Minggu, 05 Juli 2020

TITIEN SUMARNI 1951-1956



Setelah ROEKIAH, kini TITIEN SUMARNI

Lahir di Surabaya, Meninggal di Bandung. Melalui Harun Al Rasyid seorang pegawai pada Studio Golden Arrow di perkenalkan dengan Rd. Arifin yang ketika itu akan menggarap sebuah film.Akhirnya Titien diajak untuk main dalam "Seruni Laju" (1951), film pertama yang dibintanginya. Setelah itu menyusul filmnya, antara lain "Gadis Olah Raga" (1951) "Sepanjang Malioboro" (1951), "Dewa Dewi" (1952), "Solo Diwaktu Malam" (1952), "Putri Solo" (1953), "Lewat Djam Malam" (1954) Kian lama bintangnya kian naik.Tahun 1954 dinobatkan sebagai Ratu Layar Perak, lewat angket yang diselenggarakan oleh beberapa majalah, diantaranya Dunia Film dan Kentjana. Ditahun yang sama, Titien mendirikan perusahaan Titien Sumarni Motion Pic. Corp. yang melahirkan beberapa produksi, antara lain "Putri Dari Medan" (1954), "Sampah" (1955), "Saidjah Putri Pantai" (1956), dan lain2.Sejak membintangi filmnya yang terakhir "Djandjiku" (1956), kepopulerannya kian menurun dan menghilang sama sekali, sampai akhir hayatnya.Bintang cemerlang tahun '50-an ini meninggal dunia dalam keadaan miskin.

Titien Sumarni lahir di Surabaya pada masa kolonial Belanda. Ia berdarah Jawa-Sunda. Ayahnya, seorang pembantu wedana di Surabaya, meninggal ketika ia masih berusia tiga tahun dan saat berusia enam tahun, ia pindah ke kampung halaman ibunya, Tasikmalaya.

Beberapa kali mendapatkan karakter perempuan genit. Bahkan, dia tak menampik jika harus beradegan ciuman dengan lawan mainnya.

Semasa kecil, Titin kelewat lincah sampai harus terus digandeng ibunya jika sedang bepergian. “Kalau Ibu memegang tangan, sakitnya seperti tang menjepit,” ujar Titin dalam Rahasia Hidup Titin Sumarni karya Rd. Lingga Wisnu MS. Jika tak dipegang tangannya, dia akan segera lari dari ibunya. Dia juga lebih suka naik sepeda lelaki dari pada sepeda model perempuan. Saat itu, tentu saja belum jamak seorang gadis naik sepeda lelaki.

Saat duduk di bangku SMP di Bandung, pada usia lima belas tahun, Titien mulai belajar berlakon dari pamannya, R. Mustari.Ia kemudian menikah dengan Mustari. Hal ini dilakukan sebagai bentuk balas dendam pada kekasihnya, seorang perwira militer Indonesia, karena berselingkuh dengan istri Mustari. Setelah menikah, Titien berhenti sekolah dan memulai kariernya sebagai aktris, menghibur tentara republik yang sedang berjuang dalam perang kemerdekaan hingga ia bersama suaminya pindah ke Jakarta.

Titien Sumarni mulai tertarik pada industri film tahun 1950 setelah melihat Nana Mayo dalam film Inspektur Rachman. Dengan seizin suaminya, ia masuk industri itu tahun 1951 melalui seorang kenalan, Harun Al-Rasyid, yang bekerja pada perusahaan film Golden Arrow. Harun Al-Rasyid lalu memperkenalkan Titien pada Rd Ariffien, seorang sutradara. Dalam waktu singkat, Titien memperoleh peran dalam film debutnya Seruni Laju, Dalam debut pertama ini, dia memerankan Seruni, dan beradu peran dengan Turino Djunaedi yang membawakan tokoh Herlan. Seruni digambarkan sebagai wanita yang menikah dengan Herlan, namun belum memiliki kematangan jiwa untuk berumah tangga. Lalu diikuti dengan peran dalam film Kino Drama Atelier, Gadis Olahraga (1951), meskipun produksi film tersebut menyebabkan Titien bermasalah dalam hal kontrak.

Setelah meninggalnya Dr. Huyung, manajer dan sutradara Kino Drama Atelier, Titien dikontrak oleh Persari milik Djamaluddin Malik, tapi kemudian pindah ke Bintang Surabaja di bawah pimpinan Fred Young setelah ia mempromosikan rokok dalam sebuah pameran. Tahun 1955 ada rumor bahwa hubungannya dengan Persari mengalami ketegangan, meskipun ia kemudian berdamai dengan Djamaluddin. Akan tetapi, menurut Rd. Lingga Wisjnu dalam bukunya Rahasia Hidup R.A. Titin Sumarni (1955), Titien dicoret dari Persari lantaran bermain sandiwara yang disponsori rokok keretek. Meski akhirnya, jasa Titien kembali dipakai Persari beberapa tahun kemudian.

