Senin, 20 Juni 2011

KUSNO SUDJARWADI 1960-1993



alias Soedjarwadi Lahir Kamis, 16 Juni 1932 di Yogya. Pendidikan: ASDRAFI (lulus, 1957). Semasih di sekolah telah aktif berteater, antara lain bersama dra. Mien Brodjo. Juga sudah main film Sampai Berjumpa Kembali (1955). Sejak itu tetap bertahan di dunia acting, hingga lebih dari 40 tahun kemudian. Ketika belum mantap (sebagai pemain), si isteri yang setia jual gado-gado, demi menjaga dapur tetap ngebul. Di awal 70-an mulai bersemi, best actor PWI Jaya 1972-1973 untuk Perkawinan (1972), dan aktor terbaik kedua pada FFI 1974 dalam Rio Anakku (1973). Selain di atas pentas, diapun jadi sutradara dalam beberapa film, Direktris Muda (1977), Sopirku Sayang (1978) dan Cowok Masa Kini (1978). Dalam bidang organisasi, pernah jadi Ketua I PARFI (1975-1983), anggota Komite Film DKJ (1986-1990) dan Lembaga Kesenian Kosgoro. Anggota Corp Pelajar Siliwangi (1947-1950) dan CPM di Garut (1950--1951) ini menerima Penghargaan Kesetiaan Profesi 1991 dari Dewan Film Nasional. Ketika produksi film "sepi", Kusno terjun pula ke sinetron. Di antaranya dalam Tirai Kasih Yang Terkoyak (1996-1997) dan Perawan Lembah Wilis (1997).



    •    Dia berpendapat bahwa setiap aktor atau aktris haruslah berdisiplin dan memiliki rasa tanggung jawab
    •    Pemain drama dan film, dan juga sutradara
KETIKA beberapa tahun yang lalu drama Kirdjomuljo “PENGGALI INTAN” telah mampu membawa situasi baru dalam teater kita dengan dipentaskannya repertoire itu oleh Teater Indonesia di Jogja, masyarakat mempunyai kepercayaan baru terhadap drama yang tahun-tahun sebelumnya lesu oleh sebutan-sebutan yang kurang pantas. Ternyata PENGGALI INTAN telah membuka jalan untuk lahirnya drama-drama komedi dengan lebih banyak. Serta menarik masyarakat untuk mencintai cabang seni ini. Meskipun hal itu tak dapat dilepaskan dengan keadaan negara dan kehidupan yang terjadi di waktu itu. Dengan PENGGALI INTAN itu penulis-penulis drama mulai dengan secara sadar mengarahkan diri untuk memasukkan unsur-unsir komedi sebagai pereda ketegangan dalam cerita tragedi.

Kita tak dapat melepaskan dugaan bawa MALAM DJAHANAM telah banyak diilhami oleh struktur yang telah diwujudkan oleh Kirdjomuljo dalam “Penggali Intan” itu. Kalaulah sumbangan Kirdjomuljo itu tidak seberapa  atau sangat kecil, namun itu telah membukakan kesadaran pada penulis-penulis kita untuk mengadakan pencarian dan percobaan-percobaan, mencari penemuan-penemuan baru sebagai kemungkinan-kemungkinan yang dapat disumbangkan pada seni teater Indonesia.

Dengan  berhasilanya pementasan “Penggali Intan” di Jogja itu, kita tak dapat melepaskan nama Kusno Sudjarwadi sebagai salah seorang pemerannya.
Sejak permainannya dalam “Penggali Intan” nama Kusno Sudjarwadi kian hari kian tenar.
Kusno Sudjarwadi  rapat dengan seniman-seniman Jogja. Tak peduli apakah mereka itu pengarang, pelukis, atau musikus, atau penari. Karena dalam kesadarannya memang meyakini bahwa hidupnya telah dicurahkan kepada drama. Dan drama adalah terkumpulnya segala cabang seni. Sebab itu segala cabang seni tadi perlu dia mengerti dan hayati.

SETELAH menyaksikan pementasan DJAJAPRANA di Gedung PPBI pada tanggal 2 November  1963 untuk memperingati  ulang tahun ASDRAFI yang kedelapan, saya mendekat kepadanya tatkala penonton telah meninggalkan gedung.
“Bagus, Kus,” kata saya tentang pementasan itu.
“Belum apa-apanya,” katanya dengan tersenyum.
“Tapi memang bagus,” kata saya lagi, “Meskipun tidak sangat bagus”
Memang ada satu dua pemain yang melemahkan nilai pementasan itu tapi saya tak dapat membohongi perasaan saya ketika menyaksikan bahwa pementasan itu memang baik. Dia telah mampu membentuk pertarungan jiwa  Sang Radja seperti yang dikehendaki Kirdjomuljo dalam memusatkan karyanya  itu sebagai sebauh pengupasan kejiwaan sang raja, dan bukan pada penitikberatan sepasang pecinta besar: DJAJAPRANA-LAJONSARI serta kepahlawanan mereka  sebagai pencinta agung; cinta terhadap kekasih, cinta terhadap tanah air, dan cinta terhadap rakyat.
Sementara Kusno berbincang dengan teman-temannya saya masih diam dan lalu mengajak dia ke tempat agak lengang untuk berbincang.

Dia lahir pada tanggal 16 Juni 1932 di Wates, Jogjakarta,. Dalam dirinya ada darah campuran Jawa tengah – Jawa Timur. Tapi selama ini saya mengenalnya sebagai Orang Jawa Barat. Orangtuanya di Garut. Bicaranyapun dengan bahasa Sunda. Anehnya dia juga dapat berbahasa Jawa dan pikir saya tentunya sudah lama dia di jawa Tengah. Beberapa orang mengira dia berasal dari Batak, sebab raut mukanya itu.

Memang dia dikenal diantara teman-teman sebagai salah seorang yang tidak memilih-milih dalam bergaul. Dia hidup di tengah-tengah berbagai suku dan padanya tidak ada sesuatu suku yang lebih baik dari suku yang lain. Rasa propinsionalisme tak ada padanya!

Di masa perang dahulu, ia tergabung pada “Gerilya Galunggung”. Masih bocah ia pada masa itu, mempunyai tugas yang menghubungkan kota pendudukan dengan daerah aman. Pada tahun 1950 ia jadi PM dan tahun berikutnya meninggalkan kemiliteran menuju ke Jogjakarta untuk sekolah setelah keluar dari SMA dia menerujunkan diri pada drama dengan masuk ASDRAFI.

Sejak itu, hidupnya  dipertaruhkan pada drama. Ikut aktif dalam berbagai perkumpulan drama. Sudah banyak ia main drama. Juga mengadakan perlawatan untuk bermain drama-drama yang dia sutradarai. Antara lain ke Bandung, Semarang, Bali, jember; Madiun, Magelang, Ngawi. Drama “Domba-domba Revousi” adalah dia yang pertama menyutradarai untuk Jogja. Sedang drama-drama lain yang dia sutradarai antaranya: RORO MENDUT, SI BACHIL, MAWAR HUTAN, DJAJAPRANA. Dalam film dia juga ikut bermain dalam SAMPAI BERJUMPA PULA, GATOT KACA LAHIR, TANGAN-TANGAN YANG KOTOR.   Sedang dalam drama ia bermain antara lain: SAAT SUNGAI BARITO KERING, PENGGALI INTAN, MALAM DJAHANAM. dan sebagainya.
Sejak tahun 1959 dia mengajar acting dan directing di ASDRAFI merangkap jadi anggota Directorium. Dia yang termuda. Directorium itu terdiri dari Hertog Djojonegoro, Widjokongko, dan Kusno Sudjarwadi. Disamping itu dia bekerja di Perfebi.

ANTARA saya dengannya telah terjadi serentetan tanyajawab:
PERTANYAAN (P): kenikmatan apa yang saudara rasakan dalam drama? Artinya dalam saudara menyutradarai dan dalam saudara sendiri bermain?

KUSNO SUDJARWADI (KS): Jika saya membawakan atau memerankan sebuah karakter dan yang saya bawakan itu dapat merangsang penonton, maka itu satu kepuasan juga. Sebagai sutradara adalah puas – sebab sutradara adalah wakil penonton – jika pemain-pemain disiplin dan jika penonton dapat terpikat. Tentu saja, hal ini di samping segi=segi komersiilnya. Repertiore pun mempengaruhi juga dari pementasan itu.

P: Apakah memang benar  ada perbedaan antara drama dan kehidupan? Dengan ukuran-ukuran yang bagaimana sekiranya perbedaan itu memang ada?

KS: Sudah tentu ada perbedaan. Tapi yang terang, drama itu sendiri diambil atau diangkat dari kehidupan sehari-hari. Hanya pelaksanaannya tentu saja ada kaidah-kaidah atau ketentuan-ketentuan tersendiri dari drama itu. Masalah artistik, estetika, dan sebagainya. Sehingga memudahkan penonton untuk dapat menikmatinya, yang kesemuanya itu tak dapat lepas dari hukum-hukum pentas . Misalnya soal orang bertengkar. Dalam pertengkaran drama, kita tidak memindahkan begitu saja pertengkaran tadi, tapi kita memperhitungkan pula segi-segi acting, artistiknya bertengkar, situasi dan sebagainya, yang diperlukan dalam pendramaan.

P: Menurut saudara bagaimana perkembangan drama Indonesia sekarang?
KS: Sangat pesat. Ada kemajuan-kemajuan. Di pelosok-pelosok, daerah-daerah yang sampai sekarang menunjukkan aktivitas dalam organisasi, ada sebagian sebagai hobi, dengan tidak sepenuhnya mencurahkan tenaga dan pikirannya dalam bidang itu. Artnya banyak yang hanya iseng atau samben. Misalnya jika pagi mereka bekerja di kantor dan waktu-waktu lain digunakan untuk kegiatan-kegiatan tadi dengan memasuki organisasi . kebanyakan masih bersifat amatir.

P: Apakah hal ini akan mempunyai efek baik?
KS: Efeknya baik sekali. Yang orang juga memberi pengertian pada golongan-golongan tertentu atau juga orang-orang yang masih menganggap drama dengan pandangan remeh.

P: Atau malah tidak sebaliknya?
KS: memang, untuk mempertanggungjawabkan pada masyarakat harus diperlihatkan permainan yang baik, diskusi-diskusi dan sebagainya, yang serba lengkap sehingga masyarakat dengan pertunjukan yang baik akan membuat masyarakat “ketagihan” pada yang baik itudan menimbulkan pikiran kapan akan diadakan lagi drama itu atau drama yang serupa itu.

P: jadi amatir membantu perkembangan drama itu?
KS: dalam saat sekarang ini, membantu sekali. Memang ada sering himpunan atau organisasi drama yang hanya iseng dan tidak serius. Tapi ini tidak mengurangi nilai perkembangan. Mungkin kemauannya baik dan ada usahanya, tapi pelaksanaannya yang tidak memungkinkan. Sehingga penonton yang pernah menyaksikan drama yang bagus menjadi kapok dan kecewa. Bakan untuk melihat drama-drama selanjutnya. Dan orang-orang yang sungguh-sungguh  dan serius dalam drama adalah untuk mengangkat kembali penonton-penonton yang sudah kapok tadi itu, agak payah juga sering terasa.

P: Apakah drama ini perlu dikembangkan di sekolah-sekolah lanjutan ataupun di semua sekolah?
KS: memang dari pihak pemerintah sendiri ada perhatian. Yang sekarang ini di sekolah-sekolah lanjutan diadakan hari krida, di mana bidang drama juga termasuk di dalamnya.

P: Mengenai efeknya?
KS: Ada dua kemungkinan. Seperti pernah saya lakukan,. Satu, memberi pengertian pada siswa-siswa sekolah lanjutan   mengenai drama agar dapat menghargai dan mencintai seni drama pada khususnya dan kesenian Indonesia pada umumnya. Jadi rasa cinta, rasa menghargai drama dan kesenian telah mulai dipupuk di sekolah lanjutan, Dan barang tentu bila di seluruh pelosok tanah air ini ada beribu-ribu sekolah lanjutan – bayangkan berapa ratus anak-anak yang telah dapat mengenali bidang drama. Artinya juga mendidik untuk jadi penonton yang baik.

P: Bagaimana maksud itu?
KS: Maksud saya, anak-anak yang belum tahu etiket menonton sering gaduh di gedung pertunjukan. Kalau di diberi pengertian-pengertian tentang penonton yang baik, kebiasaan-kebiasaan buruk ini – seperti bersuit-suit, kursi ditarik, berteriak-teriak – dapat dikurangi. Sudah barang tentu hal ini tak dapat lepas dari pertunjukan drama itu apakah membosankan atau menarik. Tapi ternyata meskipun drama itu serius sering juga ada kegaduhan penonton yang belum terdidik tadi.

P: Dan efek kedua?
KS: Seperti halnya dalam percobaan di SMA Teladan adanya hari krida drama perhatian dari siswa ternyata jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan hari krida yang lain. Itu pada percobaan di SMA Teladan ketika saya diminta mengajar di sana. Mungkin hal itu sekarang berobah. Mungkin tidak diharuskan , artinya tidak dianggap penting. Sehingga anak-anak dengan suka hati, dengan tak ada kesungguhan. Sebab barangka ltulah karena kurang adanya minat pada drama dan minat mereka teralihkan pada bidang-bidang lain. Kemudian mengenai naskah drama. Itu juga terbentur pada kesulitan. Kesulitannya, naskah-naskah kita masih terbatas. Apalagi bagi mereka yang amsih di sekolah lanjutan. , sehingga kita harus berhati-hati mencari  naskah yang sesuai  dengan usia dan pertimbangan pendidikan siswa tadi. Supaya jangan sampai malah menimbulkan efek yang tidak baik.

P: Apakah dalam hal ini tak ada naskah-naskah untuk sekolah lanjutan tadi?
KS: Sudah tentu. Dan itu saya serahkan pada sastrawan-sastrawan Indonesia yang bertanggung jawab dalam masalah ini.

P: Saudara Kusno,  apakah sesungguhnya yang harus dipunyai oleh setiap pemain?
KS: (Dia diam, berpikir)  Bekal seorang aktor atau aktir memang banyak. Banyak sekali segi-segi yang harus ditempuh. Bukan saja berdasarkan bakat, tapi faktor-faktor lain harus dimiliki. Harus adanya ketekunan belajar misalnya. Pada buk-buku atau kehidupan masyarakat, orientasi, dan observasi pada masyarakat. Pun harus sanggup menarik pengalaman yang telah dialaminya sendiri.

(Dia memberi contoh orang yang muncul jadi aktor atau aktris yang terbaik  hanya karena satu kali saja main, tapi akrena tak ada ketekunan  pada semua yang dia kemukakan tadi, mereka ini pelan-pelan jatuh. Hal itu membuktikan betapa pentingnya pendalaman dan ketekunan belajar. Pun pula, setiap pemain baginya harus tahu bidang-bidang kesenian yang lain. Meskipun tidak amat mahir. Kemudian dia meneruskan)
Dan juga adanya disiplin dan rasa tanggung jawab harus dipunyai oleh setiap calon aktor atau aktris.

P: Mengapa?
KS:  Sebab dengan membiasakan disiplin segalanya akan lancar. Baik waktu latihan, pertunjukan,  persiapan-persiapan – harus tepat pada waktunya. Dan segalanya telah diperhitungkan dengan teliti. (aku teringat akan mementaskan Djajaprana ia tak mau meninggalkan gedung sebelum segalanya beres. Yang lain pulang, tapi ia masih kerja ini-itu. Sendirian!)
Masalah ini memang banyak kurang diperhatikan oleh organisasi-organisasi drama yang bersifat amatir. Karena belum adanya kesadaran atau belum mempunyai rasa tanggung jawab  terhadap beban yang dipikulkan kepada aktor atau aktris. Mereka sering latihan terlambat. Minta dijemput. Manja, Merengek, dan sebagainya. Semua itu harus dihilangkan bagi seorang pemain yang ingin benar-benar baik.

P: Saudara Kusno, di samping bermain drama saudarapun bermain untuk film. Dan baru-baru ini saudara bermain sebagai si Tua dalam “Tangan-tangan yang Kotor”. Sesungguhnya perbedaan apakah yang dirasakan oleh seorang pemain dalam bermain drama dan film?
KS: (Dia diam, berpikir). Yang terang perbedaan yang dirasakan oleh pemain dalam bermain drama    dan film ialah bahwa dalam drama kita dapat bermain langsung ditonton oleh penonton. Kemudian membawakan karakter atau peran dalam cerita itu tidak merasa diputus-putus dan langsung merangsang penonton. Itu menurut pendapat saya. Entah pendapat yang lain. Dan kesuksesan atau jatuhnya pemain dirasakan seketika itu juga. Sedang dalam film kita mengemukakan emosi atau karakter yang kita bawakan sudah terikat oleh skenario yang telah ditentukan secara teknis. Umpamanya saja sedang membawakan sebuah karakter, tiba-tiba saja di “cut”. Emosi yang telah kita bawakan berarti terputus pula. Kemudan pengambilan selanjutnya masih satu rentetan dengan shot sebelumnya, kita terpaksa harus ,engembalikan emosi kita semula yang telah  di “cut”, misalnya untuk LS berubah ke MS. Kemudian ke CU. Kita harus menunggu persiapan teknis – sehingga ketika shot selanjutnya kita harus konsentrasi untuk membangunkan emosi seperti sebelumnya supaya ada rentetan yang kontinyu. Perbedaan-perbedaan lain sudah tentu banyak juga. Misalnya dalam drama itu harus hafal luar kepalasedang dalam film – kebanyakan yang saya saksikan – sering pemain-pemain itu mendadak dalam set. Sehingga tidak ada konsentrasi. Dan karena itu menurunkan nilai permainan. Kalau dalam pentas kita dapat   kebebasan – bebas inipun dalam hukum-hukum tertentu – tapi dalam film kita mau bebas diri, kita telah dibatasi oleh lensa. Dan banyak lagi perbedaan-perbedaan yang rasanya tak perlu disebutkan.
“terima kasih,” kata saya kepadanya.
Dan kami mengalihkan pembicaraan pada saat ketika kami bersama-sama di Teater Indonesia bersama Nasjah Djamin, Kirdjomuljo, Rondang Tobing, Motinggo Boesje, M. Nizar, Bagong Kussudiardjo, FX Sutopo, dan sebagainya.
Hari sudah mulai sore, ketika saya meninggalkan tempat tinggalnya dan gerimis turun perlahan.
Saya berjalan sendiri dan dalam pikiran saya penuh masalah tentang seni teater Indonesia yang akan datang. Tiba-tiba saja dalam kepala teringat sebuah ucapan Prof. Dr. Jan Romein:
“Azas sejarah, adalah perubahan”
Dan perubahan apa yang akant erjadi pada seni teater Indonesia?  Pikir saya.
Saya belum dapat menjawabnya dan pertanyaan itu saya bawa juga berjalan meninggalkan tempat tinggal Kusno Sudjarwadi.

MANUSIA BERILMU GAIB1981LILIK SUDJIO
Actor
SPY AND JOURNALIST 1971 F. SUTRISNO
Actor
DENDAM DUA JAGOAN 1986 IMAM PUTRA PILIANG
Actor
DARAH NELAJAN 1965 HASMANAN
Actor
SETULUS HATIMU 1975 ARIZAL
Actor
PERTARUNGAN UNTUK HIDUP 1986 IMAM PUTRA PILIANG
Actor
DARI MATA TURUN KE HATI 1979 JOPI BURNAMA
Actor
SELALU DI HATIKU 1975 HASMANAN
Actor
SEKUNTUM MAWAR PUTIH 1981 MOCHTAR SOEMODIMEDJO
Actor
JANGAN COBA RABA-RABA 1980 JOPI BURNAMA
Actor
LAHIRNJA GATOTKATJA 1960 D. DJAJAKUSUMA
Actor
PELAJARAN CINTA 1979 MATNOOR TINDAON
Actor
PELACUR 1975 RATNO TIMOER
Actor
GODAAN PEREMPUAN HALUS 1993 JOPI BURNAMA
Actor
SELAMAT TINGGAL KEKASIH 1972 ISMED M. NOOR
Actor
SALOME 1980 RATNO TIMOER
Actor
PERAWAN DI SEKTOR SELATAN 1971 ALAM SURAWIDJAJA
Actor
PAHALAWAN GOA SELARONG 1972 LILIK SUDJIO
Actor
MAWAR RIMBA 1972 F. SUTRISNO
Actor
PINTAR-PINTARAN 1992 YAZMAN YAZID
Actor
TINGGAL LANDAS BUAT KEKASIH 1984 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
TABAH SAMPAI AKHIR 1973 LILIK SUDJIO
Actor
AJIAN MACAN PUTIH 1982 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
PERKAWINAN 1972 WIM UMBOH
Actor
SEBELUM USIA 17 1975 MOTINGGO BOESJE
Actor
KADARWATI 1983 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
TJINTA DIUDJUNG TAHUN 1965 HASMANAN
Actor
PENGANTIN REMAJA 1971 WIM UMBOH
Actor
WIDURI KEKASIHKU 1976 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
SI BONGKOK 1972 LILIK SUDJIO
Actor
SI BUTA DARI GUA HANTU 1970 LILIK SUDJIO
Actor
WAROK SINGO KOBRA 1982 NAWI ISMAIL
Actor
GERSANG TAPI DAMAI 1977 WAHYU SIHOMBING
Actor
API DIBUKIT MENORAH 1971 D. DJAJAKUSUMA
Actor
ATENG SOK AKSI 1977 HASMANAN
Actor
KEMASUKAN SETAN 1974 LUKMAN HAKIM NAIN
Actor
MAKHLUK DARI KUBUR 1991 S.A. KARIM
Actor
ATENG SOK TAU 1976 HASMANAN
Actor
ATENG THE GODFATHER 1976 HASMANAN
Actor
PEMBALASAN SETAN KARANG BOLONG 1989 RATNO TIMOER
Actor
BUAH BIBIR 1972 IKSAN LAHARDI
Actor
MANAGER HOTEL 1977 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
TERAN BULAN DI TENGAH HARI 1988 CHAERUL UMAM
Actor
MERINDUKAN KASIH SAYANG 1984 C.M. NAS
Actor
HANYA UNTUKMU 1976 ARIZAL
Actor
TUAN TANAH KEDAWUNG 1970 LILIK SUDJIO
Actor
PERJALANAN CINTA 1980 MATNOOR TINDAON
Actor
JERITAN MALAM 1981 M. ABNAR ROMLI
Actor
DR. FIRDAUS 1976 ARIZAL
Actor
DIREKTRIS MUDA 1977 KUSNO SUDJARWADI
Actor Director
MANA TAHAN 1979 NAWI ISMAIL
Actor
TRAGEDI TANTE SEX 1976 BAY ISBAHI
Actor
DIKEJAR DOSA 1974 LUKMAN HAKIM NAIN
Actor
WANITA SEGALA ZAMAN 1979 HASMANAN
Actor
COWOK MASA KINI 1978 KUSNO SUDJARWADI
Actor Director
MANIS-MANIS SOMBONG 1980 EDUART P. SIRAIT
Actor
BULAN DI ATAS KUBURAN 1973 ASRUL SANI
Actor
KARENA LIRIKAN 1980 RATNO TIMOER
Actor
OPERASI TINOMBALA 1977 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
PACAR PILIHAN 1975 SOENDJOTO ADIBROTO
Actor
PENGALAMAN PERTAMA 1977 JOPI BURNAMA
Actor
BUNGA PUTIH 1966 HASMANAN
Actor
BUNGA ROOS 1975 FRED YOUNG
Actor
TOKOH 1973 WIM UMBOH
Actor
KISAH CINTA NYI BLORONG 1989 NORMAN BENNY
Actor
BILA HATI PEREMPUAN MENJERIT 1981 ARIZAL
Actor
RIO ANAKKU 1973 ARIFIN C. NOER
Actor
HONOUR 1974 BOBBY SANDY
Actor
GADIS PANGGILAN 1976 RATNO TIMOER
Actor
TEMPATMU DI SISIKU 1980 JOPI BURNAMA
Actor
DARNA AJAIB 1980 LILIK SUDJIO
Actor
YANG KEMBALI BERSEMI 1980 SUKARNO M. NOOR
Actor
KONTRAKTOR 1984 WAHAB ABDI
Actor
CINTA 1975 WIM UMBOH
Actor
CINTA ABADI 1976 WAHYU SIHOMBING
Actor
SOPIRKU SAYANG 1978 KUSNO SUDJARWADI
Director
FAJAR YANG KELABU 1981 SANDY SUWARDI HASSAN
Actor
MISTERY IN HONGKONG 1974 IKSAN LAHARDI
Actor
PEREMPUAN 1973 PITRAJAYA BURNAMA
Actor
SISA-SISA LASKAR PAJANG 1974 C.M. NAS
Actor
PACAR PERTAMA 1986 SAM SARUMPAET
Actor
SUNAN KALIJAGA DAN SYECH SITI JENAR 1985 SOFYAN SHARNA
Actor
DALAM LINGKARAN CINTA 1981 SUSILO SWD
Actor
PUTRI GIOK 1980 MAMAN FIRMANSJAH
Actor
LAILA MAJENUN 1975 SJUMAN DJAYA
Actor
HATI SEORANG WANITA 1984 BAY ISBAHI
Actor
DIMANA KAU IBU 1973 HASMANAN
Actor
MARTINI 1978 M. SHARIEFFUDIN A
Actor
BUTET 1974 S.A. KARIM
Actor
MERPATI TAK PERNAH INGKAR JANJI 1986 WIM UMBOH
Actor
MUTIARA HITAM 1967 HASMANAN
Actor
MASIH ADAKAH CINTA 1980 RACHMAT KARTOLO
Actor
JANJI SARINAH 1976 ARIZAL
Actor
AMALIA S.H. 1981 BOBBY SANDY
Actor
SENYUM DIPAGI BULAN SEPTEMBER 1974 WIM UMBOH
Actor
SENYUM DIPAGI BULAN DESEMBER 1974 WIM UMBOH
Actor
SENYUM DAN TANGIS 1974 ARIZAL
Actor
TANGAN-TANGAN MUNGIL 1981 YAZMAN YAZID
Actor
TANGAN-TANGAN JANG KOTOR 1963 SOENDJOTO ADIBROTO
Actor
DR. KARMILA 1981 NICO PELAMONIA
Actor
SEMALAM DI MALAYSIA 1975 NICO PELAMONIA
Actor
JINAK-JINAK MERPATI 1975 SOPHAN SOPHIAAN
Actor
MATAHARI PAGI 1968 BAMBANG IRAWAN
Actor
SYEH SITI KOBAR MEMBANGKANG 1989 RATNO TIMOER
Actor
SUNAN KALIJAGA 1983 SOFYAN SHARNA
Actor
CINTA RAHASIA 1976 LUKMAN HAKIM NAIN
Actor
GEJOLAK KAWULA MUDA 1985 MAMAN FIRMANSJAH
Actor

Tidak ada komentar:

Posting Komentar