Lahir di Solok, Sumatera Barat, 14 Desember 1953. meninggal dunia di
Jakarta, 1 September 1991. Bekerja di TVRI sejak 1976. Meski pernah
menjabat sebagai kepala Sub Seksi Drama Modern. Jabatan terakhirnya
adalah Kepala Seksi Produksi Acara Drama, tapi orang mengenal dia
sebagai seniman yang kreatif. Diakui oleh Direktur TVRI (waktu itu) drs.
Ishadi SK, "...dia senantiasa menghsilkan karya yang berbobot."
Terbukti dalam lomba sinetron, yang masih dikaitkan dalam Festival Film
Indonesia (FFI). Hasil penyutradaraannya, Sayekti dan Hanafi adalah
sinetron terbaik pada FFI 1988. Kemudian Tuanku Tambusai (FFI 1990), dan
terakhir Aksara Tanpa Kata pada FFI 1992. Piala untuk karyanya itu
diterima (atas nama almarhum) oleh Ida Leman, jandanya Irwinsyah, sempat
membuat film bioskop berjudul Sebening Kaca pada 1986.
SINOPSIS
Meski sudah kawin, dan memimpin usaha mainan anak-anak, tapi Effendi (Ray Sahetapy) masih menyisakan sifat kekanakan dan kemanjaannya. Ibunya adalah satu-satunya wanita yang dicintai dan dipatuhinya. Dia menceraikan istrinya, Tining (Dewi Irawan). Entah bagaimana, Yanti (Marissa Haque), sahabat Tining dan adik sahabat Effendi, memutuskan mau dikawini Effendi. Perlakuan Effendi yang pernah diberikan kepada Tining diulang kembali pada Yanti, yang harus menekan perasaannya, apalagi melihat bagaimana Effendi memperlakukan sekretarisnya, Marina (Fanny Bauty), setiap pulang kerja. Belum lagi kelakuan kekanak-kanakan di rumah dalam soal-soal kecil seperti pakaian, minuman, dll.
Yanti sering berhubungan dengan sahabatnya, Tining, yang selalu mendorong Yanti agar tabah. Ketika memergoki Effendi bercumbu di sebuah tempat eksklusif, Yanti tak tahan lagi. Dalam keadaan hamil ia pulang ke rumah ibunya dan bertahan tak mau pulang saat Effendi --atas anjuran ibunya-- mendatangi Yanti. Sikap keras Yanti membuat Effendi mulai berbalik sikap dan menyadari kesalahannya. Setelah menunjukkan kesungguhan perubahannya, dan menyatakan cintanya --suatu hal yang tak pernah dilakukan Effendi-- barulah Yanti mau pulang.
Yanti sering berhubungan dengan sahabatnya, Tining, yang selalu mendorong Yanti agar tabah. Ketika memergoki Effendi bercumbu di sebuah tempat eksklusif, Yanti tak tahan lagi. Dalam keadaan hamil ia pulang ke rumah ibunya dan bertahan tak mau pulang saat Effendi --atas anjuran ibunya-- mendatangi Yanti. Sikap keras Yanti membuat Effendi mulai berbalik sikap dan menyadari kesalahannya. Setelah menunjukkan kesungguhan perubahannya, dan menyatakan cintanya --suatu hal yang tak pernah dilakukan Effendi-- barulah Yanti mau pulang.
P.T. CIPTA PERMAI INDAH FILM |