Tampilkan postingan dengan label NYA ABBAS AKUP 1954-1990. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label NYA ABBAS AKUP 1954-1990. Tampilkan semua postingan

Minggu, 06 Februari 2011

INEM PELAYAN SEXY II / 1977

INEM PELAYAN SEXY II


Inem sudah jadi nyonya besar, tapi gunjingan terus berjalan. Inem kebetulan ketemu bekas suaminya (Herry Koko). Brontoyudo (Jalal) cemburu sampai linglung, melihat Inem masih intim dengan bekas suaminya. Ny. Cokro mendorong-dorong suaminya untuk menyelesaikan masalah ini. Tindakan pertama, membuka lamaran babu-babu baru. Maka berduyunlah yang melamar. Babu pilihan disodorkan pada Bronto, tapi Inem seperti tak kenal cemburu. Di akhir film baru tampak keintiman Inem dengan bekas suaminya: Inem mendirikan sekolah asrama yatim-piatu dll.

 
NEWS
Sinar harapan, 4 Nopember 1978
 Nyak Abbas kecewa pada “Inem II” Adegan Sex Dipotongi
“SAYA tidak habis mengerti, mengapa adegan tempat tidur antara Jalal dan Doris sebagai suami isteri dalam film “Inem Pelayan Sexy” ke-2 dipotong. Padahal dalam film saya itu tidak ada segi kejorokan atau porno. Kan saya ceritakan bahwa Inem dengan Jalal sudah suami isteri, dan saya kira ini wajar saja. Yah…kira-kira ada 2 atau 3 feet adegan ranjang yang sama gambarkan secara samar-samar ini hilang. 

Yang aneh, mengapa film Nasional lain yang adegannya justru lebih jorok, malah tidak dipotong”, ungkap Nya Abbas Acup. Selama ini, memang Nyak tidak pernah menyuguhkan adegan yang merangsang. Kalaupun itu merangsang, pada hematnya adalah merangsang otak penonton, agar penonton diajak berpikir. “Kita memang selalu dalam ketakutan dalam membuat film. Sensor sedikit saja, kita sudah kecewa. Padahal script kita sudah diperiksa di Deppen, lalu diperbolehkan, tahu-tahu dipotong di BSF. Kalau ada pikiran-pikiran lain dalam membuat film, kurang dihargai secara layak. Maunya satu arah saja. Padahal dalam saya membuat film, saya tidak mau two dimension tok, tapi multi dimension”, tambah Nyak lagi. 
Thema film Inem bagian dua menurut Nyak adalah kritik pada sikap kita yang kurang mau maju dan nrimo (menerima) saja. Ada pesan didalamnya, yaitu orang harus need for achievement. Selama ini, analisa pada bangsa kita terkenal sebagai bangsa yang santai dan apa adanya. Kalau seseorang punya profesi tertentu, ya sudah mandeg sampai di situ. Tidak mau belajar dan membaca lebih banyak lagi, di bidang apapun. 
Misalnya orang-orang desa yang punya tanah, terus-menerus hanya ditanami jagung saja. Jarang tumbuh kewiraswastaan dalam diri mereka. Yang baik adalah mental mereka harus dibentuk dari bawah, mulai anak-anak. Hal inlah yang dicoba digarap oleh Nyak Abbas dalam serial Inem yang akan berakhir sampai seri III. 


SEDANGKAN thema Inem bagian III yang digambarkan oleh Nyak adalah mengenai sifat-sifat 
manusia seutuhnya. Dalam film ini sifatnya lebih human, lebih manusiawi. Kelebihan dan kekurangannya lebih banyak bercerita tentang diri manusia-manusianya. Seperti misalnya ada Kongres babu-babu dan sebagainya. “Seorang pembuat film pada dasarnya adalah anak masyarakat juga. Saya hendak membawakan inspirasi yang hidup dalam masyarakat kedalam film-film saya. 
Tentu saja, dengan cara saya. Yaitu film komedi. Saya mengakui bahwa masih terjadi ketidakadilan dan ketidakbenaran dalam masyarakat kita. Saya tidak mau menyuguhkannya secara langsung, tapi lewat cara komedi. Ada satire, kritik halus atau farce didalamnya, karena cara ini lebih dekat dan mudah diterima oleh masyarakat kita”. Lebih jauh, Nyak menerangkan bahwa jika dia punya uang berlebih, dia akan mengumpulkan sendiri seluruh hasil-hasil karyanya. Dari film “Heboh” sampai “Inem”. Entah realisasi ini kapan terwujud. 

