Film ini dibuat saat seru-serunya serial film Hollywood Tup Gun-nya. Tetapi penonton terkesima oleh kesan film ini yang ternyata Indonesia memiliki alat tempur udara yang canggih juga. Sudah tentu di suport oleh AURI, maka film ini sangat mahal sekali dalam pembutannya yang menggunakan pesawat tempur.
Asal sungguh-sungguh dan memenuhi syarat, setiap warga negara bisa menjadi pilot tempur. Itu inti film ini. Dicontohkan bahwa Ronaldi (Dede Yusuf) yang berasal dari keluarga mampu, dan Prasojo (Donny Damara) dari keluarga miskin, bisa diterima menjadi taruna Akademi Angkatan Udara (AAU). Selain informasi mengenai AAU dan kepilotan, disajikan juga kisah cinta antara Ronaldi dan anak penjual gudeg, Laras (Dian Nitam)
Kalau film Top Gun, kisah cinta dan pertempuran yang dihadirkan, tetapi di sini adalah kisah cinta saja yang ditampilkan dengan AURI latar belakangnya. Walaupun di cap sebagai film Top Gun, tetapi tidak ada pertempuran udara. Kalau Amerika bisa mencari musuh mereka siapa saja dan kapan saja. Tetapi bila menyangkut Indonesia, musuh tidak punya, berperang juga jarang. Dan selain itu juga mahal membiayai film dengan adegan seperti Top Gun. Yah, minimal setelah nonton film ini anak-anak muda mau masuk ke AURI, itu yang terpenting dalam film ini.
Asal sungguh-sungguh dan memenuhi syarat, setiap warga negara bisa menjadi pilot tempur. Itu inti film ini. Dicontohkan bahwa Ronaldi (Dede Yusuf) yang berasal dari keluarga mampu, dan Prasojo (Donny Damara) dari keluarga miskin, bisa diterima menjadi taruna Akademi Angkatan Udara (AAU). Selain informasi mengenai AAU dan kepilotan, disajikan juga kisah cinta antara Ronaldi dan anak penjual gudeg, Laras (Dian Nitam)
Kalau film Top Gun, kisah cinta dan pertempuran yang dihadirkan, tetapi di sini adalah kisah cinta saja yang ditampilkan dengan AURI latar belakangnya. Walaupun di cap sebagai film Top Gun, tetapi tidak ada pertempuran udara. Kalau Amerika bisa mencari musuh mereka siapa saja dan kapan saja. Tetapi bila menyangkut Indonesia, musuh tidak punya, berperang juga jarang. Dan selain itu juga mahal membiayai film dengan adegan seperti Top Gun. Yah, minimal setelah nonton film ini anak-anak muda mau masuk ke AURI, itu yang terpenting dalam film ini.
P.T. STUDIO 41 |
DONNY DAMARA DIAN NITAMI DEDE YUSUF LENNY MARLINA DIAH PERMATASARI RUDY SALAM DODDY SUKMA |
Donny Damara dan Film Perwira dan Ksatria
JAKARTA (Pos Kota). Banyak film dibintangi Donny Damara. Apalagi sinetron. Tapi film Perwira dan Ksatria disebut yang paling mengesankannya. Film arahan sutradara muda Noorman Benny yang diproduksi 1990 itu beda dari film lain yang dibintanginya.
“Saya beperan jadi calon penerbang pesawat tempur, dan benar-benar ikut sekolah di calon penerbang di Magelang dan Jogya, ” kenangnya. Aktor 43 tahun yang kini sudah punya putri ABG ini menyatakan, hidup 3 bulan di lingkungan militer telah mengubah kepribadiannya.
“Saaat main film itu saya belum begitu dikenal, khususnya di sekolah militer di Magelang. Jadi saya diperlakukan sama dengan yang lain, dibentak dan bahkan dilempar penghapus waktu ngantuk di kelas, ” katanya.
Main bareng Dede Yusuf dan Dian Nitami, di antara dua bintang itu di lokasi namanya tenggelam. “Saya bersyukur dengan begitu saya lebih menghayati peran, ” katanya.
Tak percuma, film tu memberikan nominasi untuknya di FFI 1991. “Saya sempat naik pesawat F-5. Pegang kamera. Karena sebelumnya sudah latihan saya baik-baik saja. Dede Yusuf sempat muntah-muntah, setelah turun, ” katanya, dengan tawa.
Pesenybabnya, di udara, duduk di belakang cokpit, pilot juga melakukan bermacam manufer. Bagi yang tak bisa bukan hanya pusing tujuh keliling melainkan juga muntah-muntah, sebagaimana dialami Dede.
“Saya masih berhubungan baik dengan para pilot yang waktu itu masih calon. Mereka pilot andalan sekarang, ” ujarnya bangga.
Menyambut Hari Pahlawan 2009, film Perwira dan Ksatria diputar di TVRI mulai pk23.30 malam dini yang akan dibuka dengan wawancara bersama Donny Damara dan penata artistik Satari SK. (dimas