Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri ALI TOPAN. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan
Menampilkan postingan yang diurutkan menurut relevansi untuk kueri ALI TOPAN. Urutkan menurut tanggal Tampilkan semua postingan

Sabtu, 12 Februari 2011

ALI TOPAN DETEKTIF PARTIKELIR TURUN KE JALAN / 1979

ALI TOPAN DETEKTIF PARTIKELIR TURUN KE JALAN


Tidak sebagaimana film (Baca Juga Di) Ali Topan Anak Jalanan" yang cengeng, Ali Topan yang ini mencoba berpijak pada kehidupan nyata. Ali Topan (Widi Santoso), yang memberontak terhadap kehidupan orang tuanya yang tak bermoral, memilih hidup luntang-lantung. Walau ada kesempatan jadi wartawan, Ali lebih suka hidup bertualang. Kerjaan isengnya sebagai wartawan, melibatkannya pada satu kasus penculikan anak kecil. Jadilah ia semacam detektif partikelir.

Film ini diangkat karena kepopuleran novel dari TEGUH Esha dengan judul yang sama.

Bernama lahir Teguh Slamet Hidayat Adrai. Lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, 8 Mei 1947, dibesarkan di Bangil, Jawa Timur. Masa kecilnya diisi dengan membaca komik silat, komik wayang karya R.A. Kosasih, dan novel-novel detektif. Selepas kelas V SD, ia pindah ke Jakarta atas permintaan kakak iparnya, Mohamad Saleh, yang seorang diplomat dan ayah dari sutradara Rizal Mantovani. Setamat SMA IX, Jakarta, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti pada tahun 1966, tapi hanya bertahan dua semester.

Awalnya terjun menjadi penulis terjadi ketika pada suatu malam Pemimpin Redaksi, Utusan Pemuda, Dadi Honggowongso menginap di rumahnya sambil membawa surat kabarnya. Ia membaca cerita pendek yang ada di koran itu dan kemudian mengkritik cerpen yang di muat. Kritikan Teguh tersebut membuat Dadi gusar dan balik menantangnya. Semalam suntuk ia menulis cerpen untuk membuktikan bahwa cerpen karyanya lebih baik. Setelah jadi, cerita itu ia serahkan kepada Dadi, yang ternyata memuatnya pada edisi Minggu.  Cerpen tersebut merupakan karya pertamanya, bertema tentang detektif, namun ia lupa judulnya.

Melihat hal itu, Djoko Prajitno dan Kadjat Adrai, kakaknya yang sudah menjadi wartawan, mendorongnya untuk menjadi penulis. Ia pun bekerja sebagai wartawan di Utusan Pemuda, yang terbit dua kali seminggu. Ia memperdalam ilmu jurnalistik di Fakultas Publisistik Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Jakarta, tapi tak ia tamatkan  juga. Novel pertamanya, Gairah, muncul di Utusan Pemuda, namun sayang, tak terdokumentasikan.

Ketika berkuliah di Fakultas Publisistik Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Jakarta, ia bertemu dengan Deddy Armand, redaktur majalah Stop. Deddy memintanya menulis apa saja di majalahnya. Hal ini memacunya untuk menulis banyak cerita bersambung. Saking produktifnya, ia mempunyai lima-enam nama samaran, seperti Jonjon van Papagoyang dan Peranginanginan. Cerita bersambung pertamanya adalah Ali Topan Anak Jalanan, yang melegenda, terbit di Stop pada 14 Februari 1972. Tokoh Ali Topan sendiri di dapatnya ketika sedang berjalan-jalan. Menurutnya nama Ali waktu itu lagi ngetop seperti Ali Sadikin, Muhammad Ali, Ali Said, Ali Moertopo, sedangkan Topan muncul begitu saja, dan jadilah Ali Topan.

Salah seorang mentor dalam karier kepenulisannya adalah Asbari Nurpatria Krisna, novelis dari angkatan yang lebih tua, pengarang novel Ibu Guru Kami Cantik Sekali itu menilai karya Teguh sebagai sastra-jurnalistik, yang mengolah fakta menjadi fiksi. Sang Mentor menyarankanya untuk menjadi wartawan dulu, baru kemudian menjadi sastrawan. Sebab, menurut sang mentor, dengan kartu pers, ia bisa kenal banyak orang dari berbagai strata sosial, dari pelacur sampai presiden, yang akan memperkaya karakter tokoh novelnya. Ia menuruti saran itu dan berkarier di jurnalistik. Menjadi sastrawan ia tempatkan sebagai kerja sampingan, meski demikian, ia mampu menulis lumayan cepat. Satu novel dapat ia selesaikan dalam tempo dua bulan. Bersama Djoko dan Kadjat, ia menerbitkan majalah Sonata dan menjabat sebagai wakil pemimpin redaksi (1971-1973). Kemudian ia menerbitkan majalah Le Laki, yang berkantor dibilangan Kwitang, menjabat sebagai pemimpin redaksi (1974-1977). Di majalah inilah Teguh menulis cerita bersambung Dewi Besser.

Tahun 1977, ia kembali mengangkat cerita Ali Topan Anak Jalanan ke dalam sebuah novel, yang di terbitkan oleh penerbit Cypress, yang juga menerbitkan karyanya Dewi Besser dan Playgirl Salah Gaul (1978). Penerbitan Ali Topan Anak Jalanan pada tahun 1977 meledak. Dalam jangka waktu enam bulan novel itu telah dicetak empat kali. Popularitasnya makin didongkrak oleh munculnya film Ali Topan Anak Jalanan (1977 ) dengan bintang utama aktor Junaedi Salat dan aktris Yati Octavia.

Setahun kemudian, ia menulis lagu yang dinyanyikan Franky Sahilatua (alm) dan Jane Sahilatua dalam album Balada Ali Topan. Sampulnya memakai sketsa Ali Topan ciptaan komikus Jan Mintaraga. Di tahun yang sama (1978), ia menerbitkan Ali Topan Detektif Partikelir dan pada tahun 1979 muncul film Ali Topan Detektif Partikelir Turun ke Jalan dengan bintang aktor Widi Santoso. Ali Topan Anak Jalanan juga pernah muncul sebagai sinetron sepanjang 26 episode pada 1986 dengan bintang Ari Sihasale. Pada tahun 2000, ia kembali menerbitkan novel Ali Topan Wartawan Jalanan.

Karakter Ali Topan, yang digambarkan olehnya adalah pemuda lulusan sekolah menengah atas yang menolak melanjutkan kuliahnya sesuai dengan kehendak orang tuanya, berasal dari keluarga berantakan, ayahnya berselingkuh, ibunya menjadi tante girang, rumah baginya bukanlah tempat tinggal yang nyaman sehingga akhirnya ia pun meninggalkan rumah dan menggelandang di jalanan. Menurutnya, ia memiliki karakter dan spirit seperti James Dean, berontak tanpa alasan, namun Ali Topan berontak dengan alasan. Ali Topan melawan segala ketidakadilan dan mempertanyakan segala yang dirasanya tak adil. Berani bila benar dan takut bila salah.

Menurut penulis yang pernah di rawat karena mengidap penyakit diabetes dan kelainan ginjal ini, novel Ali Topan sebenarnya tetralogi. Selain dua yang sudah terbit, ada Ali Topan Rock and Road, yang masih berbentuk tulisan tangan, serta Ali Topan Santri Jalanan, yang belum tamat dan baru sempat dimuat bersambung tujuh edisi di Panji Masyarakat pada 1984. Ia berencana merampungkan novelnya yang sempat terbengkalai.

Menikah pada tahun 1980 dengan Ratnaningdiah Indrawati Santoso Brotodihardjo, cucu Soeratin Sosrosoegondo, tokoh sepak bola nasiona, dan dikaruniai tujuh anak. Kini ia bersama keluarga tinggal menetap di daerah Bintaro, Jakarta Selatan.


Pendidikan :
SMA IX Jakarta.
Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti
 (1966, tidak tamat),
Fakultas Publisistik Universitas Prof Dr Moestopo (tidak tamat)

Karier :
Wartawan Utusan Pemuda dan majalah Stop,
Pimpinan Redaksi majalah Sonata (1971-1973),
Pimpinan Redaksi majalah
 Le Laki (1974-1977)

Karya :
Gairah (novel),
Ali Topan Anak Jalanan (cerber, 1972),
Dewi Besser (cerber),
Ali Topan Anak Jalanan (novel, 1977),
Dewi Besser (novel, 1978), Playgirl Salah Gaul
(novel, 1978),
Balada Ali Topan (lagu dinyanyikan Franky dan Jane Sahilatua)
Ali Topan Detektif Partikelir (novel, 1978)
Ali Topan Wartawan Jalanan (2000)



TEGUH ESHA DAN ALI TOPAN
DIA ini Ali Topan, orang baek. Dia pernah kasi tulung besar sama gua… waktu toko gua mau dirampok orang jahat. Lu liat nih tangannya ada bekas bacokan golok. Dia tulungin gua tangkepin perampok sampe dianya kena bacok! Gua utang budi sama dia! Gua sudah angkat saudara sama dia!” kata Encik Hoa, juragan toko P&D Sinar Pembangunan, kepada Engko Ceng, pegawai baru, yang salah sangka terhadap tongkrongan Ali Topan di kusen tokonya.

Adegan di sebelah selatan kompleks pertokoan Melawai, Blok M, Jakarta, itu terjadi dalam novel Ali Topan Wartawan Jalanan (2000) karya Teguh Esha, yang pertama kali terbit pada 1978 bertajuk Ali Topan Detektif Partikelir. Ini sekuel Ali Topan Anak Jalanan, yang pertama kali dimuat di majalah Stop pada 1972 dan muncul sebagai novel pada 1977.

Teguh berhasil mengorbitkan Ali Topan menjadi tokoh yang sangat menonjol pada zamannya. “Novel ini kuat sekali dalam penggambaran watak tokoh utamanya, tapi bernada tunggal. Ali Topan lantas menjadi tokoh imajiner yang legendaris, seperti tokoh Batman atau Garth,” tulis Jakob Sumardjo dalam bukunya, Novel Populer Indonesia (1985). Dua nama terakhir itu adalah tokoh komik yang terkenal sebagai pembasmi kejahatan.

Hal lain yang mendukung meledaknya novel itu, kata sastrawan Yudhistira A.N.M. Massardi, Teguh melampirkan kamus kecil istilah “prokem”, yang menjadi cara baru bagi remaja untuk berekspresi. “Saat itu bahasa ‘prokem’ mewabah. Semua berlomba-lomba berbicara dalam bahasa itu,” kata pengarang novel Arjuna Mencari Cinta, yang juga populer pada era 1970-an, itu.

Menurut Jakob, ada kecenderungan protes sosial pada novel-novel populer yang ditulis pengarang lelaki pada 1970-an. “Pada novel Ashadi Siregar, Eddy D. Iskandar, Remy Sylado, Yudhistira, dan Teguh Esha, kita jumpai ‘pemberontakan’ anak-anak muda terhadap orang tua mereka yang tidak bertanggung jawab,” tulisnya.

Itulah yang terjadi pada Ali Topan. Ali digambarkan sebagai pemuda lulusan sekolah menengah atas yang menolak melanjutkan kuliahnya sesuai dengan kehendak orang tuanya. Dia berasal dari keluarga berantakan: ayahnya berselingkuh, ibunya jadi tante girang. Rumah, bagi Ali, bukanlah tempat tinggal yang nyaman. Poster “a house is not a home” menempel pada dinding kamarnya, yang mengoleksi kaset-kaset Koes Bersaudara, The Beatles, The Rolling Stones, serta kumpulan syair Bob Dylan dan buku-buku silat Cina. Dia pun meninggalkan rumah dan menggelandang di jalanan.

Omong-omong, dari mana Teguh mendapat nama tokohnya? “Waktu itu saya lagi jalan-jalan. Nama Ali waktu itu lagi ngetop. Ada Ali Sadikin, Muhammad Ali, Ali Said, Ali Moertopo. Tiba-tiba muncul nama Topan. Jadilah Ali Topan,” kata Teguh seraya tersenyum.

l l l
Teguh Esha, lengkapnya Teguh Slamet Hidayat Adrai, lahir di Banyuwangi, 8 Mei 1947, dan dibesarkan di kampung ayahnya di Bangil, Jawa Timur. Masa kecilnya diisi dengan membaca komik silat, komik wayang R.A. Kosasih, dan novel-novel detektif. “Kalau saya mengirim surat ke saudara saya di Jakarta, saya suka memakai nama samaran dari komik, seperti Beruang Merah,” kata Teguh di rumahnya di Bintaro, Jakarta Selatan, pekan lalu.

Selepas kelas V sekolah dasar, dia pindah ke Jakarta atas permintaan kakak iparnya, Mohamad Saleh, diplomat dan bapak sutradara Rizal Mantovani. “Dia yang menyekolahkan saya dan saudara saya,” kata Teguh. Dia dan saudara-saudaranya tinggal di Jalan Jati, Petamburan. Setamat SMA IX, dia kuliah di Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti pada 1966, tapi hanya bertahan dua semester.

Suatu malam Pemimpin Redaksi Utusan Pemuda Dadi Honggowongso menginap di rumah mereka sambil membawa surat kabarnya. Teguh membaca cerita pendek di koran itu. “Cerpen jelek ini kok dimuat?” kata Teguh. Jelas saja Dadi gusar. “Eh, elu bisa bikin enggak?” kata Dadi.

Semalam suntuk Teguh menulis cerpennya. Setelah jadi, cerita itu dia serahkan kepada Dadi, yang ternyata memuatnya pada edisi Minggu. “Itu cerpen pertama saya. Judulnya lupa. Temanya tentang detektif. Pokoknya tokoh saya hitam-putih saja. Kalau penjahat, ya, dihajar,” kata Teguh.

Melihat hal itu, Djoko Prajitno dan Kadjat Adrai, dua kakaknya yang sudah jadi wartawan, mendorong Teguh jadi penulis. Teguh pun bekerja sebagai wartawan di Utusan Pemuda, yang terbit dua kali seminggu. Dia lantas memperdalam jurnalistik di Fakultas Publisistik Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), tapi tak tamat juga. “Novel pertama saya, Gairah, sebenarnya muncul di Utusan Pemuda. Sayang, tak terdokumentasikan,” tuturnya.

Di kampus itu dia bertemu dengan Deddy Armand, redaktur majalah Stop. Deddy lantas meminta Teguh menulis apa saja di majalahnya. Hal ini memacu Teguh menulis banyak cerita bersambung. “Saking produktifnya, saya punya lima-enam nama samaran, seperti Jonjon van Papagoyang dan Peranginanginan,” katanya. Cerita bersambung pertama Ali Topan Anak Jalanan juga terbit di Stop pada 14 Februari 1972.

Salah satu penuntun Teguh dalam karier kepenulisannya adalah Asbari Nurpatria Krisna, novelis dari angkatan yang lebih tua. Pengarang novel Ibu Guru Kami Cantik Sekali itu menilai karya Teguh sebagai sastra-jurnalistik, yang mengolah fakta menjadi fiksi. Menurut Teguh, Asbari menyarankan dia menjadi wartawan dulu sampai top, baru jadi sastrawan. Sebab, menurut Asbari, dengan kartu pers, Teguh bisa kenal dari pelacur sampai presiden, yang akan memperkaya karakter tokoh novelnya.

Teguh menuruti saran itu dan berkarier di jurnalistik. “Sastra waktu itu kerja sampingan saya sebagai wartawan,” katanya. Meski demikian, dia mampu menulis lumayan cepat. Satu novel, termasuk Ali Topan, dapat selesai dalam tempo dua bulan.

Bersama Djoko dan Kadjat, Teguh lantas menerbitkan majalah Sonata dengan Teguh duduk sebagai wakil pemimpin redaksi pada 1971-1973. Lalu Teguh menerbitkan majalah Le Laki, yang ia pimpin selama 1974-1977. “Saya bikin dengan modal dari anak Bea-Cukai yang bapaknya koruptor,” tutur Teguh.

Kantor majalah Le Laki berada di Kwitang. Teguh mengangkat dirinya sebagai pemimpin redaksi dan menunjuk Yudhistira A.N.M. Massardi sebagai wakilnya. Dia juga merekrut Noorca M. Massardi sebagai redaktur pelaksana dan Adhie M. Massardi sebagai reporter. Di majalah inilah Teguh menulis cerita bersambung Dewi Besser.

Menurut Jakob, Dewi Besser menelanjangi kehidupan para artis di Metropolitan dan bisnis majalah hiburan. Novel itu mengangkat Dewi Besser, gadis remaja yang hamil di luar nikah dan ditinggal kabur pacarnya, Toni. Ganesha alias Kupjang, wartawan asal Medan, mencoba membantu Dewi meminta pertanggungjawaban keluarga pacarnya, tapi gagal dan akhirnya anak di kandungan Dewi digugurkan.

Kupjang “memperalat” gadis bertubuh permai itu. Pose-pose Dewi yang berani diterbitkannya di majalah PG. Dalam beberapa hari, Dewi jadi termasyhur. Hal ini memicu kecemburuan para artis lain yang sudah terkenal. Ketika mereka bertemu dengan Dewi, pertengkaran pun pecah. Kupjang memotret Dewi yang menghajar para artis dan memuatnya di PG. Dia juga mengangkat asal-usul Dewi dan skandal keluarga Toni. Ayah Toni, seorang pejabat Bea-Cukai, berang. Tapi Kupjang malah berhasil memeras data ayah Toni dan membeberkannya di majalah. Habislah kehormatan keluarga Toni, nama Dewi pun terkenal di kalangan om-om senang. Salah satu kelebihan novel ini adalah munculnya sejumlah nama artis yang ceritanya mirip berita yang beredar di media, seperti Tanti Jusuf, Kristin, dan Yati Octavia.

Sebenarnya apa yang diangkat Teguh dalam fiksi merupakan cermin realitas pada masanya. Ali Topan, misalnya, menyoroti soal tante girang, istilah bagi ibu-ibu yang suka berselingkuh dengan para pemuda. Istilah ini populer berkat novel Motinggo Busye berjudul sama. Beberapa novelis masa itu juga menulis tentang tante girang, seperti Abdullah Harahap dan Ali Shahab. “Zaman itu musim bener tante girang,” kata Teguh.

Menurut Teguh, yang dulu rajin nongkrong di kawasan Blok M, para mahasiswa atau pemuda bergaya seperti mahasiswa banyak yang beredar di Melawai dan Bulungan. “Mereka lantas dijemput tante girang dan dibawa, biasanya ke Puncak,” kata pengarang yang pernah mendapat pengakuan dari mahasiswa dan tante girang itu.

Menurut Yudhistira, tante girang sebenarnya gejala sosial yang selalu muncul di tiap zaman. “Masa itu gejala ini dieksploitasi oleh novel-novel, sehingga bisa jadi ibu-ibu itu malah kemudian terilhami berbuat demikian,” katanya.

Gejala ini bagian dari euforia sesudah Orde Lama tumbang dan kekuasaan Orde Baru belum kokoh, yang diperkirakan Teguh pada 1968-1972. “Itu zaman pers kuning, yang isinya ramuan horor, porno, dan judi,” ujarnya.

Yudhistira mengakui merebaknya media semacam itu. “Majalah mingguannya porno semua. Gambar-gambarnya sensual,” katanya. Menurut dia, lahirnya media semacam itu akibat kejenuhan terhadap politik dan euforia kebebasan pers. Selain itu, lahir majalah remaja, seperti Gadis, yang mengangkat banyak remaja menjadi gadis sampul dan majalah Aktuil, yang menghidupkan musik pop serta dunia remaja. “Yang juga penting adalah munculnya penerbit Cypress, yang banyak menerbitkan novel-novel pop,” kata dia.

Cypress, kata Teguh, didirikan Ebet Winata, bekas pedagang lukisan, dan Tedi, bekas penerbit cerita stensilan. Penerbit itu pulalah yang meluncurkan novel Ali Topan Anak Jalanan, Ali Topan Wartawan Jalanan, dan Dewi Besser dengan judul Dewi Besser, Playgirl Salah Gaul (1978). Novel Yudhistira yang mereka terbitkan adalah Arjuna Mencari Cinta dan Arjuna Drop Out.

Novel-novel Eddy D. Iskandar juga diterbitkannya, seperti Cowok Komersil, Sok Nyentrik, Musim Bercinta, dan Brandal Tengil. Beberapa pengarang lain yang novelnya mereka terbitkan adalah Ashadi Siregar, Saut Poltak Tambunan, Mira W., Titiek W.S., Maria A. Sardjono, dan La Rose.

Penerbitan Ali Topan Anak Jalanan pada 1977 meledak. Dalam enam bulan novel itu naik cetak empat kali, tapi berapa jumlahnya Teguh tidak tahu. “Yang pasti, saya bisa bikin rumah di Puri Mutiara di perbatasan Kemang-Cipete dengan luas tanah 360 meter persegi dan dikasih Mercedes bekas, yang harganya sama dengan Honda Civic,” kata Teguh.

Popularitasnya makin didongkrak oleh munculnya film Ali Topan Anak Jalanan pada 1977 dengan bintang utama Junaedi Salat dan Yati Octavia. Setahun kemudian Teguh menulis lagu yang dinyanyikan Franky dan Jane Sahilatua dalam album Balada Ali Topan. Sampulnya memakai sketsa Ali Topan ciptaan komikus Jan Mintaraga. Pada tahun yang sama Teguh menerbitkan Ali Topan Detektif Partikelir dan pada 1979 muncul film Ali Topan Detektif Partikelir Turun ke Jalan dengan bintang Widi Santoso. Ali Topan Anak Jalanan juga pernah muncul sebagai sinetron sepanjang 26 episode pada 1986 dengan bintang Ari Sihasale.

Teguh menikah pada 1980 dengan Ratnaningdiah Indrawati Santoso Brotodihardjo, cucu Soeratin Sosrosoegondo, tokoh sepak bola nasional. Mereka dianugerahi tujuh anak. Yang terkecil duduk di kelas V SD dan yang tertua ahli desain grafis.

Menurut Teguh, novel Ali Topan sebenarnya tetralogi. Selain dua yang sudah terbit, ada Ali Topan Rock and Road, yang masih berbentuk tulisan tangan, serta Ali Topan Santri Jalanan, yang belum tamat dan baru sempat dimuat bersambung tujuh edisi di Panji Masyarakat pada 1984. “Habis sembuh ini mau saya garap dua novel itu,” kata Teguh, yang Senin pekan lalu baru pulang dari rumah sakit karena sakit diabetes.

Ali Topan, menurut Teguh, memiliki karakter dan spirit. “Kalau James Dean berontak tanpa alasan, Rebel without a Cause, Ali Topan berontak dengan alasan,” katanya. Ali Topan melawan segala ketidakadilan dan mempertanyakan segala yang dirasanya tak adil. “Dia berani bila benar dan takut bila salah,” kata Teguh.

Dalam pencariannya, akhirnya Ali Topan juga mempertanyakan masalah agama. Dia bertanya, misalnya, mengapa sesama orang beragama bisa gontok-gontokan. Kisah ini merupakan bagian akhir dari tetralogi Ali Topan. “Ali Topan Santri Jalanan adalah refleksi pencarian ketuhanan saya,” kata Teguh.

Jumat, 04 Februari 2011

ALI TOPAN ANAK JALANAN / 1977



Diangkat dari Novel Teguh Esha yang di terbitkan di kompas dalam berseri, cukup populer sekali saat itu. Contoh dari kehidupan anak jalanan di kota metropolitan di Jakarta.

Cerita dan skenario film ini ditulis langsung oleh Teguh Esha sendiri.

Ali Topan mengganggu Anna Karenina yang kebetulan lewat bersama ibunya. Rombongan Ali Topan itu ditunjukkan bagai rombongan anak yang besar di jalanan, karena tidak mendapat kasih sayang orang tua. Asal mulanya; ibu yang sibuk, dan ayah yang keluar masuk hotel dengan perempuan lain dan pulang ke rumah selalu terlambat. Meski demikian, digambarkan juga bahwa Ali Topan adalah anak terpandai di kelasnya. Jadi mereka tidaklah jahat. Keluarga Anna Karenina justru sebaliknya. Orang tuanya sangat menjaga anaknya, tapi justru kebobolan. Kakaknya kawin lari. Anna yang dipindah sekolah oleh orang tuanya, ketemu lagi dengan Ali yang mengganggunya. Satu kelas lagi. Ketika Anna dijahili, Ali membela. Maka tumbuhlah rasa simpati. Mereka lalu pacaran, meski ditentang keras orang tua Anna. Anna berontak. Anna minta Ali mengantarkannya ke rumah kakaknya yang bahagia bersama suami di desa. Orang tuanya datang bersama polisi untuk menangkap Ali. Anna mengancam bunuh diri dengan gunting, hingga selamatlah Ali. Orang tuanya mangalah
YOUNG ROMEO FILM

News
25 Februari 1978
Hiburan Ali dan Anna


ALI TOPAN ANAK JALANAN Sutradara : Ishak Iskandar Cerita & Skenario: Teguh Esha ALI Topan dan teman-temannya mengganggu Anna Karenina yang kebetulan lewat bersama ibunya di suatu siang. Ini memang perkenalan yang baik bagi kisah tentang remaja-remaja nakal yang dewasa ini menarik perhatian pembuat cerita hiburan. Setelah itu, para penonton diharap saja tahu, bahwa rombongan anak muda itu adalah mereka yang besar di jalanan karena "tidak mendapat kasih sayang orangtua." Untuk meyakinkan penonton bahwa hulu malang kenakalan remaja adalah orangtua, diperlihatkanlah ibu yang sibuk sendiri dan ayah yang keluarmasuk hotel -- dengan perempuan lain tentu dan pulang rumah selalu terlambat. Anak Terpandai Dengan sikap serta cara hidup orangtua yang demikian - entah kenapanestu begitu langsung disimpulkan: anak mereka mesti jadi anak jalanan, karena kasih di rumah tak ada. Tapi Teguh Esha masih berbelas kasihan pada Ali Topan: anak muda ini masih bisa jadi anak terpandai di kelasnya dan teman-temannya pun bukan anak jahat melainkan lucu-lucu adanya. Adapun keluarga Anna Karenina, tidak kurang menarik. Berbeda dengan keluarga Ali Topan bagai langit dan bumi. Mengaku masih keluarga bangsawan, mereka terlalu menjaga anak-anak Anehnya justru karena terlalu "dijaga" itulah, seorang kawin lari setelah hamil, sedang Anna akhirnya berontak. Seperti juga pada keluarga pertama, terhadap keluarga yang terakhir ini penulis cerita tidak merasa perlu memberi sedikit argumentasi dari pandangan hidup, misalnya. Para penonton harus menerima. Tapi barangkali di sinilah harus dilihat perbedaan cerita hiburan dengan cerita serius.

Pada jenis pertama, jalan cerita memang kadangkala menarik -bahkan fantastis --hanya pengolahan (ermasuk kekayaan batin) kebanyakan tidak memadai. Pada cerita serius, tema barangkali sederhana, tapi disampaikan dngan baik, ada sesuatu yang terpancar dn hidup. Tante Girang Dari film Ali Topan Anak Jalanan tipe oleh kesan amat kuat, bahwa cerita dibangun dari sejumlah dugaan yang tidak pernan dicoba mencocokkannya dengan kenyataan sehari-hari. Teguh Esha telah menulis dengan cara yang sama seperti sejumlah penulis kisah tentang siapa yang disebut Tante Girang, yang di akhir tahun enam puluhan merajai dunia hiburan kita. Sebagai tontonan, film ini memang suguhan kbusus remaja. Dialog--yang tidak selalu rapi - mengandung sejumlah ungkapan yang populer di kalangan mereka. Dan tingkah laku remaja para tokohnya bukan tidak menimbulkan kemesraan di kalangan penonton remaja. Lebih dari itu tidak banyak yang bisa dihalap. Juga tidak dari permainan Yatti Octavia (Anna Karenina) yang nampak datar dari satu film ke film lainnya. Bagi sutradara Ishak Iskandar, yang pernah menghasilkan film Wulan Di Sarang Penculik, Ali Topan Anak Jalanan bukan sebuah karya yang patut dibanggakan. Salim Said.

ISHAQ ISKANDAR 1965-1991


Ishaq Iskandar (lahir di Madinah, Arab Saudi 3 Juli 1942) adalah seorang aktor yang kemudian menjadi sutradara film Indonesia. Ia pernah memerani beberapa film yaitu "Operasi X" dan "Hostes Anita". Hasil karyanya yang populer yaitu film "Ali Topan Anak Jalanan" yang dibintangi Yati Octavia, Junaedi Salat, dan Mieke Widjaya.

DEWI1974AMI PRIJONO
Actor
MALU-MALU KUCING 1980 ISHAQ ISKANDAR
Director
TAPAK-TAPAK KAKI WOLTER MONGINSIDI 1982 FRANK RORIMPANDEY
Actor
WULAN DI SARANG PENCULIK 1975 ISHAQ ISKANDAR
Director
ANTARA DIA DANS AKU 1979 DASRI YACOB
Actor
PERAWAN METROPOLITAN 1991 ISHAQ ISKANDAR
Director
KASUS 1978 ISHAQ ISKANDAR
Director
KABUT UNGU DI BIBIR PANTAI 1981 DASRI YACOB
Actor
KEMBANG PADANG KELABU 1980 ISHAQ ISKANDAR
Director
PENUNGGANG KUDA DARI TJIMANDE 1971 CHITRA DEWI
Actor
MENCARI CINTA 1979 BOBBY SANDY
Actor
ALI TOPAN ANAK JALANAN 1977 ISHAQ ISKANDAR
Director
OPERASI X 1968 MISBACH JUSA BIRAN
Actor
PACAR 1974 TURINO DJUNAIDY
Actor
DIANTARA ANGGREK BERBUNGA 1972 REMPO URIP
Actor
BUNGA-BUNGA PERKAWINAN 1981 ISHAQ ISKANDAR
Director
HOSTESS ANITA 1971 MATNOOR TINDAON
Actor
BAWALAH AKU PERGI 1982 M.T. RISYAF
Actor
ORANG-ORANG LIAR 1969 TURINO DJUNAIDY
Actor
LAYU SEBELUM BEKEMBANG 1977 SOFYAN SHARNA
Actor
GADIS KAMPUS 1979 ISHAQ ISKANDAR
Director
ROSITA 1977 DASRI YACOB
Actor
HATI SELEMBUT SALJU 1981 ISHAQ ISKANDAR
Director
LANGKAH-LANGKAH DIPERSIMPANGAN 1965 NYA ABBAS AKUP
Actor
JANGAN KAU TANGISI 1972 RATNO TIMOER
Actor
KENANGAN DESEMBER 1976 AMI PRIJONO
Actor
LEWAT TENGAH MALAM 1971 SJUMAN DJAYA
Actor
SURAT UNDANGAN 1975 ISHAQ ISKANDAR
Director
WADJAH SEORANG LAKILAKI 1971 TEGUH KARYA
Actor
SUNAN KALIJAGA 1983 SOFYAN SHARNA
Actor

Selasa, 18 Desember 2012

YATIE OCTAVIA, BERCINTA

YATIE OCTAVIA

 

Yatie Octavia, sebelum sering bermain dalam film-film Rhoma Irama dan menikah dengan Pangki Suwito, sering dapat peran panas. Dalam film Intan Perawan Kubu (1972), Yatie hanya mengenakan rok pendek dan payudara hanya ditutup rambutnya yang panjang. Ketika itu usianya belum 20 tahun.

Lukisan film Gadis Panggilan (1975) menampilkan sosok yang diperankan Yatie dalam kondisi bugil. Dalam film Darah Muda (1977), Yatie yang berperan sebagai wanita seksi bernama Ani. Dalam cerita, Ani yang menaruh cinta pada Rhoma diperkosa dua berandalan motor besar berambut kribo, yang salah satunya diperankan rocker legendaris Ucok Harahap.

Nasib memang tiada yang tahu. Pun demikian dengan pasangan artis senior ini. Mereka tak menyangka jika karirnya di dunia keartisan meredup. Padahal, sebelumnya mereka begitu dikenal dan bahkan tergolong artis yang melegenda.

Adalah Yati Octavia, artis lawas ini dikenal dengan nama panggilan Ani saat beradu akting dengan Rhoma Irama. Aktingnya begitu memikat, pun demikian dengan kecantikannya yang khas saat masih muda.

Yati merupakan istri dari Pangky Suwito, aktor peran yang tak kalah laris di masanya. Ia begitu dikenal saat bermain dalam sinetron Roda Roda Cinta dan Panji Manusia Milenium.

Sempat mengenyam ketenaran, karir Yati dan Pangky sempat surut. Kala itu job sangat sepi sehingga membuat keduanya putar otak mencari lahan bisnis baru.

Usai satu tahun survey, Pangky akhirnya mantab membuka usaha kuliner martabak khas Bangka. Ia mengemas martabak manis dengan aneka varian rasa yang diminati anak muda.





LAKI-LAKI DALAM PELUKAN1977BOBBY SANDY
Actor
DARI MATA TURUN KE HATI 1979 JOPI BURNAMA
Actor
NODA DAN ASMARA 1977 TINDRA RENGAT
Actor
BEGADANG 1978 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
DOSA SIAPA 1972 SUSILO SWD
Actor
ALI BABA 1974 ISHAK SUHAYA
Actor
ANTARA SURGA DAN NERAKA 1976 RATNO TIMOER
Actor
SI AYUB DARI TELUK NAGA 1979 NAWI ISMAIL
Actor
KEMBANG-KEMBANG PLASTIK 1977 WIM UMBOH
Actor
WIDURI KEKASIHKU 1976 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
MENGGAPAI MATAHARI 1986 NURHADIE IRAWAN
Actor
YANG MUDA YANG BERCINTA 1977 SJUMAN DJAYA
Actor
TERJEBAK DALAM DOSA 1983 RATNO TIMOER
Actor
RANJANG SIANG RANJANG MALAM 1976 ALI SHAHAB
Actor
SIRKUIT CINTA 1978 RATNO TIMOER
Actor
BUAYA PUTIH 1982 FRITZ G. SCHADT
Actor
SENAPAS TIGA CINTA 1978 ARTO HADY
Actor
DARAH MUDA 1977 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
HAMIDAH 1974 IKSAN LAHARDI
Actor
GITAR TUA OMAR IRAMA 1977 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
LIMA CEWEK JAGOAN 1980 DANU UMBARA
Actor
SATU MALAM DUA CINTA 1978 USMAN EFFENDY
Actor
PERJALANAN CINTA 1980 MATNOOR TINDAON
Actor
CINTA PUTIH 1977 CHAERUL UMAM
Actor
PENGORBANAN 1982 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
AULA CINTA 1977 ARIZAL
Actor
SI DOEL ANAK MODERN 1977 SJUMAN DJAYA
Actor
SI GENIT POPPY 1978 JOPI BURNAMA
Actor
AKIBAT GODAAN 1978 MATNOOR TINDAON
Actor
AKIBAT BERCINTA 1979 TOMMY BURNAMA
Actor
AKIBAT PERAULAN BEBAS 1977 MATNOOR TINDAON
Actor
WANITA SEGALA ZAMAN 1979 HASMANAN
Actor
COWOK KOMERSIL 1977 ARIZAL
Actor
GARA-GARA ISTRI MUDA 1977 WAHYU SIHOMBING
Actor
KARENA DIA 1979 NICO PELAMONIA
Actor
ALI TOPAN ANAK JALANAN 1977 ISHAQ ISKANDAR
Actor
PENGALAMAN PERTAMA 1977 JOPI BURNAMA
Actor
BUNGA ROOS 1975 FRED YOUNG
Actor
MENGGAPAL MATAHARI II 1986 NURHADIE IRAWAN
Actor
RHOMA IRAMA BERKELANA I 1978 YUNG INDRAJAYA
Actor
RHOMA IRAMA BERKELANA II 1978 YUNG INDRAJAYA
Actor
CINTA KASIH MAMA 1976 SISWORO GAUTAMA
Actor
WARISAN TERLARANG 1990 ABDUL KADIR
Actor
GADIS PANGGILAN 1976 RATNO TIMOER
Actor
GADIS SIMPANAN 1976 WILLY WILIANTO
Actor
BENCI TAPI RINDU 1979 RATNO TIMOER
Actor
SETAN KUBURAN 1975 DAENG HARRIS
Actor
INTAN PERAWAN KUBU 1972 A.N. ALCAFF
Actor
INTAN BERDURI 1972 TURINO DJUNAIDY
Actor
KEMILAU CINTA DI LANGIT JINGGA 1985 MUCHLIS RAYA
Actor
RAHASIA PERAWAN 1975 ALI SHAHAB
Actor
RAHASIA PERKAWINAN 1978 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
RINTIHAN GADIS BUTA 1976 IKSAN LAHARDI
Actor
GADIS BERDARAH DINGIN 1984 RATNO TIMOER
Actor
PEREMPUAN HISTRIS 1976 RATNO TIMOER
Actor
DI SANA SENANG DI SINI SENANG 1990 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
REMAJA DI LAMPU MERAH 1979 SYAMSUL FUAD
Actor
OMA IRAMA PENASARAN 1976 A. HARRIS
Actor
BUTET 1974 S.A. KARIM
Actor
MACAN TERBANG 1977 INDRA WIJAYA
Actor
SENTUHAN CINTA 1976 BOBBY SANDY
Actor
RODA-RODA GILA 1978 DASRI YACOB
Actor
DEMI ANAKKU 1979 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
KAMPUS BIRU 1976 AMI PRIJONO
Actor

Selasa, 21 Juni 2011

HASAN BASRI JAFAR 1976-1989


Lahir di Rejanglebong. Pendidikan: SMA ditambah kursus kader karyawan film. Sejak 1965 menjadi juru kamera untuk film-film dokumenter produksi Pemda DKI Jaya dan produksi perusahaan perminyakan. Tahun 1970 mengerjakan film cerita Pendekar Sumur Tudjuh (1970), dan fim cerita pesanan BKKBN, Desa di Kaki Bukit (1972). Kemudian Bandit-Bandit Internasional (1977), Bandot Tua (1977)* dan lain-lain. Film yang digarapnya, Anna Maria (1980) masuk unggulan dalam FFI 1980, dan Pengkhianatan G-30-S PKI (1984) diunggulkan dalam FFI 1984.


PERISAI KASIH YANG TERKOYAK 1986 IRHANDY KASMARA Director Of Photography
SI PAHIT LIDAH DANS SI MATA EMPAT 1989 LILIK SUDJIO Director Of Photography
BUNGA DESA 1988 A. RACHMAN Director Of Photography
ANNA MARIA 1979 HASMANAN Director Of Photography
MEMBURU MAKELAR MAYAT 1986 LILIK SUDJIO Director Of Photography
DJAKARTA 1966 1982 ARIFIN C. NOER Director Of Photography
PENUMPASAN SISA-SISA P.K.I. BLITAR SELATAN 1986 B.Z. KADARYONO Director Of Photography
ALI TOPAN ANAK JALANAN 1977 ISHAQ ISKANDAR Director Of Photography
PUBER 1978 ALFADIN Director Of Photography
KHANA 1980 YUNG INDRAJAYA Director Of Photography
BAWALAH AKU PERGI 1982 M.T. RISYAF Director Of Photography
SEMBILAN WALI 1985 DJUN SAPTOHADI Director Of Photography
CINTA BIRU 1977 JASSO WINARTO Director Of Photography
BANDIT-BANDIT INTERNASIONAL 1977 F. SUTRISNO Director Of Photography
REMAJA 76 1976 ISMAIL SOEBARDJO Director Of Photography
HATIKU BUKAN PUALAM 1985 NASRI CHEPPY Director Of Photography
BERNAFAS DALAM CINTA 1978 SOFYAN SHARNA Director Of Photography.

Sabtu, 12 Februari 2011

ABRAR SIREGAR 1977-1994

 
Abrar Siregar adalh sutradara yang banyak membuat film berdasarkan dari novel.

Lahir Sabtu, 07 Agustus 1943 di Sibolga, Sumatera Utara. Pendidikan: Ibtidaiyah; Tsanawiyah; SMEP; SMEA; Fakultas Ketatalaksanaan, Akademi Pimpinan Perusahaan, Universitas Noormensen, Medan (sampai tingkat III, 1968).

Abrar Siregar yang sewaktu di Medan tergabung dalam grup Teater Nasional (Tena), semula berprofesi sebagai wartawan mingguan Waspada Terutama, Medan (1963-1965); kemudian wakil pemimpin redaksi dwikala Dobrak, Medan (1967-1969). Setelah pindah ke Jakarta, ia tetap aktif sebagai wartawan: redaktur majalah Violeta, Jakarta (1971-1975).

Dunia film dimasukinya sejak 1970, dimulai sebagai 'publicity man' dan 'still photographer' lewat film Dan Bunga Bunga Berg
uguran. Kemudian sebagai asisten sutradara dalam film Pengantin Remaja, dan lain-lain. Tahun 1977, menjadi sutradara penuh dalam film Terminal Cinta produksi PT Nusantara Film. Lalu berlanjut dengan film-film lainnya. Tahun terakhir (1995-1997) berkiprah dalam pembuatan sinetron.

OMBAKNYA LAUT MABUKNYA CINTA 1978 ABRAR SIREGAR
Director
TERMINAL CINTA 1977 ABRAR SIREGAR
Director
CATATAN HARIAN TANTE SONYA 1994 ABRAR SIREGAR
Director
ALI TOPAN DETEKTIF PARTIKELIR TURUN KE JALAN 1979 ABRAR SIREGAR
Director
SORTA 1982 ABRAR SIREGAR
Director

Sabtu, 12 Maret 2011

MIEKE WIJAYA

MIEKE WIJAYA/ Mieke Marie/ SHINTA WIDJAJA


1981
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Pemeran Utama Wanita Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Kembang Semusim
1975
Pemenang di Festival Film Indonesia, Indonesia
Kategori: Pemeran Pembantu Wanita Terbaik
Penghargaan: Piala Citra
Pada film: Ranjang Pengantin
Pemenang di Aktor-Aktris Terbaik PWI, Indonesia
Kategori: Aktris
Penghargaan: Penghargaan PWI untuk Runner Up IV
Pada film: Ranjang Pengantin
1973
Pemenang di Aktor-Aktris Terbaik PWI, Indonesia
Kategori: Runner Up 3 Aktris
Penghargaan: Penghargaan
Pada film: Akhir Cinta di Atas Bukit
1972
Pemenang di Aktor-Aktris Terbaik PWI, Indonesia
Kategori: Runner Up 3 Aktris
Penghargaan: Penghargaan


Lahir di Bandung 17-03-1940 . Pendidikan: SLA, lalu ke ATNI (1956-1957). Sebelum ke film Mieke adalah biduanita di RRI Palembang dalam band "Empat Sekawan". Mulai melangkah di film lewat Gagal (1954), dan populer setelah main dalam Tiga Dara (1956). Aktris yang kemudian menikah dengan Dicky Zulkarnaen (1939-1995) ini meningkatkan kemampuannya dengan "belajar" di Teater Populer pimpinan Teguh Karya. Lewat permainannya dalam Gadis Kerudung Putih (1967) ia meraih gelar aktris terbaik pada Pekan Apresiasi (festival) Film Nasional 1967.  Mieke juga berhasil menggondol dua Citra, masing-masing pada FFI 1975 dalam Ranjang Pengantin (1974) dan FFI 1981 dalam Kembang Semusim (1980). Selama lebih dari 40 tahun telah muncul dalam lebih dari 70 judul film bioskop. Tetapi belakangan lebih sering tampil di sinetron. Dianugerahi Hadiah Perfilman "Surjosoemanto" menjelang Hari Film Nasional (30 Maret) 1996 oleh Badan Pertimbangan Perfilman Nasional (BP2N). 


 
LINGKARAN SETAN1972FRITZ G. SCHADT
Actor
SPY AND JOURNALIST 1971 F. SUTRISNO
Actor
DEWI 1957 A. SHRYAM
Actor
GERHANA 1985 BUCE MALAWAU
Actor
BING SLAMET TUKANG BETJA 1959 C.C. HARDY
Actor
BING SLAMET KOBOI CENGENG 1974 NYA ABBAS AKUP
Actor
DOSA SIAPA 1972 SUSILO SWD
Actor
ZIG ZAG 1991 PUTU WIJAYA
Actor
ANAK-ANAK REVOLUSI 1964 USMAR ISMAIL
Actor
PERNIKAHAN DINI 1987 YAZMAN YAZID
Actor
KAWIN LARI 1974 TEGUH KARYA
Actor
PERKAWINAN DALAM SEMUSIM 1976 TEGUH KARYA
Actor
NILA DI GAUN PUTIH 1981 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
BERI AKU WAKTU 1986 BUCE MALAWAU
Actor
SAAT KUKATAKAN CINTA 1991 ADISOERYA ABDY
Actor
PENGINAPAN BU BROTO 1987 WAHYU SIHOMBING
Actor
DELAPAN PENDJURU ANGIN 1957 USMAR ISMAIL
Actor
LUKA DI ATAS LUKA 1987 BUCE MALAWAU
Actor
DIANA 1977 NAWI ISMAIL
Actor
MIRA 1961 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
PENGABDIAN 1984 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
EXSPEDISI TERAKHIR 1964 ALAM SURAWIDJAJA
Actor
AKHIR CINTA DI ATAS BUKIT 1972 WAHYU SIHOMBING
Actor
SEKEDJAP MATA 1959 BACHTIAR SIAGIAN
Actor
BADAI PASTI BERLALU 1977 TEGUH KARYA
Actor
ISENG 1959 TURINO DJUNAIDY
Actor
PISO SURIT 1960 BACHTIAR SIAGIAN
Actor
SAYANGILAH DAKU 1974 MOTINGGO BOESJE
Actor
PILIHLAH AKU 1956 NAWI ISMAIL
Actor
DISELA-SELA KELAPA SAWIT 1967 WAHYU SIHOMBING
Actor
GAGAL 1955 H. ASBY
Actor
AKCE KALIMANTAN 1961 VLADIMIR SIS Drama Actor
NAPSU SERAKAH 1977 BAY ISBAHI
Actor
BERANAK DALAM KUBUR 1971 AWALUDIN
Actor
ALI TOPAN ANAK JALANAN 1977 ISHAQ ISKANDAR
Actor
TJORAK DUNIA 1955 BACHTIAR SIAGIAN
Actor
SRIGALA 1981 SISWORO GAUTAMA PUTRA
Actor
MALAM JAHANAM 1971 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
SELIMUT CINTA 1977 DARTO JONED
Actor
SENGKETA 1957 USMAR ISMAIL
Actor
ANANDA 1970 USMAR ISMAIL
Actor
KONTRAKTOR 1984 WAHAB ABDI
Actor
SEMBILAN WALI 1985 DJUN SAPTOHADI
Actor
TIGA DARA 1956 USMAR ISMAIL
Actor
BIG VILLAGE 1969 USMAR ISMAIL
Actor
BETAPA DAMAI HATI KAMI 1981 CHAERUL UMAM
Actor
DESA DI KAKI BUKIT 1972 ASRUL SANI
Actor
GADIS DISEBERANG DJALAN 1960 TURINO DJUNAIDY
Actor
ITA SI ANAK PUNGUT 1973 FRANK RORIMPANDEY
Actor
DETIK-DETIK BERBAHAJA 1961 TURINO DJUNAIDY
Actor
DUNIA BELUM KIAMAT 1971 NYA ABBAS AKUP
Actor
HUKUM KARMA 1982 JIMMY ATMAJA
Actor
GADIS KERUDUNG PUTIH 1967 DJAMAL HARPUTRA
Actor
GADIS HITAM PUTIH 1985 WAHYU SIHOMBING
Actor
TOHA, PAHLAWAN BANDUNG SELATAN 1961 USMAR ISMAIL
Actor
DIMANA KAU IBU 1973 HASMANAN
Actor
LANGKAH-LANGKAH DIPERSIMPANGAN 1965 NYA ABBAS AKUP
Actor
REMANG-REMANG JAKARTA 1981 LUKMANTORO DS
Actor
SENJA DI PULO PUTIH 1978 FRED WETIK
Actor
JARINGAN ANTAR BENUA 1978 FRED WETIK
Actor
ROMUSHA 1972 S.A. KARIM
Actor
MASIH ADA HARI ESOK 1961 R. ISKAK
Actor
BONI DAN NANCY 1974 JOHN TJASMADI
Actor
DR. KARMILA 1981 NICO PELAMONIA
Actor
DEMI CINTA 1974 MATNOOR TINDAON
Actor
DEKAT DIMAT DJAUH DIHATI 1956 TB SANUSI
Actor
GITA TARUNA 1966 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
KETIKA CINTA HARUS MEMILIH 1981 MATNOOR TINDAON
Actor