akan kekerasan hati Sangkuriang, hingga akhirnya Larasati memberikan syarat yang harus dipenuhi Sangkuriang dengan permintaan yang tidak masuk akal. Membendung kali Citarum lalu membuat danau dilembahnya kemudian membuat sebuah perahu dalam semalam. Sangkuriang menyanggupi permintaan Larasati. Dan ketika Sangkuring sedang membendung kali Citarum dengan bantuan makhluk-makhluk halus, Prabu Sungging Purbangkara melakukan perlawanan terhadap Sangkuriang yang merusak wilayahnya. Larasati yang telah mengingatkan Prabu Sungging Purbangkara dan Sangkuriang, namun Larasati tidak berhasil melerai hingga Prabu Sungging Purbangkara tewas. Ketika Sangkuriang mulai membuat perahu Dayang Sumbi meminta pada Sang Hyang Rumuhun agar perkawinan ibu dan anak tidak terjadi. Akhirnya doa Dayang Sumbi terkabul malam yang gelap seketika berubah menjadi pagi hari. Sangkuring tidak menerima kenyataan itu dan tetap ingin menikahi Dayang Sumbi. Sangkuriang yang sudah dirasuk nafsu kaget ketika Dayang Sumbi berubah menjadi pohon kacapiring dengan bunga yang putih dan harum ketika tangannya ingin menjamah tubuh ibunya. Sangkuriang sedih dan menyesal dengan sikapnya hingga menumpahkan kekesalannya dengan menendang perahu yang belum jadi melayang jauh hingga menangkup pada sebuah perbukitan, hingga lama kelamaan menjadi sebuah gunung yang megah yaitu gunung Tangkuban Perahu.

P.T. RAPI FILM

SUZANNA
CLIFT SANGRA
RATNO TIMOER
H.I.M. DAMSJIK
RYAN HIDAYAT
S. PARYA
SYAMSUDDIN SYAFEI
ADE IRAWAN
BAUN GAZALI
ATUT AGUSTINANTO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar