Sebuah
tema dan kisah yang unik: aktivis dan pimpinan gerakan mahasiswa di
tahun 66 bersimpang jalan saat keadaan sudah "normal". Rima (Ariessa
Suryo), Danu (Cok Simbara) dan Bima (Johan Mardjono) berusaha tetap
setia pada cita-cita pergerakan. Sedang Bustaman, tokoh yang paling
dikagumi saat pergerakan, dengan sigap beralih perahu dan menyambar
kesempatan yang ada untuk menjadi kaya, termasuk di antaranya
mengkhianati pacarnya, Arini (Nurul Arifin), dan mengawini anak orang
kaya. Sayang semua masalah yang cukup besar dan gawat itu cuma tampil
lewat kata-kata. Tindakan mereka hanya sekadarnya. Hal ini membuat film
menjadi semacam dakwah atau sloganistis. Kesalahannya mungkin pada
rentang waktu yang panjang dan banyaknya soal yang mau diceritakan. Ada
keinginan untuk "menghidupkan" kembali peristiwa demonstrasi tahun 1966
di Bandung, yang menghabiskan hampir separuh film. Baru separuh film
berikutnya bicara kehidupan para aktivis sekitar lima tahun kemudian.
Ada juga kisah cinta yang terpendam antara Danu dan Rima. Danu tak
berani berterus terang karena mengidap kelainan jantung, yang di saat
puncak cerita (rebutan kontrak dengan pihak Jerman dengan Bustaman),
merenggut nyawanya.
Film ini mengangkat peristiwa 66, yang di hadirkan pada tahun 1988, sudah biasa film tentang kenyataan apa lagi peristiwa, pasti selalu ada aja yang kurang.
Film ini mengangkat peristiwa 66, yang di hadirkan pada tahun 1988, sudah biasa film tentang kenyataan apa lagi peristiwa, pasti selalu ada aja yang kurang.
P.T. PRASIDI TETA FILM P.T. ARIYO SAKA NUSA FILM |
ARIESSA SURYO DIDI PETET COK SIMBARA NURUL ARIFIN DIANA YUSUF EKA GANDARA JOHAN MARDJONO NANI SUMARNI ANNA TAIRAS SIS TRIAJI SJAEFUL ANWAR |