SANG GURU
Pemain pelawak Bagio.S yang akrab dengan komedinya dan mempunyai group Bagio CS bersama Darto Helm, Diran, dan Sol Saleh. Tiba-tiba mengejutkan bermain di film Sang Guru ini. Tidak ada kelucuan sama sekali dalam Bagio S, tetapi malah keharuan yang didapatkan dari guru yang sangat jujur ini. Hampir sama dengan film Si Mamad yang seorang pegawai negeri. Tetapi Bagio S bisa memainkan dengan baik.
Novel "Topaz Sang Guru". Novel itu sendiri merupakan adaptasi dari "Topaze" karya Marcel Pagnol dari Prancis.
Topaz, guru yang miskin tapi sangat jujur dan lurus. Muridnya sangat terpesona bila dia mengajar budi pekerti, kejujuran yang selalu ditekankan. Bentrokan tak tertahankan karena kepala sekolahnya, Mursalin (Maruli Sitompul)menganggap pendidikan sebagai jual-beli. Topaz dipecat, ketika seorang orangtua murid memprotes rapor anaknya yang semuanya merah, sementara Mursalin menginginkan angka itu diperbaiki. Salah satu murid les privat Topas adalah anak Inge Rosa(Rahayu Effendi),wanita peliharaan Kunto (Bambang Hermanto),pengusaha yang hidup dari kongkalikong dengan pejabat pemerintah. Topaz bekerja di perusahaan Kunto Inge. Setelah setahun bekerja, Topaz berhasil mengatahui seluruh seluk beluk permainan, dan berusaha menjadi pengusaha dengan jalan yang lebih baik. Ketika konflik terjadi dengan Kunto, Topas sudah siap sampai ke pengadilan, sehingga Kunto tidak bisa berbuat apa-apa. Inge sendiri merasa hancur, tapi Topaz membutuhkannya karena rasa cintanya terhadap Inge. Tiba-tiba di pelataran perusahaan, murid-muridnya datang menyanyikan lagu.
P.T. SANGGAR FILM
News
Peran guru dalam Sang Guru sengaja dipercayakan kepada S. Bagio karena nama pelawak itu sudah merupakan jaminan bagi penonton. Sang Guru misalnya, dalam penokohan cenderung karikatural, tapi ceritanya melontarkan isu yang amat realistis: pencarian integritas dan kejujuran yang, seperti sering dikatakan, sulit ditemukan dalam tata-nilai masyarakat yang sedang berubah. Dari materi cerita mestinya bisa lahir sebuah film drama, tapi sutradara Edward Sirait berangkat dari konsepsi berbeda -- yang terbukti kurang pas untuk pengarahan akting auupun cerita. SANG GURU Pemain: S. Bagio. Maruli Sitompul, Rahayu Effendi, Bambang Hermanto, Skenario: Parakitri, Sutradara: Edward Pesta Sirait Seorang guru yang lugu bernama Topaz (S. Bagio) tampil sebagai pahlawan kejujuran. Ia gagal berhadapan dengan kepala sekolah, nyonya penggede dan pejabat tinggi. Kebetulan sekali ketiganya bermental korup. Terus terang ini sebuah pilihan tema yang berani, apalagi dialognya melabrak ke sana-ke mari -- dengan konsekuensi tidak lolos sensur. Terlepas dari penokohannya yang karikatural, plus gaya akting Maruli dan Rahayu Effendi yang menurut konsep sutradara harus distilisasikan hingga terlihat teatral, film ini menumbuhkan optimisme di lubuk penonton. Diam-diam kita berkata, "Harapan itu ada. Badan Sensortoh masih peka." Satu hal lain yang tidak kurang'penting ialah bagaimana film ini memberi porsi terbesar untuk dialog. Dalam hal ini permainan Bagio (dan Bambang Hermanto) telah menyelamatkannya. Memang, Bagio layak dipilih sebagai pemain utama pria terbaik tahun ini.