Hal ini cukup bisa dimaklumi, karena kita biasanya lupa pada urusan dokumentasi. Sampai-sampai film lama kita, seperti film “Terang Bulan”, copynya tidak ada, atau kalaupun ada, sudah rusak. Memang ada Sinematek pimpinan H. Misbach Yusa Biran. Tapi belum semua produser dan sutradara kita sadar dan memberikan sebuah copynya untuk dokumentasi Sinematek. Maka, keinginan semacam yang dicetuskan oleh Nyak layak didukung.

INEM PELAYAN SEXY III / 1977

INEM PELAYAN SEXY III

 
Dengan slogan "Tanpa Babu Negara Kacau", Inem mengadakan kongres babu-babu lengkap dengan segala upacara dan tata caranya. Kongres ini berangkat dari pikiran bahwa nasib babu masih sengsara dan mendapat perlakuan tak adil. Sebagai bekas babu dan kini istri multi milyarder, dia tergerak untuk memperbaiki nasib kaumnya. Tapi, sebenarnya kegiatan ini muncul dari ambisi pribadinya untuk menjadi tokoh, di samping dia tidak lagi tahu harus berbuat apa sebagai istri orang kaya. Hal inilah yang sebenarnya lebih jadi motivasi utama. Maka semua tindakannya jadi tidak proporsional: ada Bank Babu-Babu, Monumen Babu-Babu, Perumahan Babu-Babu, Taman Babu-Babu dll. Ketidakseimbangan ini dipulihkan di akhir film. Semua usaha Inem kocar-kacir, rumah tangganya pun kocar-kacir. Inem kembali jadi istri "biasa". Film ini paling lengkap menunjukkan sikap sosial Nya Abas.
 P.T. CANDI DEWI FILM

DORIS CALLEBAUTE
TITIEK PUSPA
JALAL
AEDY MOWARD
SUPRAPTO
SUNARYO
HERRY KOKO

MATT DOWER / 1969

MATT DOWER

 
Matt Dower (S. Bagio), yang dianggap agak kurang waras oleh penduduk setempat, merasa prihatin dengan kemelaratan desanya akibat pemerasan Nukulom. Pada saat bersamaan, Matt Geledek (S. Bagio) yang punya banyak anak buah dan menyerahkan kekuasaannya pada Munafik (Mansjur Sjah), baru keluar penjara. Dalam perjalanan mencari Nukulom, Matt Dower sampai ke sarang Matt Geledek. Ia disambut gembira, kecuali oleh Munafik. Istri Matt Geledek (Rahayu Effendi) bahkan merayunya. Matt Dower mengubah seluruh kebiasaan para bandit itu. Pabrik arak dijadikan pabrik kecap, pabrik uang kertas palsu disuruh mencetak buku, tempat pelacuran jadi tempat khotbah dll. Munafik berhasil membuang Matt Dower, tapi tidak lama kemudian Matt Dower kembali lagi. Sekali lagi Matt Dower dikalahkan oleh Munafik dengan guna-guna. Pada saat itulah, Matt Geledek pulang. Ia telah berubah. Maka Munafik dihancurkan108 menit. Dibintangi S. Bagio, Rahayu Effendi, Mansjur Sjah, Hassan Sanusi, Maya Sopha. (Bahasa Indonesia tanpa subtitel)


Film ini mencoba sukses Tiga Buronan dengan sentuhan komedi, ternyata film ini penuh muatan dengan ide, walaupun banyak yang bilang tidak se asyik Tiga Buronan. Tetapi Film ini kurang komersil di pasaran.

Gambar diambil dengan film berwarna, tapi dicetak dalam warna hitam-putih.
 DEWAN PRODUKSI FILM NASIONAL

S. BAGIO
RAHAYU EFFENDI
MANSJUR SJAH
HASSAN SANUSI
MAYA SOPHA
ISMAR LUBIS
A. HAMID ARIEF
ARIATI
FRITZ G. SCHADT
BISSU

NEWS
SUMBER : PURNAMA, 7 Maret 1971

MAT DOWER DITJABUT DARI PEREDARAN Djakarta, (Purnama).
Film hasil garapan ke –II ex DPFN “Matt Dower” akan ditjabut dari peredaran, dan selandjutnya dibekukan – demikian diperoleh keterangan dari kalangan Giprodfin. Langkah ini diambil setelah melihat kenjataan bahwa selama masih peredarannja, didaerah “Matt Dower” sangat mengetjewakan. Alasan lain jang disebutkan antaranja adalah bahwa “Matt Dower” dichawatirkan bahkan dpt memerosotkan appresiasi masjarakat penonton jang baru bangkit kembali dengan film2 nasional lainnja, karena thema tjerita jang tidak realistis. “Matt Dower” dibintangi oleh Rahaju Effendy dan S. Bagjo, dengan sutradara Nja Abbas Acup.

HEBOH / 1954

HEBOH


Sebelum meninggal dunia, hartawan Mutalib (A. Thys) berpesan agar anaknya Dullah (Bambang Hermanto) mencari harta warisan yang letaknya tercantum dalam peta rahasia. Karena waswas anaknya yang sekolah di luar negeri itu hanya tahu berfoya-foya saja, Mutalib minta sahabatnya, Cepot dan Udel untuk ikut membantu dan mengarahkan anaknya, termasuk diberitahu tentang peta rahasia itu. Joko (Rd Ismail), pembantu almarhum, berusaha merampas peta itu dengan bantuan sekretaris pribadi Mutalib, Fatimah (Elly Sri Kudus). Udel dan Tjepot diculik dan diancam Joko. Udel dan Tjepot lalu melarikan diri sampai ke Sukadamai. Pelarian ini dibuat kocak. Joko berhasil merampas peta dari Dullah dan pergi ke Sukadamai yang jadi petunjuk tempat warisan. Berkat bantuan Udel dan Tjepot, yang berhasil menemukan harta warisan adalah Dullah. Apa isi harta warisan itu? Cuma secarik kertas yang menganjurkan agar Dullah bekerja. Dullah yang insyaf dan ingin bekerja serius setelah mendapat pesan itu, juga sempat jatuh hati pada gadis setempat, Siti (Mia Marta). Film pertama Nya Abbas Akup ini sudah menunjukkan ciri-ciri yang terus dikembangkan pada film-film berikutnya. Antara lain menggunakan pelawak populer, dan sindiran sosial. Dalam film ini sindiran itu antara lain tentang kepercayaan pada kuburan keramat tempat memohon sesuatu.

PERFINI

UDEL
TJEPOT
MIA MARTA
BAMBANG HERMANTO
RD ISMAIL
ISNAH BS
A. THYS
MASITO SITORUS
M.S. DERITA
ELLY SRI KUDUS
TUTY
M. ZEN

FULL MOVIE


News.

Ini adalah film pertama Nya Abbas, sebagai sutradara film setelah mengikuti test pelatihan yang diselenggarakan PERFINI 1952. Dengan asisten sutradara Masfil. Misbach bercerita, di film ini juga dia pertama kali kerja di film alias magang, menjadi pengganti pencatat script. Di film ini juga Misbach ketemu Nya Abbas, dan juga Kasdullah juru kamera. Dia bercerita saat pulang , crew paling bawah harus naik truk pulang dengan bak terbuka, sedang crew kelas atas, pemain wanbita, sutradara, cameraman juru suara dll, naik mobil piuck up dengan terpal dan ada tempat duduknya.

ATENG MINTA KAWIN / 1974

ATENG MINTA KAWIN


Kisah cinta ramai-ramai: Ateng-Vivi Sumanti, Eddy Soed-Titiek Puspa dan Iskak-Enny Kusrini. Titiek, janda penyanyi dangdut, punya anak angkat Ateng dan kakaknya Enny. Sementara Eddy Soed, duda yang punya 90 persen koleksi lagu dangdut dan 10 persen lagu Beethoven, punya anak perempuan Vivi dan pembantu Iskak. Percintaan Ateng-Vivi dihalangi orangtua masing-masing yang saling berseteru. Maka terjadilah percintaan diam-diam, seperti juga percintaan Enny-Iskak. Ketika Eddy-Titiek bisa berdamai, maka kawinlah ramai-ramai. Sebuah banyolan gaya Srimulat, tapi di tangan Nya Abbas toh punya warna sendiri, yang tidak jatuh jadi banyolan yang tak cerdas.
P.T. SAFARI SINAR SAKTI FILM

ATENG
ISKAK
EDDY SUD
TITIEK PUSPA
VIVI SUMANTI
ENNY KUSRINI





Sukses setelah membuat film Koboi Cengeng kini muncul kembali dengan Ateng Minta Kawin, sudah jelas pemainnya adalah sejumlah pelawak Kwartet jaya tanpa Bing Slamet. Tetap lucu, meskipun tidak se unik Koboi Cengeng adalah sebuah parodi. Sedangkan Anteng minta kawin adalah sebuah komedi biasa yang bermain di sekitar kehidupan sehari-hari yang amat kita kenal. Kekhasan Nya makin kental dalam film ini berolok-olok. Melalui kisah percintaan ramai-ramai Ateng dengan Vivi Sumanti, Iskak dengan Enny Kusrini, Eddy Sud dengan Titik Puspa,...Abbas sepuasnya melampiaskan ejekannya pada keseluruhan oarang yang butuh jodoh. Saat Ateng gagal melamar Vivi karena ditolak oleh Eddy Sud ayah Vivi, tangisan tidak hentinya sampai guling basah semua. Ini yang khas dari PT. Safari Sinar Sakti Film. Apa karena tidak ada Bing dalam film ini sehingga semua tokoh harus bermain sebaik mungkin. Dan tidak sia-sia, tidask seperti film semula, kelompok ini menunjukan permainan yang baik. Konflik dalam cerita ini bekisar soal yang dihadapi Eddy Sud, dan Nyaa Abbas sangat lihai dalam menyelesaikan persoalan ini dengan adegan Eddy Sud di seruduk kerbau ketika sedang cekcok dengan Titik Puspa. Eddy dengan kepala benjol tentu saja di tolong oleh Titik. Dan cinta pun bersemi. Ateng melancarkan dendam kepada calon mertua dan bapak tiri sekaligus. Tetapi perkawinan masal akhirnya terjadi juga ketika semua soal telah selesai dengan damai. Hal ini tercapai adanya perjanjian antara Ateng dan Eddy Sud untuk berdamai. 

Persoalannya adalah bagaimana mungkin Ateng mau kawin dengan Vivi anak Eddy Sud, sedangkan Eddy Sud jatuh cinta dengan Titik Pusppa yang ibu Ateng. Penyelesaiannya cukup dengan, "Kan Ateng anak angkat, Ibu Titik kan bukan ibu kandung Ateng." kata Ateng dirumah Vivi. Kontan saja Eddy Sud yang menguping itu berteriak " Alhammmdulllilah.." dan selanjutnya adegan perkawinan masal dilapangan terbuka. 

Film yang dibuat di desa sekitar Magelang ini, adegan dibuka dengan Ateng yang sedang bermain dengan kerbau. Lucu dan kekanak-kanakan. Ateng yang mengaku berumur 18 tahun bercinta hebat dengan Vivi. Ketika lamarannya ditolak sambil nangis Ateng berbicara pada ibunya "Mak, cerita Romeo dan Juliet akan terulang lagi" ini adalah permainan kontras dalam humor. Waktu Eddy Sud sedang pacaran dengan Titik, sebagai penyanyi dangdut, titik senang mendengar bahwa 90 persen koleksi piringan hitam Eddy Sud adalah lagu dangdut. Lalu Titi bertanya " yang sepuluh persen itu lagu apa mas." Eddy Sud menjawab "Lagu Beethoven".



Juru kamera Tarigan (lulusan sekolah Moskow) membuat gambar baik, jelas dan warna yang mendukung cerita.
  

Film ini baru saja kehilangan Bing Slamet, meninggal dunia, di Jakarta, 17 Desember 1974.

GADIS / 1980

GADIS

 
Film ini adalah film Drama, Nyaa mencoba untuk membuat film drama, dan ternyata dari semua film dia hanya 4 film yang non komedian. Bu Titik (Titiek Puspa) anak beranak pergi dari rumah suaminya, seorang pejabat yang tergila-gila perempuan lain. Mereka jadi buruh cuci pada keluarga-keluarga bangsawan. Kesengsaraan ini bertambah ketika cucian mereka dicuri orang hingga anaknya, Gadis (Dewi Yull), harus jadi budak di rumah bangsawan Renggo (Deddy Sutomo) yang pakaiannya mereka hilangkan. Di sini Gadis bertemu dengan Jaka (Ray Sahetapy), yang baru lulus Mosvia dan ditugaskan di daerah itu. Kisah cinta ini tak berjalan lancar, apalagi dengan latar belakang penggusuran sebuah desa yang dilakukan Renggo demi memenuhi tuntutan direktur perkebunan yang ingin meluaskan tanahnya. Pacar Jaka, Rini (Cici Gamiarsi), anak Renggo, hamil dengan sahabat Jaka, Andi (Andi C. Yunus). Pada saat Jaka dan Andi ingin membawa lari Rini, rakyat desa yang digusur menyerbu rumah Renggo. Andi terbunuh di jalan. Rini mendatangi Gadis dan menyatakan bahwa Jaka berjanji pada Andi untuk menikahinya. Gadis mengalah. Ternyata itu akal-akalan Rini untuk menyelamatkan diri. Jaka meminang resmi Gadis. Saat itu juga Renggo membalas menyerbu rakyat yang mengobrak-abrik rumahnya dan sedang mengelu-elukan Gadis dan Jaka, meski sebelumnya rakyat itu sudah mendapat janji dari direktur perkebunan bahwa mereka boleh kembali ke desanya.

Film ini cukup bagus. Nya Abbas terus memperjuangkan hak kaum bawah. Hampir semua film dia mempertanyakan masalah level sosial. Di film ini sangat jelas, Ningrat dan tidak ningrat. Di film ini pemain cukup bagus. Dan Abbas sudah canggih dalam sinematographynya. Lihat opening film saat Titiek Puspa buka jendela, kamera dari luar dan masuk ke jendelan dan sudah berada di interior, dan follow blokking pemain di dalam rumah dengan satu shot tanpa putus. Film ini juga di saat Rey berumur 23 tahun, Dewi Yull 19 Tahun, Dan Titiek Puspa 42 Tahun.
 
P.T. INEM FILM

TITIEK PUSPA
DEWI YULL
RAY SAHETAPY
CICI GAMIARSI
DEDDY SUTOMO
SUNARTI
ANDI C. YUNUS
AJENG TRIANI SARDI
PRIA BOMBOM
ANDIKA ISKANDAR
HENNY SPARINGA
HERMAN de FRITS

FULL MOVIE


News

GADIS Saya selalu memihak kaum bawah (underdog). Di film Inem Pelayan Sexi, dan Rojali dan Juleha sikap itu bisa dilihat. Mengapa? Saya melihat mereka sering diperlakukan sewenang-wenang dan teraniaya. Tapi saya tidak mengingkari di antara mereka pun ada pencuri dan perampok. Dan dalam film Gadis, hal itu saya ceritakan dengan mengambil bentuk tontonan ketoprak. Saya sadar bahwa upaya baru (ketoprak) tersebut beranjak dari selera publik. -- Nya Abas Akup. 

GAGASAN sutradara kawakan itu ternyata belum tertuang dengan kental -- sekalipun para pemeran Gadis sudah didandani busana zaman Hindia Belanda. Mereka memang bermain dalam pengadeganan gaya ketroprak, tapi tanpa jiwa matang. Dalam film itu Jaka (Ray Sahetapi) dikisahkan diam-diam jatuh cinta pada Rini (Cici Suryokusumo), anak Raden Mas Renggo (Dedy Sutomo). Pada perkembanan berikut, Jaka -- anak ningrat itu -- ternyata lebih menyukai kepolosan Gadis (Dewi Yull). Ketika itu Gadis berstatus sebagai babu di rumah denmas Renggo. Terpaksa ia jadi babu karena ibunya, ibu Titik (Titiek Puspa), menghilangkan seperangkat pakaian milik keluarga Renggo yang dicucinya. Ibu Titiek, bekas istri seorang ningrat, hidup bersama ketiga anaknya sebagai buruh pencuci. Dan Rini, yang tak diindahkan itu, diam-diam bermain cinta dengan Andi, teman Jaka, sampai hamil. Sementara cinta kedua pasangan remaja itu berkembang, masyarakat di sekitar mereka resah. Pemerintah Belanda, lewat Renggo, berniat mengambil alih tanah rakyat untuk dijadikan perkebunan. Kaum bawah yang tertindas tadi, sambil menyimpan dendam, ramai-ramai mengungsi ke rumah ibu Titik. Dan suatu malam, dengan parang dan tombak, massa rakyat itu berusaha menghabisi Renggo. Dalam perjalanan ke rumah Renggo itulah, seorang rakyat tanpa sengaja membunuh Andi. Ketika itu, Jaka tengah berupaya mengantar Rini dan Andi melarikan diri ke kota. Dan pada adegan berikutnya Nya Abas tak lupa menyisipkan kritiknya. Diperlihatkannya bahwa kaum bawah pun memiliki jiwa culas, tak segan merampok dan menghabisi nyawa orang. Tapi berkat nasihat ibu Titik, rakyat tidak jadi merampok dan membunuh Renggo Mereka secara beramai-ramai malah berusaha membunuh seorang pejabat Belanda, atasan Renggo. Gadis ditutup dengan suatu kejutan, ditambahi teks (atas desakan Badan Sensor Film), yang menyebabkan film itu brakhir di luar harapan sutradara (lihat box). Adalah keliru jika mendekati Gadis sebagai bentuk tontonan realisme.


Hampir seluruh percakapan dan pengadeganan di dalamnya, menurut Nya Abas Akup, merupakan bentuk pengubahan gaya (stylize). Dengan cara itu, ia berusaha menafsirkan kembali media film dalam konsep ciri kebudayaan Indonesia -- seperti tontonan ketoprak Setting dalam cerita film itu bukan merupakan soal pokok. "Soal feodalisme (seperti dikemukakan Gadis) bisa terjadi di mana saja dan kapan saja," katanya. Tapi sebagai konsekuensi pengetoprakan film itu, para tokohnya digambarkan secara hitam putih. Renggo merupakan cermin kaum feodal, wakil kepentingan (penguasa) Belanda. Sedang ibu Titik dan rakyat berada di seberangnya. Dalam gaya komedi (ciri Nya Abas) dan stylize kesewenang-wenangan kaum feodal dan penguasa ditonjolkan. "Dengan film itu, saya berusaha membicarakan sebagian besar rakyat desa," kata Nya Abas.


 

DUNIA BELUM KIAMAT / 1971

DUNIA BELUM KIAMAT


Ini adalah film Musikal. Kisahnya sederhana dan cukup klise: seorang perjaka miskin dan bekerja di bengkel (Muchsin) jatuh cinta pada gadis kaya (Titiek Sandhora) pada pandangan pertama. Setelah lewat berbagai hambatan, pasangan tadi berhasil mencapai keinginannya untuk berumahtangga. Yang unik adalah bentuk sajiannya yang bersifat musikal dan menekankan sisi kocak jalannya peristiwa. Sutradaranya sendiri menyebut bentuk ini dengan nama "operette pop"
 GABUNGAN
DEWAN PRODUKSI FILM NASIONAL

MUCHSIN
TITIEK SANDHORA
BENYAMIN S
RACHMAT HIDAYAT
MIEKE WIJAYA
DIANA REYNETTE
ELLYA KHADAM

DRAKULA MANTU / 1974

DRAKULA MANTU


Selain film koboi-koboian ala Nyaa, ada juga film tentang Drakula. Ini juga sama, Nyaa ingin menyindir situasi yang ada pada masyarakat saat itu tentang film Horor asing yaitu Drakula dalam versi Indonesianya. Isu yang khas dimasyarakat saat itu terasa sekali Ala Nya Abbas, kali ini isu masyarakat Indonesia yang kebarat-baratan dan juga isu gusur-menggusur rumah, serabot tanah, pembisnis lokal dan asing. Karena menganggur dan keadaan ekonominya yang mendesak, Benyamin (Benyamin S) bersedia menjadi tukang untuk memperbaiki rumah tua rusak yang hendak dihuni pendatang yang baru pulang belajar dari Inggris. Ternyata rumah itu banyak hantunya. Dan para hantu itu kebetulan tengah menanti pangeran Drakula dan putranya yang akan dikawinkan dengan anak salah satu hantu di rumah itu.

Tidak mudah menggabungkan Komedian Senior Tan Theng Bok, dan Komedian muda berbakat Benyamin, dan aktor lainnya. Tapi di tangan Nya Abbas, semua beres, karena itu di juluki si tukang ejek nomor satu.

President SOEHATO saat menonton film ini tertawa-tawa, padahal film ini menyindir negara yang brobok saat itu.
 
 

FULL MOVIE

Menyimak judul dan gambar posternya, wajar bila film ini terkesan sebagai komedi slapstick semata. Dalam sejumlah adegan kesan itu tak terbantahkan. Hanya saja dari dialog-dialog yang muncul, di sana-sini sarat dengan sentilan terhadap berbagai keb ijakan pemerintah. Sekaligus memotret situasi sosial-politik di awal masa Orde Baru. Tak cuma dari mulut dua aktor serbabisa Tan Tjeng Bok dan Benyamin Suaeb berbagai kritik terlontar, juga dari para pemain lainnya.

Akisah, sepasang kekasih (Wahab Adi dan Ritje Marghareta Gerung, Miss Fotogenic Jakarta 1974) berniat menempati rumah tua warisan orang tua. Ia meminta warga di sekitar lokasi, Benyamin S dan Rudy Djamil, untuk membersihkan dan memperbaiki beberapa ornamen yang rusak. Upaya perbaikan tak berlangsung mulus karena keduanya kerap diganggu sejumlah hantu yang lama menghuni rumah kosong tersebut. Di rumah itu, para hantu kedatangan seorang Pangeran Drakula (Tan Tjeng Bok) yang akan melamar putri hantu untuk putranya (Pong Hardjantmo).

Tentu saja mereka sangat terusik oleh aktivitas bersih-bersih yang dilakukan Benyamin dan Rudy. Mereka pun ngedumel. "Kita pindah ke sini kan karena kuburan sudah digusur, masak sekarang harus kena gusur lagi." Lalu salah satu di antara mereka nyeletuk, "Kalau kita tidak senang, bukannya bisa protes? Atau kita demonstrasi saja." Tapi hantu lainnya menukas, "Bukannya di sini masih terlarang untuk itu."

Film yang disutradarai Nya' Abbas Akup pada 1974 itu diputar sebagai pembuka acara bedah buku "Tan Tjeng Bok, Seniman Tiga Zaman 1898 - 1985" di kawasan Lebak Bulus beberapa hari lalu. Selain menampilkan kedua penulisnya, Fandy Hutaria dan dan Deddy Otara, serta sejarawan Didi Kwartanada, juga produser pelaksana film Drakula Mantu, Rushdy Hoesein.

Film ini sengaja dipilih untuk diputar karena Tan Tjeng Bok alias Pak Item pernah menyebutnya sebagai film terbesar yang dibintanginya. Menilik materi cerita boleh jadi demikian. Bahkan Didi menyebut film ini dibuat mendahului zamannya. Akibatnya masyarakat luas kurang bisa mencerna pesan yang disampaikan. Singkat kata, film yang skenarionya ditulis Nya' Abbas Akup dan dokter Rushdy Hoesein itu tak laku di pasaran.

Rushdy mengakui hal itu. Tapi secara pribadi dia tak terlalu rugi karena pemilik modal sebenarnya adalah sehabatnya, Erie Irawan Kaslan. Dia pengusaha kaya raya, rekanan Pertamina. Soal masyarakat kala itu belum bisa menerima film Drakula Mantu, sebagai penulis skenario Rushdy mengaku sedikit-banyak sudah memperkirakannya.

"Tapi film ini saya buat waktu itu memang target utamanya adalah kelompok masyarakat terdidik, para mahasiswa," ujarnya.

Karena alasan itulah, dialog para pemain berlangsung dalam Bahasa Indonesia baku. Penonton yang terbiasa menyaksikan film-film Benyamin pasti akan takjub. Meski tetap diselingi lagu dan aktingnya yang slengean khas Bang Ben, di film ini dia nyaris tidak bicara dengan idiom-idiom Betawi. Selain itu, irama musik jazz sengaja diselipkan Mus Mualim sebagai penata musik.

Ketika film masuk ke Badan Sensor, kata Rushdy yang saat ini dikenal juga sebagai sejarawan, sejumlah lobi dilakukan agar tidak terlalu banyak adegan dialog yang kena gunting. Sewaktu film mulai dipasarkan, ia mendapat kabar Presiden Soeharto dan keluarganya ikut meminjam copy filmnya untuk ditonton di Cendana. Ternyata penguasa Orde Baru itu tidak marah dengan berbagai kritik tajam dalam film ini. "Saya dapat cerita, Pak Harto malah ketawa-ketawa aja," ujar Rushdy.

Semula Benyamin yang akan berperan sebagai Drakula. Tapi Nya' Abbas Akup menolak dan memilih Tan Tjeng Bok. "Meski sudah tua, dia menjiwai betul peran tersebut," ujar Rushdy yang menyebut honor untuk Benyamin tetap lima kali lebih besar. "Pak Tan saya kasih RP 1 juta, Benyamin Rp 5 juta," imbuhnya.

Selain menyampaikan kritik sosial, film ini juga memperkenal konsep rekonsiliasi yang kala itu belum dikenal. Tapi konsep atau istilah itu menjadi sangat aktual dalam situasi politik mutakhir. Dikisahkan dalam akhir film, karena tak bisa menunjukkan sertifikat sebagai pemilik rumah para hantu akhirnya hijrah ke negeri entah-berantah bersama Pangeran Drakula.

Keputusan tersebut didahului dengan dialog, "Kenapa suatu persoalan mesti diselesaikan dengan kekerasan? Bukankah kita hidup di alam demokrasi?"
"Saya pikir lebih baik kita musyawarah saja."
"Benar Pak, musyawarah adalah kepribadian bangsa kita."

 

DJUARA 1960 / 1956

DJUARA 1960


Petinju Guntur (Udel) datang bersama pelatih (Tjepot) ke sebuah hotel untuk bermalam menjelang pertandingan kejuaraan melawan penantangnya (Masito Sitorus), yang datang bersama pelatihnya (Hassan Sanusi) pula. Di hotel itu kamar Guntur berdampingan dengan yang dihuni Udel bersama isteri (Sulastri). Agar gelar jatuh ke petinju asuhannya dengan gampang, pelatih Hasan Sanusi berbuat licik, meracun mata Guntur. Sesudah mengantar Guntur ke rumah sakit, pelatih Tjepot melihat Udel yang mirip Guntur. Dibujuklah Udel agar mau bertinju. Mulanya keberatan, tapi kemudian Udel bersedia bertarung, setelah mendapat pelukan pacar Guntur (Chitra Dewi) yang mengira Udel itu Guntur. Belakangan sang istri juga ikut bangga akan suaminya. Seusai pertandingan, setelah berhasil meng-KO lawannya. Udel jadi rebutan antara Sulastri dan Chitra Dewi. Persoalan diselesaikan dengan munculnya Guntur.
 PERFINI

UDEL
TJEPOT
CHITRA DEWI
MASITO SITORUS
SULASTRI
HASSAN SANUSI
HAMIDY T. DJAMILI

DJENDRAI KANTJIL / 1958

DJENDRAI KANTJIL


Tergolong film laris di masanya. Achmad Albar, 12 th, dia adalah pendiri dan vokalis band God Bless setelah itu. Tetapi saat di film ini Achmad Albar 12 tahun belum terkenal sebagai penyanyi. Dia dan kawannya membentuk band bernama Bintang Remaja dan tampil dalam Festival Band Bocah di lapangan Banteng Jakarta. Karena ibunya Farida Al-Hasni bercerai dan kawin dengan artis dan sutradara Djamaludin Malik maka dari sini dia kenal sama orang-orang film. Perkawinan ibunya dengan Djamaludin Malik melahirkan Camelia Malik.


Permintaan Arman (Achmad Albar) akan pistol-pistolan ditolak ayahnya (Rendra Karno), tapi si ibu (Chitra Dewi) setuju. Dengan pistol mainan itu Arman membentuk pasukan "Berani Mati" bersama-sama teman-temannya, Hamdan (Mangopul Panggabean) dan lain-lain. Keamanan di sekitar itu memang sedang terancam oleh aksi Bang Hamid (Menzano). Pencurian Bang Hamid dapat digagalkan oleh Arman dan kawan-kawan. Penduduk bangga mempunyai anak-anak yang berani.
 PERFINI

ACHMAD ALBAR
MANGOPUL PANGGABEAN
ACHMAD BADRUZAMAN
GONDO
SRIHARDJONO
MAHJUDDIN
CHITRA DEWI
RENDRA KARNO
TATIEK MALIYATI
TEGUH KARYA
MENZANO

TIKUNGAN MAUT / 1966



Rahmat (Rachmat Hidayat), anak dokter yang sudah almarhum, hidup bersama ibunya Ratna (Ratna Ruthinah). Ia senang ngebut, karena itu punya bengkel langganan. Di situ ia berkenalan dengan Nani (Nani Widjaja), yang ingin belajar setir mobil. Perkenalan berlanjut dengan pacaran. Masalah muncul, ketika bibi Rahmat, Sofie (Sofia WD) mengetahui bahwa Nani adalah keponakan Eddy (Aedy Moward), yang pernah punya hubungan gelap dengan Ratna, hingga suaminya meninggal. Sofie dendam dan memilih jadi perawan tua karena cintanya ditolak. Cerita bibinya yang bernada menghasut ini, membuat Rahmat hilang rasa hormat dan cintanya pada ibunya, putus asa dan berniat mati dalam lomba motor. Memang itulah yang terjadi.

P.T. BANDUNG AZWA FILM CORP.