Maria
yang semasa kecil penuh dengan kepahitan hidup karena telah membunuh
ayahnya dan masuk penjara, setelah dewasa menjadi pelacur. Lukisan dunia
pelacur ini realistis sekali. Maria kemudian berkenalan dengan Ari
seorang pelukis yang kemudian mengenyampingkan tunangannya, Yanti.
Karena kemarahannya tanpa sengaja Yanti telah menabrak Ari hingga
menemui ajalnya.
P.T. TIDAR JAYA FILM |
SUZANNA DICKY SUPRAPTO SOFIA WD MENZANO AEDY MOWARD TINA MELINDA FARIDA FEISOL HAMIDY T. DJAMIL |
NEWS
22 September 1973
Ali makin panas, ya ? NAMA Ali Shahab adalah jaminan untuk cerita-cerita panas macam yang dipertontonkan dalam film sumi Makin Panas itu. Memulai kariernya sebagai penulis cerita-cerita hiburan yang berputar di sekitar tempat tidur, Ali kemudian beranjak menjadi sutradara pemotretan gambar-gambar strip yang mengisi beberapa majalah ibu kota. Ketrampilan tangannya membukakan pintu baginya ke dunia film: dari seorang penata rias, tata sandang hingga codirector, untuk akhirnya menjadi sutradara penuh. Maka inilah Bumi Makin Panas, film pertama buah tangan sutradara muda itu secara utuh, satu cerita, skenario sampai pelaksanaannya. Bagi mereka yang menggemari cerita-cerita hiburan Ali Shahab, kisah yang dihidangkan dalam film pertamanya itu bukan barang yang asing. Dan penggunaan media film lmtuk berkisah itulah cuma yang baru bagi Ali, sedang materi ceritanya adalah soal yang sejak lama ia gauli Sebagai sutradara itulah sebaiknya Shahab yang satu ini dipercakapkan, dan kesimpulan perbincangan tentulah tidak mengecewakan. Lepas bahwa film Bumi Makin Panas itu kabarnya mendapatkan sukses komersil yang luar biasa -- sebagai umumnya produksi PT Tidar Jaya Film -- hasil kerja sutradara muda ini memang patut dipuji. Sekeliling. Tentu saja pujian-pujian ini masih harus disimpan sebagian, sebab tidak jarang sutradara yang berhasil ketika membuat debut, kemudian berantakan lantaran mabuk oleh suksesnya sendiri. Ali Shahab tentu saja bisa mengalami nasib demikian, namun yang kelihatannya bakal dialami oleh sutradara muda ini pada film-film mendatangnya adalah sebuah keasyikan bersex yang tidak dilandasi oleh hubungan wajar dengan kehidupan sekeliling.
Ali makin panas, ya ? NAMA Ali Shahab adalah jaminan untuk cerita-cerita panas macam yang dipertontonkan dalam film sumi Makin Panas itu. Memulai kariernya sebagai penulis cerita-cerita hiburan yang berputar di sekitar tempat tidur, Ali kemudian beranjak menjadi sutradara pemotretan gambar-gambar strip yang mengisi beberapa majalah ibu kota. Ketrampilan tangannya membukakan pintu baginya ke dunia film: dari seorang penata rias, tata sandang hingga codirector, untuk akhirnya menjadi sutradara penuh. Maka inilah Bumi Makin Panas, film pertama buah tangan sutradara muda itu secara utuh, satu cerita, skenario sampai pelaksanaannya. Bagi mereka yang menggemari cerita-cerita hiburan Ali Shahab, kisah yang dihidangkan dalam film pertamanya itu bukan barang yang asing. Dan penggunaan media film lmtuk berkisah itulah cuma yang baru bagi Ali, sedang materi ceritanya adalah soal yang sejak lama ia gauli Sebagai sutradara itulah sebaiknya Shahab yang satu ini dipercakapkan, dan kesimpulan perbincangan tentulah tidak mengecewakan. Lepas bahwa film Bumi Makin Panas itu kabarnya mendapatkan sukses komersil yang luar biasa -- sebagai umumnya produksi PT Tidar Jaya Film -- hasil kerja sutradara muda ini memang patut dipuji. Sekeliling. Tentu saja pujian-pujian ini masih harus disimpan sebagian, sebab tidak jarang sutradara yang berhasil ketika membuat debut, kemudian berantakan lantaran mabuk oleh suksesnya sendiri. Ali Shahab tentu saja bisa mengalami nasib demikian, namun yang kelihatannya bakal dialami oleh sutradara muda ini pada film-film mendatangnya adalah sebuah keasyikan bersex yang tidak dilandasi oleh hubungan wajar dengan kehidupan sekeliling.