Produksi pertama Titien bersama Bintang Surabaja, Putri Solo (1953), sukses besar, memecahkan rekor penghasilan film tertinggi di Indonesia. Surat-surat dari penggemarnya bertambah dari 20-30 surat per hari menjadi ratusan surat. Beberapa waktu setelah ia meraih sukses itu, ia bercerai dengan Mustari dan menikah dengan Saerang, seorang pengusaha kaya dari Sulawesi Utara.

Hingga 1954, Titien Sumarni menjadi salah seorang aktris Indonesia paling populer di awal 1950-an. Ia dianggap sebagai salah satu aktris Indonesia paling cantik. Dunia Film menggambarkan ia sebagai Marilyn Monroe Indonesia. Diberitakan pula bahwa ia menjadi aktris favorit Presiden Soekarno. Titien dianggap sebagai "Ratu Layar Perak" berdasarkan angket yang dilakukan oleh beberapa majalah, termasuk Kentjana dan Dunia Film, tahun 1954.

Tahun 1954, Titien mendirikan perusahaan film sendiri, Titien Sumarni Motion Pictures. Daripada membangun studio sendiri, Titien memilih untuk menggunakan studio milik Perfini, perusahaan film Usmar Ismail, tanpa membayar sedikit pun. Perfini menganggap sewa fasilitas mereka sebagai pembayaran utang mereka pada Mustari yang timbul saat memproduksi Krisis (1953).

Titien Sumarni Motion Pictures memproduksi lima film. Film pertama, Putri dari Medan, dibintangi sendiri oleh Titien sebagai wanita tituler dari Medan. Setelah memiliki seorang putra bernama Sjarif Tommy, Titien beristirahat dari dunia peran. Meskipun demikian, perusahaannya memproduksi dua film selama Titien istirahat: Mertua Sinting dan Tengah Malam. Dua film terakhir, Sampah dan Saidjah Putri Pantai, tahun 1955 dan 1956, kembali dibintangi oleh Titien.

Film terakhir Titien adalah Djandjiku yang dibuat tahun 1956. Sejak itu, kepopulerannya menurun dan kemudian menghilang sama sekali. Ia meninggal dalam keadaan miskin di Bandung, Jawa Barat, pada 15 Mei 1966. Pada saat itu, diberitakan bahwa ia hidup sendiri di sebuah rumah kecil milik muncikari dekat Stasiun Bandung. Ia menderita penyakit infeksi paru-paru. Hidup sangat melarat dan tidak memiliki biaya untuk berobat.

Terbaring tak berdaya dia mengandalkan belas kasihan orang.

Dulu sebagai aktris terkenal dengan kekayaannya, mobil lebih dari satu, beberapa bangunan rumah, tapi sesudahnya dia hanya memiliki beberapa lembar pakaian yang sudah lusuh.

Penyakit yang sudah dideritanya bertahun-tahun.
Dari artis tercantik Indonesia, Titin Sumarni meninggal dalam kemiskinan yang sangat. Dia meninggal 15 Mei 1966 dalam usia sangat muda 35 tahun.

Lingga Wisjnu dalam pengantar bukunya menulis, “dan ia pula menjadi bintang pertama dan hendaknya bintang terakhir kita yang diracun orang dengki dan jahil, dengan niat menghabiskan nyawanya.”

Baca Juga


                                                               Titien bersama Suaminya Mustari



ANTARA TUGAS DAN TJINTA           1954BACHTIAR EFFENDY
Actor
SEDARAH SEDAGING                         1954CHAIDAR DJAFAR
Actor
DEWI DAN PEMILIHAN UMUM1954RATNA ASMARA
Actor
KONDE TJIODA 1954 RD ARIFFIEN
Actor
SENJUM DERITA 1955 SIDIK PRAMOMO
Actor
ASAM DIGUNUNG GARAM DILAUT 1953 REMPO URIP
Actor
DJANDJIKU 1956 B.K. RAJ
Actor
LAGU KENANGAN 1953 L. INATA
Actor
APA SALAHKU 1952

Actor
MAIN-MAIN DJADI SUNGGUHAN 1951 L. INATA
Actor
PAHIT-PAHIT MANIS 1952 L. INATA
Actor
SAMPAH 1955 MOH SAID HJ
Actor
TERKABUL 1952 L. INATA
Actor
PERKASA ALAM 1954 M. ARIEF
Actor
SI MIENTJE 1952 BASUKI EFFENDI
Actor
GARA-GARA HADIAH 1953

Actor
KASIH SAJANG 1954 L. INATA
Actor
SAIDJAH PUTRI PANTAI 1956 MOH SAID HJ
Actor
SERUNI LAJU 1951

Actor
GADIS OLAHRAGA 1951 DR HUYUNG
Actor
KLENTING KUNING 1954

Actor
DUNIA GILA 1951 MOH SAID HJ
Actor
SATRIA DESA 1952 HU
Actor
PUTRI SOLO 1953 FRED YOUNG
Actor
SEPANDJANG MALIOBORO 1951 H. ASBY
Actor
PUTRI DARI MEDAN 1954 D. DJAJAKUSUMA
Actor
AJAH KIKIR 1953 HU
Actor
KENANGAN MASA 1951 DR HUYUNG
Actor
LEWAT DJAM MALAM 1954 USMAR ISMAIL
Actor
PENGORBANAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar