AL KAUTSAR
Film ini dianggap sebagai film religi yang sukses menyuarakan ajaran Islam, dibanding film religi bertema cinta seperti 'Ayat-ayat Cinta'. Film yang dibuat pada tahun 1977 ini dianggap sebagai film dakwah Islam yang utuh dan membukukan sukses pertama film religi dalam riwayat perfilman nasional. (anw/nrl)
Al Kautsar berhasil memboyong dua piala, untuk kategori "Sound Recording" terbaik dan penghargaan dalam penyajian nilai spirituil dan kebudayaan. Ada suatu hikmah atas kemenangan Al Kautsar, bahwa ukuran berhasilnya sebuah film bukan saja karena aktornya yang lagi top, sutradaranya yang bonafide dan penyuguhan adegan-adegan sex yang berkelebihan. Adanya nota Padk Domo mengenai produser-produser brengsek yang membuat film asal jadi pada Deppen patut diperhatikan, karena buat apa kita menghasilkan ratusan film kalau itu semua membohongi penonton.
NEWS
Rendra bermain film dalam lakon "Al-Kautsar". Salah satu film yang hadir dengan keberanian kompromistik, bermodal ketegasan sikap "melawan arus".
Pada tahun 1977 itu, film berwajah dakwah Islam "Al-Kautsar" karya Chaerul Umam, seketika menebar fenomena baru, dengan aksi W.S. Rendra sebagai pelakon ustaz yang sarat tantangan. Film ini pun berani tampil tanpa sistem bintang, yang tengah menjamur dalam bisnis perfilman nasional. Sungguh, nama W.S. Rendra dipertaruhkan sebagai daya jual filmnya.
Pemeran penting lainnya, justru aktor film yang tidak terjaring ke dalam peringkat "bintang laris", namun pernah akrab dengan dunia teater dan dikenal kemantapan aktingnya. Mereka, Wahab Abdi, Soultan Saladin, dan Drs. Wisjnu Wardhana. Di balik dukungan ketiga aktor itu, sosok pelakon utama wanita pun Yulinar Firdaus, sebuah nama pendatang yang masih asing, dan alm. Sunarti Rendra, yang juga bukan figur "bintang laris" di kancah perfilman.
Bisa dicermati, "Al-Kautsar" jadi wajah film spekulatif, yang kehadirannya pantas dihargai. Keberanian spekulasi yang disemangati kejuangan memutus lingkaran setan dalam pemeranan. Gengsi "Al-Kautsar" makin spesifik karena meski keempat aktornya sama berangkat dari teater, hanya W.S. Rendra yang tampil sebagai aktor "pendatang baru" di ladang film. Sebaliknya, Wahab Abdi sebagau seniman teater yang pernah sukses menyeberang ke pentas film.
Tak pelak lagi, film "Al-Kautsar" yang berangkat dari ide cerita Ir. Chan Pattimura sang produsernya, amat menjanjikan sebagai film sarat suguhan pameran akting memikat. Dikuatkan lagi dengan keapikan sutradara sekaliber Chaerul Umam, yang mengemas kekuatan penulisan skenario dari alm. Drs. H. Asrul Sani, Lengkap sudah, film "Al-Kautsar" tampil dengan kekuatan penuh.
Di atas itu, film "Al-Kautsar" juga merupakan keteguhan idealis dalam penjudulan film bernuansa agamis, yang melawan selera pasar. Kenyataannya, "Al-Kautsar" yang bernuansa agamis, lebih mengemuka dibandingkan dengan "Karunia Nikmat" sebagai judul lainnya. Itu yang turut membingkai historis dramawan W.S. Rendra bermain film. Benar, "Al-Kautsar" merupakan potret kesungguhan karya film, yang lebih dominan mengutamakan ketepatan pemeranan tokoh-tokoh ceritanya.
Kesungguhan itu melatari sukses "Al-Kautsar", sebagai film dakwah Islam yang pertama menghangatkan pasar film nasional. Bahkan, film itu mampu merebut penghargaan di FFA ke-23 Bangkok. "Al-Kautsar" memang berharga historis, bagi wajah film keagamaan di negeri ini. Alur lakonnya menempatkan W.S. Rendra sebagai "Syaiful Bachri". Sosok seorang ustaz baru yang simpatik, pas dengan keberadaan karakteristik pemerannya.
Kedatangan ustaz Syaiful di Pondok Pesantren Al Mustafa, dijemput banyak konflik. Tak hanya ada Sutan (Wahab Abdi) mantan santri terpandai, yang murtad dan jadi sobat kental Harun (Soultan Saladin) di meja judi. Ustaz baru dihadapkan pula dengan keberingasan jagoan kampung itu,yang disegani warganya. Bangunan konflik menajam, dengan bara kecemburuan Harun atas kehadiran Halimah (Yulinar Firdaus), janda muda berwajah lembut.
Dalam rentang cerita yang memikat dan sarat dakwah Islam, film itu bagai ujian penampilan Rendra sebagai pemain film. Di tengah kemantapan akting Wahab Abdi, Soultan Saladin, dan Wisjnu Wardhana, memang seni penampilan Rendra belum menunjukkan keistimewaannya. Kritik film pun deras menuding bahwa dramawan kenamaan itu belum senyawa dengan kemasan film. Rendra lalu terperangkap ke dalam penilaian overacting. Boleh jadi, lebih cenderung karena warna teaterikal yang masih kental.
Apa pun hasilnya, tak menyusutkan harga pasar film "Al-Kautsar". Justru gunjingan tentang permainan Rendra, mengencangkan promosi filmnya. Selepas film itu, Rendra tidak terus mengembangkan kariernya hingga menjadi aktor film, bahkan ia terkesan lebih selektif. Dengan nama besar alm.
Jakarta - Tak cuma lihai membuat puisi, seniman WS Rendra juga pernah bermain film. Bahkan film yang dia bintangi tersebut menjadi hits pada era 80-an.
Film religi berjudul Al Kautsar karya sutradara ternama Cahaerul Umam ini menceritakan pemuda bernama Saiful Bachri (WS Rendra), seorang guru mengaji di pesantren Pabelan, Jawa Tengah. Saiful adalah pemuda tampan yang ahli agama. Selain pandai agama, Saiful juga pandai dalam hal pertanian, sehingga warga sekitar pesantren pun mengaguminya.
Namun selain membuat warga senang, ada juga segelintir warga yang mencibir kedatangan Saiful di desa tersebut. Haji Musa, tokoh desa setempat, mula-mula tidak suka dengan kedatangan Saiful. Saiful dianggap melakukan pembaruan di desa itu, terutama dalam hal pertanian.
Konflik pun semakin menganga saat Saiful berhadapan dengan Harun (Soultan Saladin), tengkulak desa yang biasa memeras petani miskin. Harun terkenal menghalalkan segala cara untuk bisa mewujudkan semua keinginan yang hendak dia dapat, termasuk membunuh suami Halimah (Yulinar Firdaus), janda muda yang ternyata menaruh simpati kepada Saiful.
Suami Halimah dibunuh oleh anak buah Harun lantaran Harun ingin memperistri Halimah yang cantik tersebut. Namun sayang, pujaan hati Harun telah menemukan cintanya kembali pada sosok ustadz Saiful. Harun pun naik pitam kepada anak muda pendatang itu.
Berbagai siasat dilakukan oleh Harun untuk memisahkan Saiful dan Halimah. Hingga pada suatu hari, saat Saiful bersama penduduk setempat membuat saluran air agar sawah desa itu tidak lagi tergantung hujan. Tak disangka, Halimah hanyut di sungai. Saiful menyelamatkannya dengan mengangkat tubuh Halimah ke tepian sungai. Agar nyawa halimah selamat, Saiful membuat napas bantuan. Harun menuding perbuatan itu zina!
Penduduk terhasut, sementara Haji Musa tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya madrasah tempat Saiful mengajar dirusak. Dalam kondisi seperti ini, Saiful bisa menyadarkan Sutan (Wahab Abdi), warga setempat yang awalnya dianggap bejat.
Hingga pada suatu ketika, Saiful dan Sutan memergoki Harun yang hendak memperkosa Halimah. Sutan marah karena Harun dianggap menghina Tuhan. Ia lalu salat dan membakar gudang beras Harun yang dianggap sebagai tempat mesum. Perkelahian terjadi di dalam gudang yang terbakar. Lagi-lagi Saiful menyelamatkan mereka. Akhirnya nama Saiful pulih. Masyarakat kembali menerimanya. Dan Halimah, sang janda cantik, dinikahinya.
Film religi berjudul Al Kautsar karya sutradara ternama Cahaerul Umam ini menceritakan pemuda bernama Saiful Bachri (WS Rendra), seorang guru mengaji di pesantren Pabelan, Jawa Tengah. Saiful adalah pemuda tampan yang ahli agama. Selain pandai agama, Saiful juga pandai dalam hal pertanian, sehingga warga sekitar pesantren pun mengaguminya.
Namun selain membuat warga senang, ada juga segelintir warga yang mencibir kedatangan Saiful di desa tersebut. Haji Musa, tokoh desa setempat, mula-mula tidak suka dengan kedatangan Saiful. Saiful dianggap melakukan pembaruan di desa itu, terutama dalam hal pertanian.
Konflik pun semakin menganga saat Saiful berhadapan dengan Harun (Soultan Saladin), tengkulak desa yang biasa memeras petani miskin. Harun terkenal menghalalkan segala cara untuk bisa mewujudkan semua keinginan yang hendak dia dapat, termasuk membunuh suami Halimah (Yulinar Firdaus), janda muda yang ternyata menaruh simpati kepada Saiful.
Suami Halimah dibunuh oleh anak buah Harun lantaran Harun ingin memperistri Halimah yang cantik tersebut. Namun sayang, pujaan hati Harun telah menemukan cintanya kembali pada sosok ustadz Saiful. Harun pun naik pitam kepada anak muda pendatang itu.
Berbagai siasat dilakukan oleh Harun untuk memisahkan Saiful dan Halimah. Hingga pada suatu hari, saat Saiful bersama penduduk setempat membuat saluran air agar sawah desa itu tidak lagi tergantung hujan. Tak disangka, Halimah hanyut di sungai. Saiful menyelamatkannya dengan mengangkat tubuh Halimah ke tepian sungai. Agar nyawa halimah selamat, Saiful membuat napas bantuan. Harun menuding perbuatan itu zina!
Penduduk terhasut, sementara Haji Musa tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya madrasah tempat Saiful mengajar dirusak. Dalam kondisi seperti ini, Saiful bisa menyadarkan Sutan (Wahab Abdi), warga setempat yang awalnya dianggap bejat.
Hingga pada suatu ketika, Saiful dan Sutan memergoki Harun yang hendak memperkosa Halimah. Sutan marah karena Harun dianggap menghina Tuhan. Ia lalu salat dan membakar gudang beras Harun yang dianggap sebagai tempat mesum. Perkelahian terjadi di dalam gudang yang terbakar. Lagi-lagi Saiful menyelamatkan mereka. Akhirnya nama Saiful pulih. Masyarakat kembali menerimanya. Dan Halimah, sang janda cantik, dinikahinya.
P.T. SIPPANG JAYA FILM
W.S. RENDRA SUNARTI RENDRA YULINAR FIRDAUS SOULTAN SALADIN WAHAB ABDI WISNU WARDHANA HENNY KUNDHALINI BAGONG KUSSUDIARDJO KOMALA DEWI SYAMSURI KAEMPUAN HARUN SYARIEF |
Film ini dianggap sebagai film religi yang sukses menyuarakan ajaran Islam, dibanding film religi bertema cinta seperti 'Ayat-ayat Cinta'. Film yang dibuat pada tahun 1977 ini dianggap sebagai film dakwah Islam yang utuh dan membukukan sukses pertama film religi dalam riwayat perfilman nasional. (anw/nrl)
Al Kautsar berhasil memboyong dua piala, untuk kategori "Sound Recording" terbaik dan penghargaan dalam penyajian nilai spirituil dan kebudayaan. Ada suatu hikmah atas kemenangan Al Kautsar, bahwa ukuran berhasilnya sebuah film bukan saja karena aktornya yang lagi top, sutradaranya yang bonafide dan penyuguhan adegan-adegan sex yang berkelebihan. Adanya nota Padk Domo mengenai produser-produser brengsek yang membuat film asal jadi pada Deppen patut diperhatikan, karena buat apa kita menghasilkan ratusan film kalau itu semua membohongi penonton.
NEWS
Rendra bermain film dalam lakon "Al-Kautsar". Salah satu film yang hadir dengan keberanian kompromistik, bermodal ketegasan sikap "melawan arus".
Pada tahun 1977 itu, film berwajah dakwah Islam "Al-Kautsar" karya Chaerul Umam, seketika menebar fenomena baru, dengan aksi W.S. Rendra sebagai pelakon ustaz yang sarat tantangan. Film ini pun berani tampil tanpa sistem bintang, yang tengah menjamur dalam bisnis perfilman nasional. Sungguh, nama W.S. Rendra dipertaruhkan sebagai daya jual filmnya.
Pemeran penting lainnya, justru aktor film yang tidak terjaring ke dalam peringkat "bintang laris", namun pernah akrab dengan dunia teater dan dikenal kemantapan aktingnya. Mereka, Wahab Abdi, Soultan Saladin, dan Drs. Wisjnu Wardhana. Di balik dukungan ketiga aktor itu, sosok pelakon utama wanita pun Yulinar Firdaus, sebuah nama pendatang yang masih asing, dan alm. Sunarti Rendra, yang juga bukan figur "bintang laris" di kancah perfilman.
Bisa dicermati, "Al-Kautsar" jadi wajah film spekulatif, yang kehadirannya pantas dihargai. Keberanian spekulasi yang disemangati kejuangan memutus lingkaran setan dalam pemeranan. Gengsi "Al-Kautsar" makin spesifik karena meski keempat aktornya sama berangkat dari teater, hanya W.S. Rendra yang tampil sebagai aktor "pendatang baru" di ladang film. Sebaliknya, Wahab Abdi sebagau seniman teater yang pernah sukses menyeberang ke pentas film.
Tak pelak lagi, film "Al-Kautsar" yang berangkat dari ide cerita Ir. Chan Pattimura sang produsernya, amat menjanjikan sebagai film sarat suguhan pameran akting memikat. Dikuatkan lagi dengan keapikan sutradara sekaliber Chaerul Umam, yang mengemas kekuatan penulisan skenario dari alm. Drs. H. Asrul Sani, Lengkap sudah, film "Al-Kautsar" tampil dengan kekuatan penuh.
Di atas itu, film "Al-Kautsar" juga merupakan keteguhan idealis dalam penjudulan film bernuansa agamis, yang melawan selera pasar. Kenyataannya, "Al-Kautsar" yang bernuansa agamis, lebih mengemuka dibandingkan dengan "Karunia Nikmat" sebagai judul lainnya. Itu yang turut membingkai historis dramawan W.S. Rendra bermain film. Benar, "Al-Kautsar" merupakan potret kesungguhan karya film, yang lebih dominan mengutamakan ketepatan pemeranan tokoh-tokoh ceritanya.
Kesungguhan itu melatari sukses "Al-Kautsar", sebagai film dakwah Islam yang pertama menghangatkan pasar film nasional. Bahkan, film itu mampu merebut penghargaan di FFA ke-23 Bangkok. "Al-Kautsar" memang berharga historis, bagi wajah film keagamaan di negeri ini. Alur lakonnya menempatkan W.S. Rendra sebagai "Syaiful Bachri". Sosok seorang ustaz baru yang simpatik, pas dengan keberadaan karakteristik pemerannya.
Kedatangan ustaz Syaiful di Pondok Pesantren Al Mustafa, dijemput banyak konflik. Tak hanya ada Sutan (Wahab Abdi) mantan santri terpandai, yang murtad dan jadi sobat kental Harun (Soultan Saladin) di meja judi. Ustaz baru dihadapkan pula dengan keberingasan jagoan kampung itu,yang disegani warganya. Bangunan konflik menajam, dengan bara kecemburuan Harun atas kehadiran Halimah (Yulinar Firdaus), janda muda berwajah lembut.
Dalam rentang cerita yang memikat dan sarat dakwah Islam, film itu bagai ujian penampilan Rendra sebagai pemain film. Di tengah kemantapan akting Wahab Abdi, Soultan Saladin, dan Wisjnu Wardhana, memang seni penampilan Rendra belum menunjukkan keistimewaannya. Kritik film pun deras menuding bahwa dramawan kenamaan itu belum senyawa dengan kemasan film. Rendra lalu terperangkap ke dalam penilaian overacting. Boleh jadi, lebih cenderung karena warna teaterikal yang masih kental.
Apa pun hasilnya, tak menyusutkan harga pasar film "Al-Kautsar". Justru gunjingan tentang permainan Rendra, mengencangkan promosi filmnya. Selepas film itu, Rendra tidak terus mengembangkan kariernya hingga menjadi aktor film, bahkan ia terkesan lebih selektif. Dengan nama besar alm.