Keadaan demikian memang tidak selalu mudah untuk dihindari, terutama bagi mereka yang pernah asyik bergelimang dengan cerita- cerita yang digemari orang banyak. Dalam bentuknya sebagai novel, kepincangan-kepincangannya memang tidak jelas, tapi serentak kisah-kisah demikian di filmkan, kelihatan sekali bahwa ia tidak secara sewajarnya berkisah tentang manusia. Bumi Makin Panas yang cerita dan skenarionya ditulis Ali Shahab sendiri, merupakan contoh terbaik dari hal tersebut. Kebiasaannya berasyik-asyik dengan bagian-bagian tubuh yang menggiurkan, dialog-dialog terbuka yang memberi kepuasan bagi yang mengucapkan maupun sebagian dari pendengarnya, kemudian menempatkan Ali Shahab pada suatu posisi bagian-bagian lain cerita tentang manusia-manusia yang menarik perhatiannya itu
Perhatian yang berlebih-lebihan pada sex itulah yang mengakibatkan tokohtokoh Ali tidak utuh sebagai manusia. Kesan ini mudah sekali dirasakan apabila film pertamanya itu ditonton dengan seksama. Di situ konflik-konflik kemanusiaan tidak mendapat perhatian yang wajar. Maria (Suzanna) yang keluar dari penjara -- setelah bertahun-tahun berada di sana karena membunuh ayahnya sendiri ketika ia masih kecil -- tidak terlalu beda dengan seorang pragawati yang keluar dari Hotel Indonesia selepas sebuah pameran pakaian. Pertemuan kembali Johan (Aedy Moward) dengan Maria di tempat pelacuran -- setelah tiga bulan Johan mencari-cari Maria yang kelihatan dicintainya -- juga dibiarkan berlalu begitu saja oleh sang sutradara. Kalau saja Ali Shahab punya waktu merenungkan keutuhan tokoht okohnya, tidak terlalu banyak yang ia harus perbuat untuk memperbaiki film pertamanya itu. Barangkali beberapa close up, atau teknik kamera apa lagi yang lain, dan hal-hal demikian tentulah bukan soal sulit bagi Ali Shahab yang terampil itu.
Sanggar. Tapi barangkali memang terlalu berlebihan untuk meminta soal-soal psikologis macam demikian kepada pengarang cerita hiburan macam Ali Shahab. Dan dalam anggapan demikian itulah orang karus menerima kehadiran tokoh pelukis Arie (Dicky Suprapto) yang hidup pada sebuah sanggar yang bagus -- lengkap dengan telepon -- pada suatu pantai yang indah. Dicintai oleh seorang gadis manis, keponakan Johan yang banyak membantunya, Arie malah jatuh cinta pada pelacur setelah membelanya pad suatu perkelahian di sebuah klab malam. Terang tokoh macarn demikian cuma ada dalam karangan-karangan hiburan yang banyak memenuhi majalah-majalah hiburan yang puluhan jumlahnya di ibu kota ini. Tapi dengan amat bergembira, setiap orang harus mengakui bahwa sebagai sutradara, Ali Shahab mempunyai kebolehan
Boleh kita tidak senang dengan kisahnya, tapi sebagai sebuah film, Bumi Makin Panas dikerjakan dengan rapi permainan, sudut pemotretan maupun pengarahan artistik -- dan manis. Ada kemungkinan bahwa denan cerita dan skenario yang ditulis orang lain, Ali Shahab bisa menghasilkan sebuah film Indonesia yang sejak lama dirindukan.