RENTJONG ATJEH
Dalam publisiti menonjolkan Ferry Kock dan Dewi Maya, Teng Chun banyak belajar dari Andjar Asmara dalam hal betapa pentingnya Publisiti. Dan dilakukan publisi yang besar untuk film ini yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa kali pemainnya harus ikut RoadShow ke tiap daerah untuk pemutaran film ini, sambutan luarbiasa karena dalam publisi ini menekankan dua bintang ini. Rentjong Atjeh yang pembuatannya tersendat karena situasi dan kurang baik, bisa Box Office.
13 Agustus 1940 pemutaran perdana film ini di Rex Theater, pers mengkritik berbagai kekurangan sampai yang kecil-kecil, Meski disampaikan pers secara lembut, ketidak telitian set rumah kepala perampok karena rumahnya dari gubuk tapi lantainya dari ubin. Walaupun hanya sedikit tetapi ceritanya bagus, sama seperti film Alang-alang. Ada pun pakaian tidak sesuai kecuali kepala perampok.
adalah cerita karangan Ferry Kock, mengenai bajak laut untuk difilmkan. Ferry dan Dewi Mada main didampingi oleh Moh.Mochtar, Hadidjah dan Bissoe. Bahkan awalnya sutradara di percayakan pada Ferry Kock tapi ia tidak mampu sehingga diambil alih lagi oleh Teng Chun. Pembuatan film ini mengalami kusiltan. Pada tahun 1940 Hindia Belanda dalam keadaan siap perang melawan serbuan Jepang, pemerintah Belanda tidak mengijinkan shooting di laut. Sehingga perahu perampok yang sudah disewa hanya parkir saja di muara sungai, daerah teluk Gong Batavia. Perubahan yang mengacau pada cerita di buat, kekurangan adegan terpaksa diisi stockshot sisa-sisa film Alang-alang. Dan Ferry Kock tidak sehebat yang dibayangkan. Ia dinilai kurang tepat memerankan tokoh panglima.
Berharap dapat penghargaan dari penonton kelas atas, film ini satu model dengan Zoebaida, sebahagian adegannya berlangsung dihutan, mungkin disekitar Aceh. Yang penting hutan itu terasa asing sekali. Adat istiadat penduduknya sangat primitif sekali, seperti dikepulauan Hawaii seperti gambaran film Hollywood. Judul Rentjong Atjeh hanya buat sensasi saja sama seperti judul Kris Mataram, karena tidak ada hubungannya dengan budaya Aceh atau Mataram. Rentjong itu senjata yang dipakai untuk berkelahi dengan kepala Bandit. Tokoh utamanya menggigit pisaunya sama seperti film Tarzan yang buatan Hollywood kalau sedang berayun atau berenang mengejar Buaya.
JAVA INDUSTRIAL FILM
JAVA INDUSTRIAL FILM
DEWI MADA FERRY KOCK MOH MOCHTAR HADIDJAH BISSU |
Dari dulu Teng Chun ingin membuat film untuk bisa mendapat simpati penonton atas, maka ketika suami istri mantan anggota Dardanella, Ferry Kock dan Dewi Mada, mereka adalah Indo yang cukup berpendidikan.
Beberapa lagu ciptaan M.Sardi untuk film ini diterbitkan dalam bukunya oleh Departement musik JIF. Lgu tersebut adalah Oh, Ajah dan Iboekoe yang dinyanyikan oleh Ferry Kock. Lagu Indah dinyanyikan oleh Dewi Mada, Akoe Ta'Sangkah oleh Hadidjah, dan Hoera-hoera oleh Koor. Dan lagu-lagu itu juga di siarkan oleh NIROM 2 (Siaran Radio Hindia Belanda). SEmua dinyanyiukan oleh pemain dalam film itu dan diiringi oleh JIF Orcherstra dibawah pimpinan M.Sardi.
Dalam publisiti menonjolkan Ferry Kock dan Dewi Maya, Teng Chun banyak belajar dari Andjar Asmara dalam hal betapa pentingnya Publisiti. Dan dilakukan publisi yang besar untuk film ini yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa kali pemainnya harus ikut RoadShow ke tiap daerah untuk pemutaran film ini, sambutan luarbiasa karena dalam publisi ini menekankan dua bintang ini. Rentjong Atjeh yang pembuatannya tersendat karena situasi dan kurang baik, bisa Box Office.
13 Agustus 1940 pemutaran perdana film ini di Rex Theater, pers mengkritik berbagai kekurangan sampai yang kecil-kecil, Meski disampaikan pers secara lembut, ketidak telitian set rumah kepala perampok karena rumahnya dari gubuk tapi lantainya dari ubin. Walaupun hanya sedikit tetapi ceritanya bagus, sama seperti film Alang-alang. Ada pun pakaian tidak sesuai kecuali kepala perampok.