Pemain pelawak Bagio.S yang akrab dengan komedinya dan mempunyai group Bagio CS bersama Darto Helm, Diran, dan Sol Saleh. Tiba-tiba mengejutkan bermain di film Sang Guru ini. Tidak ada kelucuan sama sekali dalam Bagio S, tetapi malah keharuan yang didapatkan dari guru yang sangat jujur ini. Hampir sama dengan film Si Mamad yang seorang pegawai negeri. Tetapi Bagio S bisa memainkan dengan baik.
Novel "Topaz Sang Guru". Novel itu sendiri merupakan adaptasi dari "Topaze" karya Marcel Pagnol dari Prancis.
Topaz, guru yang miskin tapi sangat jujur dan lurus. Muridnya sangat terpesona bila dia mengajar budi pekerti, kejujuran yang selalu ditekankan. Bentrokan tak tertahankan karena kepala sekolahnya, Mursalin (Maruli Sitompul)menganggap pendidikan sebagai jual-beli. Topaz dipecat, ketika seorang orangtua murid memprotes rapor anaknya yang semuanya merah, sementara Mursalin menginginkan angka itu diperbaiki. Salah satu murid les privat Topas adalah anak Inge Rosa(Rahayu Effendi),wanita peliharaan Kunto (Bambang Hermanto),pengusaha yang hidup dari kongkalikong dengan pejabat pemerintah. Topaz bekerja di perusahaan Kunto Inge. Setelah setahun bekerja, Topaz berhasil mengatahui seluruh seluk beluk permainan, dan berusaha menjadi pengusaha dengan jalan yang lebih baik. Ketika konflik terjadi dengan Kunto, Topas sudah siap sampai ke pengadilan, sehingga Kunto tidak bisa berbuat apa-apa. Inge sendiri merasa hancur, tapi Topaz membutuhkannya karena rasa cintanya terhadap Inge. Tiba-tiba di pelataran perusahaan, murid-muridnya datang menyanyikan lagu.
P.T. SANGGAR FILM
S. BAGIO MARULI SITOMPUL RAHAYU EFFENDI BAMBANG HERMANTO ULLY ARTHA IDA KUSUMAH DODDY SUKMA DARTO HELM LINA BUDIARTI ESTHER SUMAMPOW FAKHRI AMRULLAH LENNY MARFIANI |
News
Peran guru dalam Sang Guru sengaja dipercayakan kepada S. Bagio karena nama pelawak itu sudah merupakan jaminan bagi penonton. Sang Guru misalnya, dalam penokohan cenderung karikatural, tapi ceritanya melontarkan isu yang amat realistis: pencarian integritas dan kejujuran yang, seperti sering dikatakan, sulit ditemukan dalam tata-nilai masyarakat yang sedang berubah. Dari materi cerita mestinya bisa lahir sebuah film drama, tapi sutradara Edward Sirait berangkat dari konsepsi berbeda -- yang terbukti kurang pas untuk pengarahan akting auupun cerita. SANG GURU Pemain: S. Bagio. Maruli Sitompul, Rahayu Effendi, Bambang Hermanto, Skenario: Parakitri, Sutradara: Edward Pesta Sirait Seorang guru yang lugu bernama Topaz (S. Bagio) tampil sebagai pahlawan kejujuran. Ia gagal berhadapan dengan kepala sekolah, nyonya penggede dan pejabat tinggi. Kebetulan sekali ketiganya bermental korup. Terus terang ini sebuah pilihan tema yang berani, apalagi dialognya melabrak ke sana-ke mari -- dengan konsekuensi tidak lolos sensur. Terlepas dari penokohannya yang karikatural, plus gaya akting Maruli dan Rahayu Effendi yang menurut konsep sutradara harus distilisasikan hingga terlihat teatral, film ini menumbuhkan optimisme di lubuk penonton. Diam-diam kita berkata, "Harapan itu ada. Badan Sensortoh masih peka." Satu hal lain yang tidak kurang'penting ialah bagaimana film ini memberi porsi terbesar untuk dialog. Dalam hal ini permainan Bagio (dan Bambang Hermanto) telah menyelamatkannya. Memang, Bagio layak dipilih sebagai pemain utama pria terbaik tahun ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar